Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum Hari/tanggal : Kamis, 22 November 2018

Fisiologi Veteriner I Dosen : Drs. Pudji Achmadi, MSi


Kelompok :2

DARAH 1

Anggota kelompok :
1. Elsi Nidya Putri Erita B04170083 ……….
2. Joan Elviyanti B04170084 ……….
3. Selly Glorya B04170085 ……….
4. Tigrisia Faathira A Bahari B04170086 ……….
5. Danny Bagus Wibowo B04170088 ……….

DEPARTEMEN ANATOMI, FISIOLOGI, DAN FARMAKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2018
A. Sediaan Natif Darah

PENDAHULUAN

Dasar Teori

Rouleoux adalah agregasi eritrosit yang menyerupai tumpukan koin. Formasi


ini biasa ditemukan pada myeloma, paraproteinemia, dan makroglobulinemia (Bell
2005). Adanya makromolekul dengan konsentrasi tinggi di dalam plasma, dapat
mengurangi sifat saling menolak di antara sel eritrosit, dan mengakibatkan eritrosit
lebih mudah melekat satu dengan yang lain, sehingga memudahkan terbentuknya
rouleaux. Rouleaux adalah gumpaan eritrosit yang terjadi bukan karena antibodi atau
ikatan kovalen, tetapi karena saling Tarik-menarik di antara permukaan sel. Bila
perbandingan globulin terhadap abumin meningkat atau kadar fibrinogen sangat
tinggi, pembentukan touleaux dipermudah hingga laju endap darah meningkat (Adji
2017).

Tujuan

Darah diamati tanpa diproses lebih lanjut: 1. Bentuk-bentuk sel-sel darah


diperhatikan, ada tidaknya sel eritrosit yang mengalami krenasi (pengerutan), bentuk
“rouleaux” sel-sel eritrosit, perbedaan antara eritrosit dan leukosit. 2. Ada tidaknya
mikro organisme di dalam darah diamati. Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan di
laboratorium klinik veteriner ialah pemeriksaan darah natif, kadar hemoglobin,
hematocrit, menghitung jumlah eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih),
trombosit, menghitung waktu beku. Dengan memilih beberapa macam pemeriksaan
rutin tersebut di atas dapat digunakan sebagai prosedur ”screening”. Hasil yang
didapatkan ini digabung dengan hasil pemeriksaan klinik dan etiologi dapat
memberikan informasi diagnostik yang sangat berharga, juga dapat dipakai sebagai
indikasi jika diperlukan pemeriksaan lebih lanjut, lebih teliti dan spesifik. Disamping
itu pemeriksaan darah dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran kemampuan
tubuh pasien untuk memerangi penyakit yang dideritanya, juga dapat merupakan
indikator parah tidaknya keadaan penyakit.
Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah jarum penusuk pembuluh darah/alat
pengambil darah lainnya, alcohol 70%, larutan fisiologis NaCl 0,9%, kapas, kaca
benda (object glass) dan kaca penutup (cover glass), mikroskop dengan objektif 10x
dan 40x dan okuler 10x, dan gunting (kalau perlu).

Tata Kerja

Alat-alat yang akan dipakai untuk pemeriksaan ini dibersihkan. Daerah


pengambilan darah dibersihkan dengan alcohol 70%, bila daerah tersebut berbulu,
bulunya dihilangkan terlebih dahulu dengan menggunakan gunting. 1-2 tetes larutan
fisiologis NaCl diteteskan pada kaca benda. Pembuluh darah ditusuk, darah diambil
dan ditetekan pada kaca benda tadi yang telah ada larutan fisiologisnya. Dicampur
dengan hati-hati, dan ditutup dengan kaca penutup. Letakkan di bawah mikroskop
yang telah disediakan terlebih dahulu, dan dengan menggunakan pembesaran 100x,
kemudian 400x, diamati dengan cermat. Bisa setelah selesai mikroskop harus
dibersihkan lagi.

