PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
PERTEMUAN KE-4
Dosen Pengampu :
Kelompok IV
Kelompok IV
I. TUJUAN
1. Mengenal berbagai cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek analgetik
suatu obat.
2. Memahami dasar-dasar perbedaan efektivitas berbagai analgetik.
3. Mampu memberikan pandangan mengenai kesesuaian khasiat yang dianjurkan
untuk sediaan-sediaan farmasi analgetika.
Untuk mengurangi gejala nyeri diperlukan obat analgesik, yaitu obat yang dapat
mengurangi nyeri akibat sebab yang beragam seperti aspirin, parasetamol dan morfin (Lauren
et al., 1997; Payan & Katzung 1997). Meskipun demikian, pengobatan nyeri di masyarakat
tidak hanya menggunakan obat- obat analgesic tersebut, melainkan juga obat-obat tradisional
UJI ANALGESIK DENGAN METODE WRITHING TEST
Kelompok IV
(Puspitasari et al., 2002). Salah satu obat tradisional yang dapat digunakan sebagai obat
analgetik yaitu Daun Sintrong atau Daun Sembung Gilang (dalam Bahasa Jawa). Daun
Sintrong merupakan tanaman terna yang tingginya dapat mencapai 1 meter. Batangnya yang
lunak dan beralur dangkal serta bentuk daun yang jorong memanjang atau bundar telur
terbalik dengan pangkal yang menyempit dan ujung runcing serta tepinya rata. Bunganya
merupakan bunga majemuk berupa bongkol-bongkol yang tersusun dalam malai.
Penelitian ini dilakukan melalui salah satu metode yang Prinsip dari metode Writhing
Test atau Metode Geliat yaitu obat uji dinilai kemampuannya dalam menekan atau
menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi secara (pemberian asam asetat secara
intraperitonial) pada hewan percobaan mencit. Manifestasi nyeri akibat pemberian
perangsang nyeri asam asetat intraperitonium akan menimbulkan refleks respon geliat
(writhing) yang berupa tarikan kaki ke belakang, penarikan kembali abdomen (retraksi) dan
kejang tetani dengan membengkokkan kepala dan kaki belakang. Metode ini dikenal sebagai
Writhing Reflex Test atau Abdominal Constriction Test. Frekuensi gerakan ini dalamwaktu
tertentu menyatakan derajat nyeri yang dirasakannya. Metode ini tidak hanya sederhana dan
dapat dipercaya tetapi juga memberikan evaluasi yang cepat terhadap jenis analgesik perifer.
Kelompok IV
IV. CARA KERJA
Sebanyak dua puluh lima ekor tikus dibagi menjadi 5 kelompok secara acak
pada tiap metode dan dipuasakan selama 10 jam dengan tetap diberi minum.
V.
Kelompok IV
Setelah diberi perlakuan dosis tunggal peroral, 30 menit kemudian tikus diberi
perangsang nyeri berupa asam asetat glasial 0,5 % sebanyak 0,6 ml dengan cara
penyuntikan intraperitoneal (i.p) dan diletakkan pada tempat pengamatan.
Kelompok IV
Jadi larutan stok yang dibuat adalah asam asetat sebanyak 12ml
Cara pembuatan :
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Ukurlah asam asetat sebanyak 0,25 ml menggunakan gelas ukur.
Larutan asam asetat dengan pelarut aqua destilata hingga 50 ml dalam labu
takar.
Kocok hingga larutan terlarut sempurna.
2. Asam mefenamat 1%
Dosis untuk tikus 200g adalah 0,0018 dan dosis asam mefenamat untuk manusia
yaitu 500mg
Dosis untuk tikus 200g = 500mg x 0,018 = 9 mg
UJI ANALGESIK DENGAN METODE WRITHING TEST
Kelompok IV
Pembuatan suspensi 500mg asam mefenamat disuspensikan 1% hingga 50ml :
Perhitungan volume suspensi asam mefenamat untuk tikus adalah :
Cara pembuatan :
Siapkan alat dan bahan yan akan digunakan.
Siapkan CMC Na dan larutkan dengan air panas hingga larut.
Larutkan asam mefenamat dengan propilenglikol, kemudian gerus ad homogen.
Campurkan campuran asam mefenamat ke dalam larutan CMC Na sedikit demi
sedikit, lalu diaduk.
Langkah terakhir yaitu menambahkan aqua destilata hingga 50 ml.
