Anda di halaman 1dari 9

Jam/Tanggal : : 11.30-14.

00/15 April 2020


Paralel/Kelompk : : 2/3

PROTOKOL ANALGESIK

Oleh :

TIGRISIA FAATHIRA
B04170086
P2/KLP3

DEPARTEMEN ANATOMI, FISIOLOGI, DAN FARMAKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
PENDAHULUAN

Analgesik adalah suatu senyawa yang dapat menghilangkan rasa nyeri.


Pembebasan mediator kimia pada waktu terjadinya stimulus nyeri seperti
bradikinin dapat merangsang ujung ujung syaraf nyeri menimbulkan rasa nyeri.
Respon terhadap nyeri dan kesadaran akan nyeri dapat dipengaruhi oleh
komponen psikologik. Dalam hal ini meskipun nilai ambang nyeri relatif konstan
pada orang normal tetapi sensasi nyeri sendiri sebagai respon terhadap stimulus
nyeri dapat bervariasi. Obat ini digunakan untuk menekan atau mengurangi rasa
sakit atau nyeri tanpa menyebabkan hilangnya kesadaran.
Berdasarkan tempat kerjanya analgesik dapat digolongkan kedalam analgesik yang
bekerja secara sentral seperti morfin dan analgesik yang bekerja perifer yang dapat
melibatkan komponen sental pula. Prinsip pengujian efek analgesik secara eksperimental
adalah mengukur kemampuan obat untuk menghilangkan atau mencegah kesadaran
sensasi nyeri dengan cara fisik atau kimiawi.

TUJUAN

Mengetahui efek obat analgesik dan potensi analgesik pada bahan uji (ekstrak
teki) dengan dosis bertingkat yang diberikan dengan metode Tail test dan metode
Writihng test.

BAHAN DAN ALAT

Bahan dan Alat Tikus putih jantan, larutan antalgin 10 % , Ketoprofen, penangas
air suhu 50oC, stopwatch, alat penahan tikus, alat suntik 1 mL .

METODE

Metodologi 1. Metoda dengan panas


1. Masukkan ekor tikus pada penangas air, lamanya respon yang muncul
dicatat dengan cara mengamati waktu dari mulai ekor tikus dimasukkan kedalam
penangas sampai dengan munculnya jentikan ekor tikus dari penangas air .
2. Ulangi prosedur ini 3 kali dengan selang waktu 2 menit untuk memperoleh
respon normal dari tikus
3. Data kedua dan ketiga diratakan dan dicatat sebagai respon normal masing
masing tikus terhadap stimulus nyeri (normal antara 3-5 detik)
4. Suntikan obat yang akan dievaluasi efeknya secara intraperitoneum
a. 1. Antalgin dosis 300 mg/kg bb
b. 2. Ketoprofene 5 mg/kg bb
5. Diamkan selama 10 menit
6. Masukan ekor tikus kedalam penangas air dan catat waktu respon yang muncul.
Ekor tikus tidak boleh dibiarkan berada dalam air pada lebih dari 10 detik. Bila hal ini
terjadi harus diangkat dan dinyatakan sebagai kehilangan rasa nyeri atau analgesia
7. Pengamatan dilakukan pada selang waktu 20, 30, 60, 90 dan 120 menit
8. Tabelkan dan buat kurva yang menggambarkan hubungan natara waktu stimulus
nyeri dan respon 1 grup 4 orang.
Metoda 2. Analgesik

Pemberian obat peroral 1 jam sebelum induksi dengan asetilkolin 0, 62.5, 250,
1000 mg/kg bb, kemudian diinjeksikan asetilkolin dosis 0.25 mg/mencit. Hitung
banyaknya geliat mencit selama 15 menit dengan interval pengamatan 5 menit
Suatu eksperimen dilakukan sebagai berikut untuk mengetahui potensi analgesic ekstrak
teki
Metode induksi nyeri cara kimiawi. Induksi rasa nyeri secara kimiawi digunakan
asam asetat 3% yang dilarutkan dalam NaCl 0,9% dengan cara disuntikkan secara
intraperitoneal yang diberikan 30 menit setelah pemberian bahan uji secara oral (Turner,
1965). Nyeri ditandai dengan timbulnya writhing atau geliat yang ditunjukkan dengan
bagian abdomen menyentuh dasar tempat berpijak dan kedua pasang kaki ditarik ke
belakang (Astuti dan Pudjiastuti, 1996). Tiap kelompok mendapat perlakuan sebagai
berikut Kelompok I diberi ekstrak umbi teki dosis 0 mg/20 g bb; Kelompok II diberi
ekstrak umbi teki dosis 1 mg/20g bb; Kelompok III diberi ekstrak umbi teki dosis 3
mg/20 g bb; Kelompok IV diberi ekstrak umbi teki dosis 5 mg/20g bb; Kelompok V
diberi ekstrak umbi teki dosis 7 mg/20 g bb; Kelompok VI diberi asetosal 200 mg/kg bb;
semua kelompok sebanyak 0,5 ml/20 g bb.
Daya analgetik dan efektifitas analgetik. Bahan uji diberikan secara oral, 30 menit
sebelum disuntikkan asam asetat. Pengamatan dilakukan pada mencit dengan melihat
jumlah geliat yang timbul langsung setelah pemberian asam asetat selama 30 menit
dengan selang waktu 5 menit. Efek analgetik bahan yang diuji dapat dilihat dengan
adanya penekanan jumlah geliat yang timbul selama 30 menit dibandingkan dengan
asetosal (Astuti dan Pudjiastuti, 1996).
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Rata rata waktu geliat tiap kelompok perlakuan

