Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI SISTEM ORGAN

PENGUJIAN AKTIVITAS ANALGETIKA METODE INDUKSI KIMIA (METODE

SIEGMUND) DAN METODE TERMIK

Disusun oleh :

Kelompok 3 - 2D

Nisa Julia Kasih (31119157)

Febby Pratama (31119158)

Anisa Nurmalasari (31119164)

Sita Rahmawati (31119178)

Agi Suprayogi (31119197)

PRODI S1 FARMASI

STIKES BAKTI TUNAS HUSADA

KOTA TASIKMALAYA

2021
I. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui pengujian aktivitas analgetik dengan menggunakan metode induksi
kimia dan metode termik.
2. Mengetahui pada dosis berapa aspirin dapat menurunkan rasa nyeri
II. Dasar Teori
Obat – obat analgetik adalah kelompok obat yang memiliki aktivitas menekan
atau mengurangi rasa nyeri terhadap rangsang nyeri mekanik, listrik, atau kimiawi
di pusat dan perifer atau dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin
sebagai mediator sensasi nyeri. Kelompok obat ini terbagi kedalam golongan
analgetik kuat (analgetik narkotika) yang bekerja sentral terhadap system saraf
pusat dan golongan analgetik lemah (analgetik non narkotik) yang bekerja secara
perifer.
Nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat.
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Menurut
International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah pengalaman
perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual
maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Ada lima klasifikasi dan jenis nyeri, yaitu nyeri:
1. Akut yang dapat ringan, sedang, atau berat
Nyeri terjadi mendadak dan memberikan respons terhadap pengobatan
2. Kronik
Nyeri menetap selama lebih dari 6 bulan dan sulit untuk diobati atau
dikendalikan
3. Superficial
Nyeri dari daerah permukaan, seperti kulit dan selaput mukosa
4. Somatic (tulang, otot rangka dan sendi)
Nyeri dari otot rangka, ligament dan sendi
5. Visceral atau nyeri dalam.
Nyeri dari otot polos dan organ
Penggunaan obat-obatan pereda nyeri bertujuan antara lain :
1. Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri
2. Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi gejala nyeri kronis
yang persisten (menetap)
3. Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan akibat nyeri
4. Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau intoleransi terhadap terapi nyeri
5. Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengoptimalkan kemampuan pasien
untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.
Rasa nyeri setelah induksi nyeri secara kimiawi pada hewan uji ditunjukan
dalam bntuk gerakan geliat, frekuensi gerakan ini dalam waktu tertentu menyatakan
derajat nyeri yang dirasakannya, sedangkan rasa nyeri setelah induksi nyeri cara
termik pada hewan uji ditunjukan dengan menjilat kaki belakang atau meloncat saat
diletakan di atas hot plate. Selang waktu antara pembrian stimulus nyeri yang
berupa panas sampai terjadinya respon disebut waktu reaksi. Obat-obat analgetik
dapat memperpanjang waktu reaksi ini (Sirait dd., 1993; Sumardiyanta, 1999).
Metode Uji Aktivitas Analgetika
A. Metode Induksi Cara Kimia (Metode Siegmund)
1. Metode Geliat
Penilaian obat dilakukan berdasarkan kemampuan dalam menekan atau
menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi secara kimia pada hewan
percobaan mencit. Rasa nyeri ini pada mnit diperlihatkan dengan bentuk
respon gerakan geliat yaitu kedua mpasang kaki kedepan dan kebelakang
serta perut menekan lantai, yang muncul dalam waktu maksimal 5 menit
setelah induksi. (Kelompok Kerja Ilmiah, 1993).
2. Metode Randall-Sellito
Metode ini merupakan suatu alat untuk mengevaluasi kemampuan obat
analgesic yang mempengaruhi ambang reaksi terhadap rangsangan tekanan
mekanis di jaringan antiinflamasi (Anseloni, Ennis & Lidow,2003 ;
Marlyne, 2012). Prinsip metode ini adalah inflamasi dapat meningkatkan
sensitivitas nyeri yang dapat dikurangi oleh suatu obat analgesic. Bahan
kimia yang digunakan untuk menghasilkan suatu inflamsi diinjeksikan
secara subkutan pada permukaan kaki atau tangan tikus. Inflamasi yang
terjadi diukur dengan suatu alat yang menggambarkan adanya peningkatan
ambang nyeri. (Plamar & Prakash, 2006: Marlyne, 2012)
3. Metode Formalin
Mtode ini digunakan untuk mengetaui efek analgetik obat pada nyeri kronik.
Formalin digunakan sebagai penginduksi yang diijeksikan secara subkutan
pada permukaan tangan atau kaki tikus yang akan menimbulkan respon
berupa menjinjitkan dan menjilat kaki. Respon ini dinilai skoring dari skala
0 sampai 3 (Pramar & Prakash, 2006; Heidari, dkk. 2009; Marlyne, 2012)
B. Metode Dengan Induksi Nyeri Menggunakan Cara Mekanik
Metode ini dirancang dengan memberikan tekanan pada pangkal ekor hewan
uji. Hewan uji akan memberikan respon berupa reaksi untuk menghilangkan
tekanan tersebut. Hewan uji yang diberikan analgetika akan lebih tahan terhadap
tekanan yang lebih besar. (Domer, 1997; Suhendy 2010)
C. Metode Dengan Induksi Nyeri Menggunakan Listrik
Pada metode ini arus listrik dialirkan kebagian tubuh tertentu dari hewan uji
dengan tegangan listrik yang ditinggikan secara bertahap. Respon hewan uji
berupa gerakan atau suara mencicit. Hewan uji yang diberikan analgetik akan
lebih tahan terhadap tegangan listrik yang tinggi (Domer,1997; Suhendy 2010)
D. Metode Dengan Induksi Nyeri Cara Panas
Meode ini dilakukan dengan menmpatkan hewan di plat panas dengan suhu
tetap sebagai stimulus nyeri, memberikan respon dalam bentuk mengangkat
atau menjilat telapak kaki depan, atau meloncat. Selang waktu antara pemberian
stimulus nyeri dan terjadinya respon, yang disebut waktu reaksi, dapat
diperpanjang oleh pengaruh obat analgetik. Prpanjangan waktu reaksi ini dapat
dijadikan sebagai ukuran dalam mengevaluasi aktivitas analgetika (Kelompok
Kerja Ilmiah, 1993).
E. Metode Penapisan Analgetik Untuk Nyeri Sendi
Analgetik tertentu dapat mengurangi atau meniadakan rasa nyeri sendi, tipe
nyeri artritis pada hewan percobaan yang ditimbulkan oleh suntikan intra
articular larutan AgNO3 1%. Setelah diinduksi, terhadap tiap tikus dilakukan
gerakan fleksi pada sendi sebanyak 3 kali dengan interval 10 detik. Sediaan uji
dinyatakan bersifat analgesic untuk nyeri sendi, jika hewan tidak mencicit
kesakitan oleh gerakan fleksi yang dipaksakan, pada waktu setelah pemberian
sediaan uji (Kelompok Kerja Ilmiah, 1993).

