Anda di halaman 1dari 21

Pengujian Aktivitas

Obat Antiinflamasi
KELOMPOK 5 :

Wulan Angleliya 2443018346


Dewy Rochimatul Ummah 2443019061
Ana Miftakhul Jannah 2443019272
Silvy Widya Ambonnika 2443019277
Annisa Alifya 2443019278
Mega Fidina Putri 2443019314
Tujuan Praktikum
● Mahasiswa dapat memahami proses terjadinya inflamasi.
● Mahasiswa mengenal obat-obat anti inflamasi dan
penggolongannya.
● Mahasiswa mengetahui metode pengujian obat antiinflamasi
(rat paw oedema) dan pengolahan data yang dihasilkan.
Landasan Teori Obat
1. Ketoprofen
Merupakan derivat asam propionat yang
memiliki efektivitas seperti ibuprofen dengat sifat
antiinflamasi non-steroid sedang. Oleh karena
sifatnya yang mirip ibuprofen, ketoprofen
merupakan obat AINS COX-nonselektif. Mekanisme
kerja ketoprofen yaitu menghambat sintesis
OOA = <30 menit
prostaglandin di COX-1 dan COX-2 sehingga dapat
DOA = 6 Jam
memiliki efek analgesik, antiinflamasi, dan
Waktu Paruh = 2-4 jam
antipiretik.
Landasan Teori Obat
2. Na-Diklofenak
Diklofenak natrium merupakan derivat
indol asam asetat yang mempunyai sifat
anti-inflamasi non-steroid kuat. Diklofenak
natrium tergolong ke dalam AINS COX-2-
preferential. Mekanisme kerja natrium
diklofenak yaitu menghambat sintesa
prostaglandin sebagai suatu mediator nyeri OOA = 30 Menit
di COX-2. DOA = 8 Jam
Waktu Paruh = 1-2 Jam
Metode Pengujian
Alat yang digunakan pada praktikum ini
adalah Pletysmometer air raksa. Langkah awal yang
kita lakukan adalah dengan menandai sendi kaki tikus
belakang kiri atau kanan menggunakan spidol lalu
memasukkan kaki tikus ke dalam air raksa hingga
batas tanda spidol yang sudah kita tandai di kaki nya.
Setelah itu kita dapat membaca skala pengamatan
yang ada pada alat Pletysmometer. Lakukan cara yang
sama untuk tikus yang sebagai kontrol maupun tikus
yang diberikan perlakuan. Tujuan dari pengukuran
dengan alat Pletysmometer ini adalah untuk mengukur
volume udem di kaki tikus.
Alat dan Bahan
Hewan coba : Bahan :
Tikus jantan galur wister ● Voltaren (Natrium Diklofenak)

Alat : 50 mg/70 kgBB

● Timbangan ● Profenid (Ketoprofen) 50 mg/70

● Jarum suntik 1 ml kgBB

● Pletysmometer air raksa ● Larutan karagenan 1% sebagai

(diameter tabung= 0,56 cm) penginduksi

● Spidol
● Alkohol swab
Perhitungan Dosis
Ketoprofen
BB tikus : 180 kg
Dosis : 50 mg/70kgBB
Larutan Ketoprofen tersedia 50mg/1 ml

Penyelesaian :
● Dosis untuk tikus = 180 kg / 200 kg x 50 mg x 0,018 = 0,81 mg
● Volume pemberian = 0,81 mg / 50 mg x 1 ml = 0,0162 ml
● Faktor pengenceran = 0,05 ml / 0,0162 ml = 3,08 ml  4 kali
● Penyiapan larutan A Ketoprofen  0,0162 x 4 = 0,0648 ml obat di ad kan dengan
0,05 x 4 = 0,2 ml WFI
Perhitungan Dosis
Voltaren
BB tikus : 130 kg
Dosis : 50 mg/70kgBB
Larutan Voltaren tersedia 25mg/1ml
Penyelesaian :
● Dosis untuk tikus: 130 gram / 200 gram x 50 mg x 0,018 = 0,585 mg
● Volume pemberian: 0,585 mg / 25 mg x 1 ml = 0,0234 ml
● Faktor pengenceran: 0,05 ml / 0,0234 ml = 2,13  3 kali
● Penyiapan larutan A Voltaren 0,0234 ml x 3 = 0,0702 ml obat di ad kan dengan
3 x 0,05 ml = 0,15 WFI.
SKEMA KERJA PERSIAPAN
SKEMA KERJA CARA A
2. Lakukan swab dengan alkohol 3. Tunggu selama 10 menit,
pada kaki tikus yang sudah kemudian ukur kaki tikus
1. Menyiapkan larutan ditandai dengan spidol, lalu pada alat pletysmometer
induksi yaitu karagen suntikkan larutan karagen pada dengan memasukkan ke
0,1 mL. kaki tikus secara intraplantar pada dalam air raksa.
telapak kaki tikus.