Table 2. Waktu reaksi rata-rata mencit terhadap alat panas dengan suhu 55 oC
yang diukur 15 menit setelah perlakuan.

Perhitungan:
a. Hitung daya analgesik
Rata rata jumlah geliat kelompok perlakuan
%Daya Analgetik =100−( x 100 %)
Rata rata jumlah geliat kelompok kontrol

Daya Analgesik masing-masing kelompok perlakuan:


13,49
Kelompok II =100− (
15,79 )
x 100 % =100−( 85,43 ) =14,57 %

11,06
Kelompok III =100− (
15,79 )
x 100 % =100−( 70,04 )=29,95 %

9,12
Kelompok IV =100− (
15,79 )
x 100 % =100− (57,76 )=42,24 %

5,93
Kelompok V =100− (
15,79 )
x 100 % =100−( 37,55 ) =62,44%

2,29
Kelompok VI =100− (
15,79 )
x 100 % =100−( 14,50 )=85,50 %

b. Hitung prersentase efektivitasnya

Rata rata daya analgetik kelompok perlakuan


%Efektivitas=( x 100 %)
Rata rata daya analgetik kelompok asetosal
Kelompok II = ( 14,57
85,50
x 100 % )=17,04 %

29,95
Kelompok III =( x 100 % ) =35,03 %
85,50
42,24
Kelompok IV =( x 100 % )=49,50 %
85,50
62,44
Kelompok V =( x 100 % )=73,03 %
85,50

c. Bandingkan data hasil pengujian pada table 1 dengan table 2.

Hasil pengujian tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian dosis yang lebih


tinggi dari bahan uji akan mampu menurunkan rata-rata jumlah geliat pada tikus.
Bisa dikatakan bahwa terdapat suatu kandungan yang berada di dalam bahan uji
yang mempunyai efek anlgesik yang mampu menekan rasa nyeri atau geliat pada
hewan uji. Menurut Gemilang (2013), kandungan pada umbi teki yang dapat
berpotensi sebagai analgesik adalah flavonoid. Flavonoid merupakan salah satu
dari sekian banyak senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh suatu
tanaman, yang bisa dijumpai pada bagian daun, akar, kayu, kulit, tepung sari,
bunga dan biji (Dani 2012). Senyawa ini biasanya teradapat disemua bagian
tumbuhan, kecuali akar (Zaidan dan Djamil 2014). Mekanismenya ialah
menghambat enzim siklooksigenase yang dapat penyebabkan penurunan sintesis
prostaglandin mengakibatkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah dan aliran
darah lokal akan berkurang dan akhirnya menyebabkan migrasi sel radang pada
area radang akan menurun (Sutrisna 2010). Banyaknya kandungan flavonoid pada
ektrak tanaman ini pernah diuji dan mendapatkan hasil sebesar 108,37 mg/g
(Muthoharoh dan Nikmah 2019).
Hasil pengujian tabel 2 menunjukkan perbandingan lurus antara pemberian
dosis bertingkat dengan waktu reaksi yang dihasilkan untuk menghambat nyeri
panas (Puspitasari et al. 2003). Pemberian dosis yang bertingkat dari ekstrak
umbi teki terbukti dapat memperpanjang waktu reaksi kelompok kontrol yang
berarti bahwa ekstrak umbi teki tersebut memiliki aktivitas analgetik (Sirait et al.
1993). Salah satu khasiat bahan uji ini ialah minyak atsirinya yang cukup besar
(Puspitasari et al. 2003). Kandungan kimia senyawa minyak atsiri dalam rimpang
rumput teki sebagian besar memberikan efek farmakologi, antara lain
anticandida, antiinflamasi, antidiabetes, antimikroba, antibakteri, antioksidan,
analgesik, antipiretik (Lawal dan Oyedeji 2009). Menurut Puspitasari et al.2003,
dosis yang efektif sebagai dosis 7 mg/20g bbdan tidak berbeda dengan asetosal
200 mg/kg bb.