III. Alat dan Bahan


a. Hewan percobaan
- Mencit (BB 20-25 gr)
b. Bahan
- Asam asetat 3%
- Aspirin 500 mg
- PGA 1%
c. Alat
- Spuit 1 ml
- Sonde oral
- Stopwatch
- Timbangan
- wadah penyimpanan
IV. Perhitungan Dosis
 Kontrol negatif : suspensi PGA 1%
 Kontrol positif : aspirin 500 mg
 Uji dosis 1 : aspirin 250 mg
 Uji dosis 2 : aspirin 750 mg
 Uji dosis 3 : aspirin 1000 mg

a. Kontrol negatif : suspense PGA 1%


PGA 1% = 1 gr/100 ml
 Volume pemberian untuk mencit 20 gr = 0,2 ml
 Volume pemberian untuk mencit 25 gr = 25/20 x 0,2 = 0,25 ml
 Larutan stok
Misal dibuat sebanyak 10 ml larutan stok
1/100 x 10 = 0,1 gr
 Suspensi PGA 1% dibuat dengan melarutkan 1 gr PGA dalam 100
ml air.
 Misal dibuat 10 ml larutan stok : PGA yang dilarutkan adalah
sebanyak 0,1 gr.
b. Kontrol positif : aspirin 500 mg
 Konversi dosis mencit
0,0026 x 500 mg = 1,3 mg (20 gr BB mencit)
 BB mencit 25 gr = 25/20 x 1,3 = 1,625 mg
 Larutan stok
10/0,2 x 1,3 = 65 mg
 Aspirin ditimbang sebanyak 65 mg, lalu dilarutkan dalam 10 ml
suspensi PGA 1%.
 Volume pemberian mencit
BB 20 gr = 0,2 ml
BB 25 gr = 25/20 x 0,2 ml = 0,25 ml
c. Dosis uji 1 : aspirin 250 mg
 Konversi dosis mencit
0,0026 x 250 mg = 0,65 mg
 BB mencit 25 gr = 25/20 x 0,65 mg = 0,8125 mg
 Larutan stok
10/0,2 x 0,65= 32,5 mg
 Aspirin ditimbang sebanyak 32,5 mg dan dilarutkan ke dalam 10 ml
suspensi PGA 1%.
 Volume pemberian mencit
BB 20 gr = 0,2 ml
BB 25 gr = 25/20 x 0,2 ml = 0,25 ml
d. Dosis uji 2 : aspirin 750 mg
 Konversi dosis mencit
0,0026 x 750 mg = 1,95 mg
 BB mencit 25 gr = 25/20 x 1,95 mg = 2,4375 mg
 Larutan stok
10/0,2 x 1,95 mg = 97,5 mg
 Aspirin ditimbang sebanyak 97,5 mg, lalu dilarutkan ke dalam 10 ml
suspensi PGA 1%.
 Volume pemberian mencit
BB 20 gr = 0,2 ml
BB 25 gr = 25/20 x 0,2 ml = 0,25 ml
e. Dosis uji 3 : aspirin 1000 mg
 Konversi dosis mencit
0,0026 x 1000 mg = 2,6 mg
 BB mencit 25 gr = 25/20 x 2,6 mg = 3,25 mg
 Larutan stok
10/0,2 x 2,6 mg = 130 mg
 Aspirin ditimbang sebanyak 130 mg, lalu dilarutkan ke dalam 10 ml
suspensi PGA 1%.
 Volume pemberian mencit
BB 20 gr = 0,2 ml
BB 25 gr = 25/20 x 0,2 ml = 0,25 ml
V. Prosedur
Hewan percobaan
Hewan percobaan Diberi penanda serta dibagi menjadi 5
ditimbang dicatat kelompok

Semua hewan dari


Kelompok 2 (kontrol Kelompok 1 (kontrol setiap kelompok
positif diberi aspirin negatif diberi diberi perlakuan
500 mg) suspense PGA 1%) sesuai kelompoknya
secara oral

kelompok 3 ( dosis 1 kelompok 4 (dosis 2 kelompok 5 (dosis 3


aspirin 250 mg) aspirin 750 mg) aspirin 1000 mg)

jumlah geliat setelah 30 menit


dmeniticatat setiap 5 gerakan geliat hewan hewan diberi asam
menit selama diamati asetat 0,7% secara
interval 30 menit intraperitonial

daya proteksi obat uji


terhadap rasa nyeri dan
efektivitas
analgesiknya dihitung

VI. Data Percobaan


Jumlah Geliat
Kontrol
Kontrol Dosis uji 1 : Dosis uji 2 : Dosis uji 3 :
positif
Menit negatif aspirin 250 aspirin 750 aspirin
aspirin 500
Ke - PGA 1% mg mg 1000 mg
mg
20 25 20 25 20 25 20 25 20 25
gr gr gr gr gr gr gr gr gr gr
1-5 20 21 1 1 7 6 3 3 4 5
6-10 13 16 2 1 6 9 4 6 3 2
11-15 17 19 3 2 4 4 4 4 5 3
16-20 22 28 2 1 6 7 3 6 1 4
21-25 24 24 1 1 2 5 5 3 3 5
26-30 20 24 1 3 4 6 3 5 2 3
Jumlah 116 132 10 10 29 37 22 27 18 22
Rata-
124 10 33 24,5 20
rata

Perhitungan % Proteksi dan % Efeksivitas Analgetik


A. % Proteksi obat uji terhadap rasa nyeri

𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑒𝑙𝑖𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑙 𝑢𝑗𝑖


= 100 − [ 𝑥100%]
𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑒𝑙𝑖𝑎𝑡𝑡 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑟𝑜𝑙 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓

 Dosis uji 1 (aspirin 250 mg)


(33)
= 100 − [ 𝑥100%] = 99,73 %
(124)

 Dosis uji 2 (aspirin 750 mg)


(24,5)
= 100 − [ 𝑥100%] = 99,80 %
(124)
 Dosis uji 3 (aspirin 1000 mg)
(20)
= 100 − [ 𝑥100%] = 99,83 %
(124)
 Kontrol positif (aspirin 500 mg)
(10)
= 100 − [ 𝑥100%] = 99,92 %
(124)
B. % |Efektivitas Analgetika
%𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑙 𝑢𝑗𝑖
=[ 𝑥100%]
%𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑝𝑜𝑖𝑠𝑡𝑖𝑓

