PERCOBAAN III
ANALGETIKA
3.1. TUJUAN
1. Mengenal berbagai cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek
analgesic suatu obat
2. Memahami dasar dasar perbedaan daya analgesik berbagai analgetik
3. Mampu memberikan pandangan yang kritis mengenai kesesuaian khasiat
yang dianjurkan untuk sedian faramasi analgetik.
3.2. TEORI DASAR
Banyak atau mungkin semua sensasi nyeri disebabkan oleh pembebasan
senyawa senyawa kimia tertentun oleh stimulus nyeri. Senyawa kimia yang
dibebaskan ini dapat menimbulkan nyeri karena mengeksitasi ujung-ujung saraf
(minsal : menyerap bradikinin), menyebabakan zat-zat lain menimbulkan kejangan
otot-otot viseralatau iritasi/ kerusakan jaringan setempat.
Tergantung pada serabut saraf yang menghantarkan impuls nyeri ke korteks
sensorik di otak, maka sensasi nyeri disadari sebagai nyeri yang tajam, menusuk atau
nyeri yang lebih bersifat ngilu.
Penyerapan sensasi nyeri sendiri mempunyai komponen psikologi. Karena
meskipun nilai ambang intensitas stimulus untuk nyeri relative konstan pada orang
yang normal, tetapi sensasi nyeri sendiri sebagai respon terhadap stimulus nyeri dapat
sangat bervariasi dari orang ke orang. Analgesik narkatika seperti morfin diketahui
juga memodifikasi reaksi dan respon terhadap nyeri, sehingga nyeri yang disadarinya
dapat ditoleransi dengan lebih baik (ringan)
Obat-obat yang dapat mengatasi rasa nyeri di golongkan dalam beberapa
kelompok yaitu:
1. Analgetika yang bekerja sentral, missal : morfin dan sejenisnya
2. Analgetika yang berkerja prifer, ada kalanya juga dengan komponen efek sentral
yang utama.
Pada pemakaian yang tidak hati-hati, obat-obat dalam kelompok pertama
diatas dapat menimbulkan ketergantungan, sedangkan obat-obat dalam kelompok
kedua adakalanya juga mempunyai efek anti piretik (missal : asetosal ) dan efek anti
radang (minsal : asetosal dan fenilbutazon) disamping efek analgesic
Ada juga beberapa obat yang meskipun tidak di golongkan analgetika
bekerja secara spesifik untuk meringankan penderita nyeri. Contoh : Ergatamin,
senyawa-senyawa nitrit dan kolkhisin.
Ketika mengevaluasi efek obat untuk analgesia perlu diperhatikan bahwa
metode metode eksperimental yang ada tidak selalu dapat mendiskriminasikan
dengan baik antara obat obat yang potensial dan yang tidak potensial sebagai
analgesik pada manusia. Kesulitan di sebabkan pula oleh karena tidak semua tipe
nyeri dapat diproduksi secara eksperimental.
Secara umum dianggap potensi suatu analgesic tidak dapat dievaluasi dengan
baik secara eksperimental pada orang yang sehat sehingga eksperimen-eksperimen
untuk maksud ini selalu di rencanakan untuk situasi klinik.
Prinsip pengujian efek analgesic secara eksperimental pada hewan percobaan
adalah mengukurkan kemepuan obat intik menghilangkan atau mencegah kesadaran
sensasi nyeri yang di timbulkan secara eksperimental. Secara eksperimental sensasi
ini di timbulkan dengan cara-cara fisik, cara-cara kimiawi.
a. Metedo jentik ekor
Rangsang nyeri yang digunakan dalam metode ini berupa air panas (500 C),
dimana ekor tikus dimasukkan kedalam air panas akan merasakan nyeri pada ekor
di jentikkan keluar dari api panas tersebut.
b. Metode pelarut panas
Rangsangan nyeri yang digunakan berupa pelat panas (55- 560 C), rasa nyeri
panas pada kaki mencit akan menyebabkan respon mengangkat kaki depan dan
dijilat. Rata-rata hewan mencit akan memberikan respon dengan metode ini
dalam waktu 3-6 detik.
c. Metode siegmund
Dalam metode ini digunakan cara kimia sebagai perangsang nyeri, dengan
pemberian asam asetat secara intraperitoneal. Respon nyeri berupa gelita yaitu
retraksi abdomen.