B. Kadar Hemoglobin (Metode Sahli)

PENDAHULUAN

Dasar Teori

Metode visual/Hb-Sahli sudah tidak dianjurkan lagi, karena mempunyai


kesalahan yang besar, alat tidak bisa distandarisasi dan tidak semua jenis hemoglobin
dapat diubah menjadi asam hematin seperti keroksi-hemoglobin, met-hemoglobin,
dan sulf-hemoglobin (Faatih et al. 2017).
Tujuan

Metode ini masih banyak digunakan di lapangan dan laboratorium klinik,


tetapi sudah jarang digunakan dalam penelitian, karena kurang akurat.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah hemoglobinometer sahli, terdiri atas :
tabung sahli berskala (% atau gr%), pipet sahli 0,02ml (20cmm) dan aspirator, standar
warna sahli, alat pengaduk, pengukur waktu (tidak selalu tersedia), HCl 0,1N,
aquadestilata, jarum penusuk pembuluh darah (lanset, franke, atau lainnya), gunting
(bila perlu), alkohol 70%, dan kapas.

Tata Kerja

Tabung Sahli diisi dengan larutan HCl 0,1N sampai angka 10 (garis paling
bawah pada tabung). Tempat pengambilan darah dibersihkan dengan menggunakan
kapas beralkohol dan biarkan kering. Bila daerahnya berbulu, misalnya telinga kelinci
atau kaki anjing, bulunya digunting dahulu. Pembuluh darah ditusuk dengan
menggunakan franke/lancet. Darah diisap dengan pipet sahli sampai batas 20
(0,02ml) perlahan-lahan. Ujung pipet dibersihkan dan darah segera dimasukkan ke
dalam tabung Sahli. Tabung sahli diletakkan diantara kedua bagian standar warna
dalam alat hemoglobinometer. Biarkan selama 3 menit sampai terbentuk asam
hematin yang berwarna coklat. Dengan menggunakan pipet tetes, aquadestilata
ditambahkan ke dalam tabung setetes demi setetes sambil diaduk, sampai warna sama
dengan warna standar. Tinggi permukaan cairan pada tabung Sahli dibaca, dengan
melihat skala jalur gr% yang berarti banyaknya hemogloblin dalam gram per 100mL
darah. Jalur skala lainnya pada tabung Sahli kalau ada yang menunjukan %
Hemoglobin terhadap nilai hemoglobin normal 15.6 gr %, atau nilai normal lainya
yang tertera pada alat hemoglobinometer.
C. Hematokrit (% Volume BDM)

PENDAHULUAN

Dasar Teori

Kadar hematokrit eritrosit pekat adalah kurang dari atau sama dengan 80%
jika disiapkan dari darah lengkap dalam larutan pengawet citrate-phosphate-dextrose
(CPD), citrate-phosphate-dextrose-dextrose (CP2D), atau citrate-phosphate-
dextrose-adenine (CPDA-1) (Brecher 2005). Nilai hematokrit akan meningkat
(hemokonsentrasi) karena penurunan volume plasma darah (Rasyada et al. 2014).

Tujuan

Menentukan nilai hematokrit (%volume eritrosit) di dalam darah dengan


metoda mikrohematokrit.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah pipet mikrokapiler yang dilapisi
heparin (heparinized mirocapilary tube), alat pemusing (centrifuge) mikrokapiler,
alat untuk membaca hematokrit mikrokapiler (micro capillary reader), crestaseal
(penyumbatan pipa kapiler), atau microburner (api), perlengkapan untuk mengambil
darah : jarum penusuk pembuluh darah atau lancet, alkohol 70%, kapas dan gunting
bila perlu.

