Obat hewan adalah sediaan yang dapat digunakan untuk mengobati hewan, membebaskan
gejala, atau memodifikasi proses kimia dalam tubuh yang meliputi sediaan biologik,
farmakoseutika, premix, dan sediaan alami. Dalam pembuatanya proses kegiatan
pengolahandilakukan dengan pencampuran dan pengubahan bentuk bahan baku obat hewan
menjadi obat hewan. Obat hewan yang telah jadi kemudian di distribusikan kemasyarakatan
melalui pelaku kesehatan hewan seperti materi hewan doktor hewan dan inseminator.proses
kegiatan pengadaan obat-obatan badan usaha milik Negara atau milik daerah, swasta atau
koperasi. Semua ini dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan hewan untuk berproduksi
dan berkembang biak.
Klasifikasi obat hewan cukup banyak, dalam perundang-undangan obat hewan di digolongkan
dalam sediaan biologik, farmasetik dan premix dan alami.
1) Sediaan biologik terdiri antara lain vaksin, serta (anti sera) dan bahan diagnostika biologik.
Vaksin adalah sediaan biologik yang digunakan untuk menimbulkan kekebalan terhadap satu
penyakit hewan. Sedangkan Sera (anti sera) adalah sediaan biologik berupa serum darah yang
mengandung zat kebal berasal dari hewan dipergunakan untuk mencegah, menyembuhkan atau
mendiagnosa penyakit pada hewan yang disebabkan oleh bakteri, virus atau jasad renik lainnya
dengan maksud untuk meniadakan daya toksinnya. Dan bahan diagnostika biologik adalah
sediaan biologik yang digunakan untuk mendiagnosa suatu penyakit pada hewan.
2) Sediaan farmasetik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) meliputi antara lain
vitamin, hormon, antibiotika dan kemoterapetika lainnya, obat antihistaminika, antipiretika,
anestetika yang dipakai berdasarkan daya kerja farmakologi.
3) Sediaan premiks sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) meliputi imbuhan
makanan hewan dan pelengkap makanan hewan yang dicampurkan pada makanan hewan atau
minuman hewan. Yang dimaksud pelengkap makanan hewan (feed supplement) adalah suatu
zat yang secara alami sudah terkandung dalam makanan hewan tetapi jumlahnya perlu
ditingkatkan melalui pemberian bersama makanan hewan, misalnya vitamin, mineral dan asam
amino. Yang dimaksud imbuhan makanan hewan (feed additive ) adalah suatu zat yang secara
alami tidak terdapat pada makanan hewan dan tujuan pemakaiannya terutama sebagai pemacu
pertumbuhan. Suatu zat baru dapat dipergunakan sebagai feed additive setelah melalui
pengkajian ilmiah, misalnya antibiotika tertentu, antara lain basitrasina, virginiamisina dan
flavomisina.
4) Sediaan alami adalah golongan obat alami meliputi obat asli Indonesia (dalam negeri)
maupun obat asli dari negara lain untuk hewan yang tidak mengandung zat kimia sintesis dan
belum ada data klinis serta tidak termasuk narkotika atau obat keras dan khasiat serta
kegunaannya diketahui secara empiris (hasil pengalaman atau percobaan sendiri).
Etanasia adalah suatu upaya seorang dokter hewan untuk meringankan penderitaan hewan
sakit yang tidak dapat disembuhkan, dengan cara membunuhnya
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 1992 tentang Obat Hewan pada
pasal 1, sebagai berikut:
5. Badan Usaha adalah badan usaha milik Negara atau milik daerah, swasta atau koperasi.
6. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang Kesehatan Hewan.
Pengaturan itupun harus jelas seperti siapa saja yang berhak menyediakan bahan baku,
membuat sampai yang mendistribusikannya.Seperti peredaran obat hewan, dulu
pendistribusian obat dilakukan oleh dokter hewan karena merupakan keahlian khusus dibidang
kesehatan hewan, pencegahan dan pengobatannya namun sekarang telah banyak kasus mal
praktik seperti manteri manusia yang ikut andil dalam pengobatan hewan. Demi berkembang
pesatnya peternakan dan pemuliaan hewan pemerintah melakuakan sertifikasi kepada lulusan
dokter hewan yang ingin melakuakan praktek di lapangan yang bertujuan menghidari mal
praktik yang akan merugikan banyak orang. Ada pula penyalahgunaan dalam pelaksanaan
pemotongan hewan bawasannya yang dapat dipotong adalah ternak jantan atau betina afkir dan
bila dilakukan pemotongan ternak betina produktif akan di kenakan dendan sesuai dengan
perstursn pemerintah dibawah ini.
Hal seprti ini telah diatur dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2009
tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Pasal 51 ayat 2 dan 3 sebagai berikut:
2) Pemakaian obat keras harus dilakukan oleh dokter hewan atau tenaga kesehatan hewan
dibawah pengawasan dokter hewan,
3) Setiap orang dilarang mengunakan obat hewan tertentu pada ternak yang produknya untuk
dikonsumsi manusia.
Pada kasus ini siapa saja yang melakukan penditribusian obat hewan bukan merupakan dokter
hewan, manteri, Veteriner dan inseminator dilarang melakukan pengunaan obat hewan
termasuk di dalamnya pendistribusian
Pemerintah Republik Indonesia pelakukan pengawasan terhadap semua kegiatan dengan tujuan
meminimalkan penyalahgunaan dan penyimpangan-penyimpangan yang akan merugikan
banyak pihah. Pengawasan terhadap pembuatan, penyediaan, peredaran dan pemakaian obat
hewan dilakukan secara berkala oleh Dilakukan oleh Dokter Hewan Pengawas Obat Hewan.
pengawasan obat hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 pejabat pengawas obat hewan
berwenang untuk melakukan pemeriksaan terhadap dipenuhinya ketentuan perizinan usaha
pembuatan, penyediaan dan peredaran obat hewan. Dan melakukan pemeriksaan terhadap cara
pembuatan obat hewan yang baik; Yang dimaksud dengan cara pembuatan obat hewan yang
baik (good manufacturing practices) adalah sistem yang berkaitan dengan pembuatan obat
hewan(Anonimus, 2009).
a. Dokter Hewan pengawas obat hewan mendatangi tempat peredaran obat hewan
b.Dokter Hewan pengawas obat hewan memasuki halaman, semua ruangan dan tempat
lain yang dipergunakan dalam penjualan obat hewan
c. Mengadakan pemeriksaan dokumen
d.Melakukan pemeriksaan terhadap peralatan yang digunakan, tempat penyimpanan,
jenis & jumlah obat dan kebersihan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e. Memeriksa dan atau mengambil contoh obat hewan untuk diperiksa mutunya.
f Melakukan evaluasi secara rutin terhadap kegiatan peredaran obat hewan.