6. Masukkan kaki tikus ke 5. Setelah itu, lakukan injeksi 4. Catat skala secara
alat pletysmometer dan obat ketoprofen secara berkala pada menit ke-
catat skala secara berkala intraperitoneal pada tikus dan 5 dan menit ke-10.
pada menit ke-10, 15, 30, tunggu selama 10 menit.
45, 60 dan 90.
SKEMA KERJA CARA B
1. Menyiapkan obat ketoprofen 2. Lalu suntikkan larutan karagen
yang akan diinjeksikan ke tikus. pada kaki tikus yang telah
Lakukan swab alkohol terlebih ditandai, swab terlebih dahulu
dahulu lalu suntikkan secara dengan alkohol, lalu suntikkan
intraperitoneal. secara intraplantar pada telapak
kaki tikus.

4. Masukkan kaki tikus ke alat 3. Kemudian ukur kaki tikus


pletysmometer dan catat skala pada alat pletysmometer dengan
secara berkala pada menit ke- memasukkan ke dalam air
10, 15, 30, 45, 60 dan 90. raksa.
HASIL PRAKTIKUM
HASIL PRAKTIKUM
Volume udem (ml)
HASIL PRAKTIKUM
%Udem
HASIL PRAKTIKUM
%Inhibisi
GRAFIK%INHIBISI UDEM
PEMBAHASAN
• Karagenan menginduksi edema dengan tiga fase. Rilis mediator histamin dan serotonin
terjadi pada fase pertama yang terjadi sampai menit ke-90, kemudian bradikinin dirilis
pada fase kedua (1,5 hingga 2,5 jam setelah induksi). Pada fase terakhir terjadi pelepasan
prostaglandin pada 3 jam setelah induksi dan bertahan pada volume maksimal pada jam
ke-5 setelah induksi. Jika dilihat dari mekanisme induksi edema dari karagenan dan
dihubungkan dengan penyuntikan cara A dimana kita menyuntiikan karagenan terlebih
dahulu ditunggu selama 10 menit lalu tikus disuntikkan obat antiinflamasi terlihat bahwa
obat antiinflamasi yang kita berikan dimana OOA dari Voltaren/Ketoprofen bekerja mulai
dari kurang lebih 30 menit ini akan menghambat mediator inflamasi yang dikeluarkan oleh
karagenan pada fase pertama yang terjadi sampai menit ke-90 sehingga hasil %inhibisi dari
cara A lebih tinggi dibandingkan dengan cara B.
PEMBAHASAN
● Pada penyuntikan cara B kita menyuntikkan tikus dengan obat antiinflamasi
terlebih dahulu lalu kemudian menyuntikkan karagenan sebagai bahan
penginduksi nya, Onset of Action dari obat antiinflamasi yang kita gunakan
bekerja pada menit ke 30 namun karagenan melepaskan mediator inflamasi
sejak awal pemberian hingga menit ke 90 sehingga ini akan berpengaruh
terhadap persen udem yang dihasilkan.
● Terjadi udem atau peradangan disebabkan karena carrageenan yang
merupakan suatu zat asing (antigen) yang bila masuk ke dalam tubuh akan
merangsang pelepasan mediator radang.
KESIMPULAN
 Penyuntikan cara A dan cara B keduanya mampu menekan efek inflamasi dari
Karagenan, namun terjadi perbedaan hasil dimana penyuntikan cara A lebih
mampu untuk menekan efek inflamasi yang ditimbulkan, ini dapat terlihat
daru %inhibisi yang dihasilkan.
 Peningkatan volume edema diakibatkan oleh adanya pelepasan mediator-
mediator inflamasi seperti prostaglandin, histamine, bradikinin dan serotonin
pada jaringan setelah diinduksi karagenan.
DAFTAR PUSTAKA
Dewoto HR. 2012. Farmakologi dan terapi. Ed 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Palestin, L.L., et al. 2020. Uji Aktivitas Antiinflamasi Minyak Ikan pada Tikus
Putih Jantan Galur Wistar (Rattus Norvegicus L.) yang Diinduksi Karagenin. FARMASIS :
Jurnal Sains Farmasi , 1(1), p : 16.
Saputri, F.C., et al. 2016. Uji Aktivitas Anti-Inflamasi Minyak Atsiri Daun
Kemangi (Ocimum americanum L.) pada Tikus Putih Jantan yang Diinduksi Karagenan.
Pharm Sci Res, 3(3), p : 116.
Sweetman, Sean C. (2009). Martindale The Complete Drug Reference 36th Ed,
Pharmaceutical Press, USA, Hal.38; 49.
Joyce L. Kee, Evelyn R. Hayes. Farmakologi. Hal 310
Terima Kasih 

Anda mungkin juga menyukai