 Dosis uji 1 (aspirin 250 mg)


99,73
=[ 𝑥100%] = 99,80 %
99,92

 Dosis uji 2 (aspirin 750 mg)


99,80
=[ 𝑥100%] = 99,87 %
99,92

 Dosis uji 3 (aspirin 1000 mg)


99,83
=[ 𝑥100%] = 99,90 %
99,92

 Kontrol positif (aspirin 500 mg)


99,92
=[ 𝑥100%] = 100 %
99,92
Kelompok Perlakuan % Proteksi % Efektivitas
Kontrol Positif
99,92% 100%
(aspirin 500 mg)
Dosis 1 (aspirin 250
99,73% 99,80%
mg)
Dosis 2 (aspirin 750
99,80% 99,87%
mg)
Dosis 3 (aspirin 1000
99,83% 99,90%
mg)

VII. Pembahasan
Pada praktikum mahasiswa mengamati bagaimana efek dari suatu obat yang
beerkhasiat analgetik yang di berikan pada mencit. Dimana ada 3 dosis yang
berbeda pada setiap mencit. Pada mencit disuntika asam asetat dimana asam asetat
digunakan untuk memnginduksi rasa sakit akibat iritasi yang berat pada mukosa
memberan rongga perut sehingga kaki belakang meregang dan abdmen meyentuh
dasar plate form. Nyeri seperti ini termasuk nyeri perut mirip sifat mekanik dan
disertai reaksi vegetatif, nyeri ini disebkan oleh adanya randangan yang merangsang
syarap nyeri di daerah visceral terutama dalam rongga dada dan perut.
Aspirin yang digunakan dalam perobaan ini merupakan anaggetik yang
digunakan untuk meredakan rasa yeri pada mencit dengan dosis berbeda.
Keberhasilan asprin dalam meredakan nyeri pada mencit ditandai dengan
sedikitnya geliat yang dilakukan mencit. Karena saat setelah pemberian asam asetat
30 menit kemudian mencit akan menggeliat karena kesakitan apabila dosis yang
dierikan tidak sesuai maka geliat yang dilakukan mencit akan sangat banyak karena
tidak adanya proteksi terhadap rasa nyeri.
Pada percobaan yang mahasiswa lakukan di gunakan aspirin dengan 4 dosis
berbeda yaitu 250mg, 500mg 750mg dan 1000 mg dengan kontrol negatif PGA 1%.
Dimana aspirin dengan dosis 1000mg menghasillkan geliat yang seikit dibanding
dengan aspirin yang lainnya, hal ini menunjukan adanya proteksi dari aspirin
terhadap rasa nyeri.
Efektivitas aspirin 1000mg lebih besar dibandingan dengan 3 dosis aspirin yang
lain nya dimana perhitungan aktifitas dapat digunakan rumus :

𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑒𝑙𝑖𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑙 𝑢𝑗𝑖


100 − 𝑥100%
𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑒𝑙𝑖𝑎𝑡𝑡 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑟𝑜𝑙 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓
Sedangkan % efektifitas analgetika dapat diari dengan umus
%𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑙 𝑢𝑗𝑖
𝑥100%
%𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑝𝑜𝑖𝑠𝑡𝑖𝑓
VIII. Kesimpulan
Pengujian aktivitas analgetik dengan metode iduksi kimia adalah dengan
menginduksi larutan asam sulfat pada mencit sehingga menghasilkan rasa nyeri
akibat iritasi berat pada mukosa.
Aspirin tebukti mampu memproteksi rasa sakit dengan 4 dosis yang berada
dosis 1000mg mempunyai efektifitas paling besar dalam memproteksi rasa sakit.

IX. Daftar Pustaka


 Anief, Moh. (1995). Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta :
Gadjah Mada University
 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2005). Pharmaceutical Care
untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Dirktorat Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik. Jakarta.
 Gunawan, G dan Sulistia. (1995). Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta:
FK-UI
 Katzung, B.G.(1998). Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
 Ria Afrianti, Revi Yenti, & Dewi Meustika Uji Aktifitas Analgetik Ekstrak
Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.) pada Mencit Putih Jantan yang di
Induksi Asam Asetat 1% Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 1(1), 54-60
 Widya Hanifa, M. Isa, T. Armansyah TR, POTENSI INFUSA BATANG
SERNAI (Wedelia biflora) SEBAGAI ANALGESIK PADA MENCIT
(Mus musculus) JIMVET. 01(4):729-735 (2017)

Anda mungkin juga menyukai