Taburkan ke dalam cawan penguap yang berisi air panas 10 ml dan diaduk
hingga mengembang.
Kelompok IV
VI. DATA
Kelompok IV
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kita melakukan percobaan uji analgetik dengan metode
Writhing Test atau Metode Geliat yaitu obat uji dinilai kemampuannya dalam menekan atau
menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi secara (pemberian asam asetat secara
intraperitonial) pada hewan percobaan mencit.
Analisis dilakukan dengan cara membandingkan jumlah geliat yang terjadi setelah
pemberian ekstrak daun sintrong dengan asam mefemanat sebagai pembanding dan CMC Na
sebagai kontrol. Geliat yang timbul dihitung selama 90 menit setelah pemberian asam asetat
interperitoneal. Rata – rata jumlah geliat dapat dilihat di tabel hasil. Dari pengamatan jumlah
geliat tiap 10 menit, terlihat bahwa menit ke 10, sebagian besar dari perlakuan menunjukkan
geliat yang paling besar dan akan menurun kembali pada 10 menit berikutnya sampai menit
ke 90. Hal ini menunjukkan pula bahwa setelah menit ke 50, kemungkinan asam asetat yang
digunakan sebagai penginduksi sudah mulai melemah kerjanya, kecuali kelompok kontrol
yang jumlah geliatnya justru yang paling besar pada menit ke-15 kemudian turun hingga
menit ke-90. Bila dilihat dari data, terlihat bahwa kelompok uji yang memberikan jumlah
geliat paling banyak adalah CMC Na, dan kelompok uji yang memberikan jumlah geliat
paling sedikit dalah ekstrak daun sintrong dan asam mefenamat. Hal ini disebabkan tidak
adanya aktivitas farmakologis CMC Na dalam mereduksi nyeri yang ditimbulkan oleh
pemberian asam asetat intraperitoneal. Sedangkan pada kelompok dosis uji yaitu daun
sintrong menunjukkan bahwa jumlah geliat yang ditimbulkan yang terbesar adalah pada dosis
terendah 5 mg/kgBB. Semakin besar dosis ekstrak daun sintrong yang diberikan semakin
UJI ANALGESIK DENGAN METODE WRITHING TEST
Kelompok IV
kecil jumlah geliat yang ditunjukkan oleh hewan uji. Pada dosis 20 mg/ 200 g BB jumlah
geliat yang timbul hampir sama dengan geliat yang timbul pada asam mefenamat 9 mg/kgBB.
Kelompok uji yang memberikan onset paling cepat dalah pada kelompok uji CMC Na,
karena pada 10 menit pertama memiliki rata rata jumlah geliat paling banyak dibanding
kelompok uji yang lain, begitu juga pada 10 menit berikutnya, rata rata jumlah geliat tiap 10
menit paling banyak adalah CMC Na
Dari data pengamatan menunjukkan bahwa ekstrak daun sintrong menimbulkan
pengaruh penurunan jumlah geliat pada hewan uji, semakin besar dosis yang diberikan,
jumlah geliat yang ditimbulkan semakin kecil. Karena ekstrak daun sintrong mengandung
atau terdapat seyawa flavonoid, steroid, tanin dan saponin yang berperan dalam aktivitas
analgetik. Dari data tersebut menunjukkan bahwa ekstrak daun sintrong memiliki aktivitas
sebagai analgetik.
Terdapat hubungan antara besaran dosis dengan jumlah geliat pada kelompok alam.
Karena pada setiap kelompok uji menggunkan dosis yang berbeda. Jumlah geliat paling
banyak pada kelompok uji dengan CMC Na dan jumlah geliat paling sedikit pada ektrak daun
sintrong dan asam mefenamat. Pada ekstrak daun sintrong memiliki aktivitas analgetik dilihat
dari dosis yang digunakan. Pada dosis terkecil yaitu 5 mg/200 g BB menunjukkan rata rata
jumlah geliat yang besar dibandingkan pada dosis 10 mg/200 g BB dan 20 mg/200 g BB yang
menunjukkan rata rata jumlah geliat yang lebuh kecil. Jadii semakin kecil dosis yang
digunakan akan memberikan jumlah geliat yang lebih besar dibandingkan dengan dosis yang
semakin besar akan memberikan jumlah geliat yang semakin kecil.
VIII. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa :
Kelompok IV
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/14770/7.BAB%20III.pdf?sequence=
7&isAllowed=y diakses pada 25 Marert 2021