SIMPULAN
Aplikasi bahan uji ekstrak teki mendapatkan hasil bahwa bahan ini memiliki
efek analgetik yang berupa flavanoid dan minyak astiri didalam kandungan bahan
tersebut. Pemberian dosis bertingkat mampu menurunkan efek nyeri (geliat)
secara kimiawi dan berbanding lurus dengan perpanjang waktu reaksi yang
ditimbulkan untuk menahan nyeri cara panas.
DAFTAR PUSTAKA

Dani FR. 2012. Potensi Ekstrak Umbi Teki ( Cyperus Rotundus L .) Dalam
Menurunkan Jumlah Limfosit Jaringan Granulasi Setelah Pencabutan Gigi
Tikus Wistar Jantan [skripsi]. Jember (ID): Universitas Jember.
Gemilang, J. (2013). Khasiat Selangit Daun-Daun & Buah-Buah Ajaib Tumpas
Beragam Penyakit Berbahaya. (W. T., Ed.). Yogyakarta (ID): Araska.
Lawal OA and Oyedeji AO. 2009. Chemical Composition of the Essential Oils of
Cyperus rotundus L. From South Africa. Journal Molecules 14. ISSN 1420-
3049.
Muthoharoh H dan Nikmah k. 2019. Analisis kadar flavonoid total ekstrak umbi
rumput teki (Cyperus Rotundus L.). J-HESTECH. 2(2):127-132.
Puspitasari H, Listyawati S, Widiyani T.2003. Aktivitas analgetik ekstrak umbi
teki (Cyperus rotundus L.) pada mencit putih (Mus musculus L.) jantan.
Biofarmasi. 1 (2): 50-57.
Sirait MD, Hargono D, Wattimena JR, Husin M, Sumadilaga RS, Santoso SO.
1993. Pedoman Pengujian Dan Pengembangan Fitofarmaka, Penapisan
Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik Pengembangan dan
Pemanfaatan Obat Bahan Alam. Jakarta (ID): Yayasan Pengembangan Obat
Bahan Alam Phytomedica.
Sutrisna E.M. 2010. Uji efek antiinflamasi ekstrak etil asetat buah semu jambu
mete (Anacardium occidentale L.) terhadap edema pada telapak kaki tikus
putih (Rattus norvegicus) jantan galur wistar yang diinduksi karagenin.
Biomedika. 2(1):33-37.
Zaidan S dan Djamil R.2014. Ekstraksi dan Identifikasi Senyawa flavonoid dari
simplisia Daun Insulin (Smallanthus sonchifolius,Poepp). Simposium
PERHIPBA XVI . Page 1-10.
Nama : Tigrisia Faathira
Nim : B04170086

Tugas Analgesik 2 upload


SIlakan jelaskan berbagai metoda untuk menguji potensi analgesik
Yang meliputi
2.7.1 Metode Induksi Cara Kimia (Metode Sigmund) = umumnya metode
ini diinduksikan dengan rasa nyeri berupa injeksi iritan kedalam rongga peritoneal
ataupun secara oral pada mencit. Mencit dipuasakan kurang lebih 18 jam sebelum
pengujian senyawa. Tetapi tetap diberikan air monum.

1. Metode Geliat = dikenal juga dengan metode writhing test. Obat yang
tergolong sebagai iritan seperti asam asetat, baridikinin atau asetilkolin
diinjeksikan dengan rute IP pada mencit sesuai dosis yang telah dihitung,
kemudian diamati frekuensi geliat yang dihasilkan dan dibandingkan dengan
kontrol. Metode ini tergolong mudah karena terdapat korelasi antara intensitas
rangsangan nyeri dan dosis senyawa yang dibutuhkan untuk menahan rangsangan
nyeri sehingga dapat diperoleh estimasi kuantitas aktivitas analgesik suatu
senyawa (Turner, 1965).. Contoh penggunaan metode ini digunakan pada
penelitian Costa (2016) : Geliatan pada mencit terjadi sebagai respon nyeri akibat
diberikannya penginduksi nyeri larutan asam asetat 0,6% dengan dosis 0,01 ml/g
BB mencit setelah 20 menit pemberian suspensi senyawa uji 4-bromobenzoilurea,
senyawa pembanding asam asetil salisilat dan senyawa induk benzoilurea pada
dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, dan 200 mg/kg BB serta kontrol CMC-Na
0,5%. Lalu frekuensi geliatan yang terjadi pada tiap ekor mencit diamati selama
30 menit. Respon geliat yang ditunjukkan yaitu menggerakan sepasang kaki
depan yang ditarik ke depan dan sepasang kaki belakang yang ditarik ke belakang
serta menggesek-gesekan perut ke dasar kandang (Rahayu et al. 2016).