Tata kerja

Daerah pengambilan darah dibersihkan. Pembuluh darah ditusuk dan setelah


darah keluar, ujung mikrokapiler yang bertanda (merah atau biru) ditempelkan pada
tetesan darah tadi. Biarkan darah mengalir sendiri mengisi 4/5 bagian pipa kapiler.
Pipa ujung kapiler yang bertanda (tidak selalu bertanda) disumbat dengan crestaseal
atau ujung pipa tersebut dibakar dengan hati-hati. Pipa kapiler ditempatkan dalam alat
pemusing, bagian yang tersumbar ditempatkan menjauhi pusat alat pemusing. Pusing
dengan alat pemusing mikrokapiler (microcentrifuge) selama 5 menit dengan
kecepatan 11.500-15.00 RPM atau 15 menit dengan kecepatan 2.500-4.000 RPM.
Setelah dipusing, terbentuk lapisan-lapisan yang terdiri atas lapisan plasma yang
jernih dibagian teratas, kemudian lapiasan putih abu-abu (buffy coat) ialah trombosit
dan leukosit dan lapisan merah yang terdiri atas eritrosit. Nilai Hematokrit ditentukan
dengan mengukur % volume eritrosit (lapisan merah) dari darah dengan
menggunakan alat baca mikrohematokrit (microcapilary hematoksit reader). Ada
beberapa macam alat untuk mengukurnya, yang sederhana cara memakainya adalah :
a. Dasar lapisan merah pada pipa kapiler diletakkan tepat pada garis (pipa tegak
lurus) dan permukaan laporan plasma (pertemuan antara plasma dan udara)
memotong garis horizontal 100%. b. %Hematokrit dapat dibaca pada bagian kanan
yang bertepatan dengan tinggi kolom/lapisan eritrosit dalam pipa kapiler.

D. Menghitung Jumlah Butir Darah Merah dan Jumlah Butir Darah Putih

PENDAHULUAN

Dasar Teori

Hemositometer adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk melakukan


perhitungan sel secara cepat dan dapat digunakan untuk konsentrasi sel yang rendah.
Hemasitometer pada mulanya diperuntukkan untuk menghitung sel darah, yang
ditemukan oleh Louis-Charles Malassez. Bentuknya terdiri dari 2 counting chamber
dan tiap chamber-nya memiliki garis-garis mikroskopis pada permukaan kaca.
Chamber tersebut nantinya akan ditutup dengan coverslip dengan ketinggian 0,1mm
di atas chamber floor (Rouge 2002).

Tujuan

Menghitung jumlah butir darah merah (BDM, eritrosit) per mm 3 (cmm) dan
menghitung jumlah butir darah putih (BDP, leukosit) per mm3 (cmm).
Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah hemositometer Neubauer atau merk
lainnya, yang terdiri atas a. Kamar hitung dan kaca penutupnya. b. Pipet (pengencer)
eritrosit, dengan ciri di dalamnya terdapat butiran berwarna merah dan skala pada
pipet tersebut :0.5-1.0-101. c. Pipet (pengencer) lekosit, dengan ciri di dalamnya
terdapat butiran berwarna putih, dan skala pada pipet ini : 0.5-1.0-11, kedua pipet
tersebut dilengkapi dengan aspirator. d. Mikroskop biasa, dengan objektif 10x dan
45x. Okuler : 10x Larutan pengencer (dapat dipilih) : Untuk eritrosit misalnya,
larutan Hayem : Untuk lekosit pada mamalia, misalnya larutan Turk. Lekosit aves :
modifikasi Rees dan Ecker (larutan BCB 0.3 %). e. Alat pengambil darah :
lanset/jarum Franke : alkohol 70% kertas atau kain penyerap yang halus (kertas
tissue): gunting kalau perlu. f. Cawan/mangkok kecil (2) untuk tempat larutan
pengencer. g. Alat untuk menghitung (hand tally).

Tata Kerja

Kamar hitung disiapkan. Dengan hati-hati dibersihkan dengan kain yang


bersih dan lunak, mikroskop juga disiapkan. Kamar hitung di bawah mikroskop
diperiksa/diamati dengan pembesaran 100x (objektif 10x dan okuler 10x), maka akan
terlihat gambar kotak-kotak. Ukuran-ukuran kamar hitung sebagai berikut. a. Panjang
seluruh kamar hitung : 3mm b. Lebar seluruh kamar hitung : 3mm c. Kamar hitung
dibagi dalam 9 butir sangkar besar, yang masing-masing mempunyai luas 1mm2 . d.
Empat bujur sangkar yang terletak di keempat sudut kamar hitung, masing-masing
terdiri atas 16 buah bujur sangkar yang luasnya 1/16 mm2 . e. Satu dari 9 bujur
sangkar yang besar, yang terletak ditengah-tengah, terdiri atas 25 buah bujur sangkar
kecil (dibatasi oleh garis tebal). Setiap bujur sangkar yang kecil ini dibagi dalam 16
bujur sangkar yang lebih kecil lagi (terkecil), dengan ukuran luas(1/20 x 1/20) mm2 =
1/400mm2 f. Kedalaman kamar hitung (tinggi) ialah jarak antara dasar kamar hitung
dan kaca penutupnya = 1/10 mm.

