ASAL PURWODADI PADA MENCIT DENGAN METODE GELIAT (WRITHING REFLEX TEST) PENDAHULUAN K ENCUR sebagai bahan jamu dm bumbu sudah. populer di kalangan masyarakat. Selain sebagai penyedap masakan dan penambah nafsu makan, salah satu indikasinya adalah untuk penghilang pegel linu atau rasa capek (I). Pegel diasumsi sebagai rasa r I kimia yan: I setelah tubuh melakuk I rasa sakit IIIL;rUpdhal manifestasi hampir serrluu r bl r JULI L uLLLY 6 ~ ~ ~ l d linu dapat g dihasilkan -......-..I,"" ~yer i akibat :an aktifitas ... I ,n....nlr:, rangsangan . Nyeri atau , ntn.. "ainl* sakit yang sangat mengganggu. Tambahan informasi ilmiah mengenai manfaat dan khasiat analgesik (penghilang rasa sakit) rimpang kencur yang relatif mudah didapat dan-dibudidayakan ini akan sangat membantu dalam upaya peningkatan pengobatan masyarakat (2). BAHAN DAN CARP Rimpang kencur (Kuempferiu gulungu L.) Rimpang Kencur diperoleh dari Purwodadi Lawang (Jawa Timur) yang dipanen pada saat bagian tmaman di atas tanah mengering. Rajangan rimpang kencur yang sudah dikeringkan di bawah sinar matahari, ditumbuk dan diayak Mesh 40, dibuat ekstrak etanol kering dan diberikan secara oral dengan dosis 10 kali, 15 kali, dan 20 kali dosis manusia. Takaran yang umum digunakan manusia 18 g/SO kg bb. Diperkirakan bobot mta-mta manusia 50 kg. Asetosal Asetosal sebagai pembanding 6 kali dosis manusia (6 x 500 mg/50 kg bb.) diberikan secara oral berbentuk suspensi dalam I mt an tilose 5%. Asam asetat Sebagai perangsang nyeri diinjeksikan asam asetat 0.75% I0 mUkg bb, secara intra peritonium. Etanol 96%. Etanol 96% digunakan sebagai bahan penyari rimpang kencur secara perkolasi. Eluen Pada kromatografi lapis tipis sebagai eluen I larutan diklorometan dan eluen I1 larutan benzen. Hewan coba Hewan coba yang dipilih adalah jenis yang peka terhadap rangsangan nyeri, yaitu mencit putih strain Balb C, umur 2- 3 bulan, betina. dan bobot 20 g - 30 g dari Vererinarian Farma, Sumbaya (LVK). Pembuatan sediaan ekstrak etanol kering rimpang kencur Serbuk rimpang kencur dibasahi dengan etanol 96%. didiarnkan selama 3 jam. Setelah itu dipindahkan ke perkolator. bagian atas ditutup kertas sai ng dan dituangi perlahan-1aha ~yari etanol 96% hingga permukaan masa tergenang. Di ma 24 jam. kemudian cairan perkolat dialirkan denga n I mumenit. Proses perkolasi dihentikan setelah perkour jernln atau zat kandungan telah tersari sempuma. Perkolat diuapkan sampai kental pada suhu 40C di n cairan per amkan sela in kecepata . . . .. atas tangas air. Perkolat kental diberi aerosil, digems dan diaduk hingga homogen menjadi ekstrak etanol kering. Uji identifikasi kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan eluen I larutan diklorometan, eluen I1 larutan benzen dan sebagai penampak noda larutan asam asetat pekat. Cara perlakuan Manisfestasi nyeri akibat pemberian perangsang nyeri asam asetat 0.75%. 10 mUkg bb., intra peritonium akan menimbulkan refleks respons geliat (writhing) yang berupa tarikan kaki ke belakang, penarikan kembali abdomen (retraksi) dan kejang tetani dengan membengkokkan kepala d m kaki belakang. Metode ini dikenal sebagai Writhing Rtlflex Test atau Abdominal Constriction Tesr. Pada semua mencit dilakukan uji kepekaan, diinjeksi asam asetat 0.75% 10 mUkg bb. Dalam waktu 5 menit, mencit akan memberikan refleks respons geliat. Di luar ketentuan ini mencit dianggap tidak 1010s uji kepekaan. Sebanyak 30 ekor mencit yang lolos, dibagi dalam 5 grup: grup A, B, C, D, dan E masing-masing 6 ekor. Setelah dipuasakan 12 jam, grup A diberi larutan tilose 0.5%; grup B, asetosal 6 kali dosis manusia (3 gl50 kg bb.); grup C, D, dan E masing-masing diberi ekstrak etanol kering rimpang kencur 10 kali, 15 kali, dan 20 kali dosis manusia atau sama dengan 180 g/50 kg bb., 270 gl50 kg bb., dan 360 g/50 kg bb. Semua perlakuan diberikan melalui sonde secara oral sebanyak 20 mUkg bb. Untuk grup B, C, D, dan E sediaan diberikan berbentuk suspensi dalam larutan tilose 0,5%. Setelah 30 rnenit, mencit diinjeksi perangsang nyeri asam asetat 0.75% 10 mUkg bb. secara intra peritonium. Selanjutnya sepuluh menit kemudian diamati jumlah geliat yang tejadi selama 30 menit dengan interval 5 menit (3, 4, 5). Tabel 1. Jurnlah geliat (writhinl dan E g) rnencit sel .an.. lama 30 mer Jumlat --I:-' Mencit 9 1 No. A B C E 1 126 53 9 17 2 2 117 42 17 14 3 3 118 57 48 9 6 4 127 51 9 10 2 5 140 62 43 14 