2. Metode Randall-Selitto = prinsip kerjanya adalah telapak kaki tikus


dijepit dan diberi tekanan (gram) dengan bobot tertentu. Obat analgesik mampu
dievaluasi dengan melihat pengaruh ambang reaksi terhadap rangsangan mekanis
yang berada di jaringan inflamasi (Anseloni et al.2003). Sebelum perlakuan
hewan uji diuji dengan alat UGO BASILE 37215 ITALY analgesy-meter terlebih
dahulu. Pemberian senyawa secara oral dan setelah 30menit, baru diberikan
rangasangan nyeri dari alat tersebut. Handling hewan harus dilakukan dengan
benar. Kemudian beban dijalankan dan dihentikan jika tikus sudah memberikan
respon dengan penarikan kaki dan mengeluarkan suara. Berat beban dicatat dalam
gram. Pengujian ini dilakukan selama 4 jam dengan rentang waktu tercatat, yaitu
30 menit, 60 menit, 120 menit, 180 menit dan 240 menit (Keswara dan Handayani
2019).

3. Metode Formalin = metode yang menyebabkan iritasi serabut saraf C


dan keluarnya substansi P dan bradikinin (fase I) dan dapat menimbulkan
inflamasi dan dikeluarkannya prostaglandin, bradikinin, serotonin, dan histamin
(fase II) (Hunskaar dan Hole 1987). Metode Formalin Test dapat digunakan untuk
mengevalusi daya analgesik persisten. Dikatakan ideal apabila obat dapat bekerja
pada kedua fase tersebut (Coderre dan Katz 1997).
2.7.2 Metode Induksi Nyeri Cara Panas
= Metode ini dikenal juga dengan metode Tail Flick Test yang
menggunakan panas sebagai penginduksi nyeri. Prinsipnya, berapa lama waktu
yang diperlukan hewan uji untuk dapat bertahan pada temperature 50o C
(rangsangan internal) pada bagian ekor. Respon yang diharapkan berupa
penarikan ekor secara tiba-tiba Sebelum perlakuan hewan uji diuji dengan alat
tail flick analgesy-meter terlebih dahulu, dicatat waktunya sebagai T0. Tikus
diberikan perlakuan sesuai kelompoknya secara peroral. 30 menit kemudian tikus
diuji menggunakan tail flick analgesy-meter. Kemudian dicatat waktu tikus mulai
menarik atau menjentikkan ekornya. Pengujian dilakukan pada tikus ke 30, 60,
90, dan 120 menit (Keswara dan Handayani 2019).
2.7.3 Metode Penapisan Analgesik untuk Nyeri Sendi
= Metode ini biasanya digunakan untuk nyeri sendi, seperti tipe nyeri
arthritis yang ditimbulkan akibat injeksi intraokuler AgNO3 1% dan rasa nyeri
tersebut dapat dikurangi ataupun ditiadakan oleh obat analgesik/sediaan uji.
Setelahnya, tikus diuji refleks sendinya selama 3kali dengan interval waktu 
10menit, sediaan dinyatakan bersifat analgesik untuk nyeri sendi apabila tikus
tidak merasa kesakitan akibat refleks yang di paksakan (Marlyne R 2012).

DAFTAR PUSTAKA

Anseloni VC, Ennis M, Lidow MS. 2003. Optimization of the mechanical


nociceptive threshold testing with the Randall-Selitto Assay. J. Neurosci
Methods. 131: 93-97.
Coderre TJ.dan Katz J. 1997. Peripheral and central hyperexcitability: deferential
signs and symptoms in persistent pain. Behave. Brain. Sci. 20: 404-419.
Costa C. 2016. Uji aktivitas analgesic senyawa 4-Bromobenzoilurea pada mencit
putih (Mus musculus) dengan metode Writhing Test [skripsi]. Surabaya (ID):
Universitas Airlangga.
Hunskaar, S. and Hole K., 1987, The Formalin Test in mice: Dissociation
Beetwen Inflammatory and Non-Inflammatory Pain. Pain., 30, 103-114.
Keswara YD dan Handayani SR. 2009. Uji aktivitas analgesic ektrak etanol daun
ingu (Ruta angustifolia [l.] Pers) pada tikus putih jantan. Journal Syifa
Sciences and Clinical Research. 1(2): 57-69.
Marlyne R. 2012. Uji efek analgesik ekstrak etanol 70% bunga mawar (Rosa
chinensis Jacq.) pada mencit yang diinduksi asam asetat [skripsi]. Depok (ID):
Universitas Indonesia.
Rahayu L, Dewi RS, Ayu G. 2016. Uji efek Anti-inflamasi dan Analgesik infausa
Daun Senggan (Melastoma malabathricum L.). J Ilmu Kefarmasian
Indonesia.14(1): 93-98.
Turner R A. 1965. Screening Method in Pharmacology, Vol. I. New York.
Academic Press.

Anda mungkin juga menyukai