3.3. PROSEDUR KERJA
3.3.1 ALAT DAN BAHAN
a. Metode jentik ekor
Hewan percobaan : Tikus jantan putih tiga ekor
Obat yang digunakan : larutan morfin HCl 1%, larutan kodein HCl
6%, Larutan Anralgin 10%
Dosis : morfin HCI 10 mg/KG Bobat tubuh,
kodeina HCl 120 mg/kg bobot tubuh,
antalgin 300mg/kg bobot
Rute pemberian obat : intraperitoneal
b. Metode pelat panas
Hewan percobaan : Mencit jantan 6 ekor
Obat yang diberikan : L1,0% Dan larutan Nacl 0,9% di
berikan secara Interaperitoneal
larutan morfin HCI 0,1 %, larutan antalgin
Alat yang digunakan : pelat panas yang dilengkapi sumber panas
dengan Thermostat 55-560 C alat suntik
1ml stopwatch, Timbangan mencit.
c. Hewan percobaan : Mencit jantan 6 ekor
Larutan penginduk : Asam asetat 0,5%
Obat yang digunakan : Larutan benzokuinon 0,02% dalam etanol
10% Atau asetat 0,1% larutan asetosal
0,1%, larutan, Antalgin 1,0%, NaCI 0,9%
cara pemberian obat : Asetosal 100mg/kg oral
Alat yang digunakan : sepetangkat alat siegmund, stopwatch alat
suntik 1 ml, timbangan mencit, sonde oral.
3.2.1. CARA KERJA
a. Metode jentik ekor
1. Sebelum pemberian obat, catat dengan menggunakan stopwacthwaktu
yang di perlukan tikus untuk menjentikkan ekornya keluar dari
penangas aie. Tiap rangkaian pengamatan dilakukan 3 kali selang 2
menit pengamatan pertama diabaikan. Hasil dari pengamatan terakhir
di rata-ratakan dan di catat sebagai respon normal masing masing tikus
terhadap stimulus nyeri. Jika perlu stimulus disesuaikan untuk
mencapai respon normal terhadap stimulus nyeri, sekitar 3 sampai 5
detik.
2. Suntik kepada masing-masing tikus obat-obat berikut:
a) Tikus I : Morfin HCL
b) Tikus II : Kodeina HCI
c) Tikus III : Antalgin
3. Diamkan 10 menit nilai masing-masing respon tikus terhadap stimulus
nyeri, seperti pada ad 1. Jika tikus tidak menjentikkan ekornya keluar
dalam 10 detik setelah pemberian stimulus nyeri, maka dapat dianggap
bahwa ia tidak mennyadari stimulus nyeri tersebut. Jangan biarkan
ekornya melampaui waktu dalam air panas.
4. Ulangi penelitian respon tikus selama 20 menit ,30,60,90, dan
seterusnya sampai efek analgesic hilang.
5. Tabelkan hasil hasil pengamatan saudara dengan sebaik-baiknya.
6. Gambarkan suatu kurva yang merefleksikan pengaruh obat-obat yang
diberikan terhadap respon tikus untuk stimulus nyeri.
b. Metode pelat panas
1. Timbang masing-masing mencit beri nomor dan catat.
2. Bagi dalam 3 kelompok masing-masing 2 ekor
3. Letakkan masing-masing mencit diatas pellet panas,catat waktu yang
diperlakukan sampai mengangkat menjilat kaki depannya sebagai
waktu respon, catat sebagai respon normal atau respon sebelum
perlakuan.
4. Berikan obat secara intraperitoneal kepada masing-masing
kelompok. Kelompok 1 diberikan NaCI fisiologis 10ml/kg,
Kelompok II dibeikan morfin HCI 10 mg/kg dan kelompok III
diberikan antalgin 100 mg/kg.
5. Lakukan uji pada pelat panas dan catat waktu responnya, pada
10,20,30,45,60, dan 90, mencit setelah pemberian obat .
6. Evaluasi dan bahas percobaan ini respon analgetik dinilai positif, bila
waktu respon setelah pemberian obat lebih besar dari 30 detik paling
kurang 1 kali kurang 1 kali atau apabila 3 atau lebih kali memberikan
waktu respon 3 x respon normal.
c. Metode siegmund
Hewan yang digunakan dalam metode percobaan ini, adalah mencit yang
menunjukkan geliat secara berulang dalam waktu 10 menit dan palimg
sedikit 1 geliat dalam 5 menit, setelah penyuntikan indraperioneal 0,2 ml
larutan fenil benzokuinon 0,02%
1. Beri tanda atau nomor dan timbang bobot tiap hewan.
2. Kelompokkan secara acak dalam 3 kelompok masing-masing terdiri dari
2 ekor.
3. Kepada masing-masing kelompok berikan obatnya secara oral
I. N a CI 0,9% 10 ml/kg BB
II. Asetosal 100 mg/kg BB dan
III. Antalgin 100 mg/KG BB
4. Setelah 30 menit kepada semua mencit suntikan secara ip 0,2 ml larutan
fenil benzokuinon atau asam asetat.
5. Letakkan hewan dalam uji siegmund.
3.3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.4.1 Metode Pelat Panas / Hot Plate
No
Gambar Keterangan
.
5. Mencit I Asetosal 4 ml
6. Mencit II Asetosal 0,4 ml