2 6 73 60 37 1 1 X 116,833 54.167 27,167 10,833 2,667 50% X 58.5 - Analisa data Pada Tabel 1 terlihat, bahwa jumlah rata-rata geliat grup perlakuan B, C, D, dan E lebih besar jika dibandingkan 50% jumlah rata geliat grup kontrol A. Hal ini menunjukkan, bahwa grup perlakuan tersebut mempunyai kemampuan menahan rangsangan nyeri asam asetat yang cukup besar. Analisa varian sederhana yang dilakukan pada data Tabel 1 dengan derajat kemaknaan 5% menghasilkan F hitung = 68,751 sedangkan F tabel = 2,759. Harga F hitung yang lebih besar dibanding F tabel menunjukkan, bahwa ada perbedaan bermakna jumlah geliat atau respons nyeri. Untuk mengetahui perbedaan bermakna antar gmp perlakuan. dilakukan analisa Least Significant Different Test (LSD test) pada derajat kemaknaan 5% dengan hasil sebagai berikut: 'Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya. Surabaya Volume 3 No. 2 Warta Tumbuhan Obat Indonesia 25 Tabel 2. Uji LSD antar grup pada derajat kemaknaan 5% Perhitungan % efektifitas analgesik dengan rumus: Keterangan: 0 = tidak ada perbedaan bemakna efek analgesik + = ada perbedaan bermakna efek analgesik Dari Tabel 2 ini dapat dilihat, bahwa ado perbedaan bermakna efek analgesik antara pemberian ekstrak 10 kali, 15 kali, dan 20 kali dosis manusia, jika dibandingkan dengan pemberian tilose 0.5% atau asetosal 6 kali dosis manusia. Perhitungan proteksi mencit terhadap induksi nyeri asam asetat 0.75% dengan rumus: % proteksi = 100 - (ujikontrol x 100) Uji = harga rata-rata jumlah geliat gmp perlakuan (B. C, D, dan E) Kontrol = harga rata-rata jumlah geliat grup kontrol (A) dengan hai l sebagai berikut. Tabel 3. Rekapitulasi perhitungan % pmteksi mencit terhadap induksi nveri asam asetat 0,75% - Gn Rata-rata % pmteksi Keterangan - Jumlah geliat Keterangan: - : tidak ada kemampuan untuk menahan rangsang nyeri asam a r mt ot + k menahan rangsang nyeri asam asetat ++ I rangsang nyeri asam asetat tergolong W"L,.. : ada kemiu : kemampu: sedang mpuan untu m menahan ++t : kemampuan menahan rangsang nyeri asam asetat tergolong besar Disini dqat dilihat, bahwa semakin tinggi harga % proteksi, semakin kecil jumlah geliat yang tejadi. Hal ini bemi , bahwa jumlah ekstrak y m pada saat menahan rangsang nyer ptor nyeri. ang diberik: ~t pada rese itu mampu I % Efektifitas analgesik = % ekstrak x 100% % proteksi asetosal dengan hasil sebagai berikut. Tabel 4. Rekapitulasi perhitungan % efektifitas analgesik No. X 1 % Efektifitas analgesik I 76,748 53. 6~0 143.09 I1 90.728 53,638 169.12 Ketenngan: X = % proteksi ekstnk etanol kering rimpang kencur Y = % proteksi asetosal I, 11, 111 masing-masing adalah % efektifitas analgesik ekstrak 10 kali, 15 kali, dan 20 kali dosis manusia dibandingkan asetosal 6 kali dosis manusia. Dari Tabel 4 ditunjukkan, bahwa daya penurun rasa nyeri d d ekstrak tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan asdtosa! ywg mempakan obat analgesik modem yang telah ada di pasar. Fakta lain menunjukkan, bahwa mencit yang diberi ekstrak etanol kering rimpang kencur cenderung tidur. Geliat yang te rjadi per menit (setiap selang waktu 5 menit) frekuensinya lebih sedikit dan kualitasnya kecil jika dibandingkan dengan asetosal. Frekuensi geliat mencit dalam waktu tertentu menunjukkan derajat nyeri yang dirasakan. Hal ini berarti, bahwa ekstrak tersebut lebih mampu menurunkan rasa nyeri bila dibandingkan asetosal. Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data dapat disimpulkan, bahwa ekstrak etanol kering rimpang kencur 10 kali, I5 kali, dan 20 kali dosis manusia menunjukkan khasiat analgesik; daya analgesik lebih besar jika dibandingkan dengan asetosal 6 kali dosis manusia. DAFTAR PUSTAKA 1. Perry, LM. Medical Plants Of East & Southeast Asia Attributed Properties and Uses. The MTT Press, Cambridge. Massachussets and London. England. 1980, hal. 442. 2. Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alami (Perhipba). Ernpon-empon dan Tanaman lain dalam Zingiberaceae. Seri Tanaman Obat. 1989, hal. 38- 40. 3. Mutschler, E. Dinamika Obat, diterjemahkan oieh Widianto M.B.. Ranti AS., Ediii Kelima. ITB. Bandung. 1991. hal. 177-182. 4. Smith SE. Bagaimana Obat Bekerja. Edisi Pertama, Grafidian Jaya, Jakarta. 1982, hal. 64-68 : 5. Kelompok Kerja llmiah Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam. Penapisan Farmakologi. Pengujian Fiokimia dan Pengujian Klinik. 1991. hal. 3-A 01.