Teknik menghitung

a. Untuk menghitung butir darah putih digunakan 4 kotak yang terletak di


keempat sudut kamar hitung (yang masing-masing terdiri atas 16 bujur
sangkar, pada gambar diberi tanda huruf W). Satu kotak mempunyai luas
1mm2 dan dalamnya 1/10 mm, jadi ruangan untuk menghitung jumlah butir
darah putih seluruhnya mempunyai ukuran isi = (4x1x1/10)mm3 = 4/10
mm3 .
b. Untuk menghitung butir darah merah digunakan 5 kotak kecil (R) yang
terletak di bagian tengah kamar hitung, ialah 4 buah yang terletak di sudut,
dan sebuah terletak di tengahtengah. Masing-masing kotak kecil ini terdiri
atas 16 kotak dengan ukuran terkecil yang berukuran 1/20 mm x 1/20 mm =
1/400 mm2 luasnya, dan kedalamanya 1/10 mm. (ukuran ini yang biasanya
tercantum pada alat Hemositometer)
c. Satu kotak kecil mempunyai luas (16 x 1/400) mm2 dan dalamnya 1/10 mm,
sehingga jumlah isi ruangan yang dihitung eritrositnya = 5 x (16x1/400x1/10)
mm3 = 80/4000 mm3 = 1/50 mm3.
d. Semua butir darah yang terletak di dalam kotak yang telah ditentukan dihitung
jumlahnya. Bila ada butir-butir darah yang terletak pada garis-garis tepi bujur
sangkar, maka yang dimasukkan dalam perhitungan ialah yang terletak pada
dua buah garis (sisi) yang membentuk sebuah sudut, misalnya garis (sisi) atas
dan samping kiri, dan ini harus konsisten.

Teknik mengisi kamar hitung

Untuk menghitung butir darah merah (eritrosit) :

a. Aspirator dipasang pada ujung pipet eritrosit


b. Setelah dibersihkan daerah tempat pengambilan darah, pembuluh darahnya
ditusuk. Darah yang pertama keluar dihapus dulu, dengan menggunakan
aspirator pada pipet, darah yang keluar berikutnya diisap, sampai batas angka
0.5 atau 1.0 pada pipet eritrosit.
c. Ujung pipet dibersihkan dengan kertas atau kain yang halus (kertas tissue)
d. Dengan cepat dan hati-hati, larutan pengencer Hayem diisap sampai tanda 101
yang tertera pada pipet. Harus diperhatikan pada saat mengisap darah atau
larutan pengencer, tidak boleh ada gelembung udara. Bila hal ini terjadi, harus
diulang , juga bila terdapat bekuan. Bila kelebihan sedikit larutan yang diisap,
dengan hati-hati singgungkanlah ujung pipet pada kertas tissue. Jangan ditiup.
e. Aspirator dilepaskan dengan hati-hati dari pipetnya. Harus dijaga agar tidak
ada cairan yang keluar dari pipet.
f. Kedua ujung pipet ditutup dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan, isi
pipet dikocok dengan cara membuat gerakan angka (8) atau gerakan, agar
yang tercampur hanyalah yang terdapat dibagian pipet yang membesar saja
(1.0-101)
g. Cairan pada ujung pipet yang tidak ikut terkocok dibuang.
h. Dengan hati-hati setetes cairan dimasukkan kedalam kamar hitung dengan
cara menempelkan ujung pipet pada tempat pertemuan antara dasar kamar
hitung dan kaca penutup. Jangan ditutup!
i. Butir-butir darah yang ada di dalam kamar hitung dibiarkan mengendap.
j. Jumlah butir darah merah dihitung dengan menggunakan teknik yang telah
dikemukakan tadi.

Teknik untuk menghitung jumlah butir darah putih (leukosit) sama dengan
menghitung butir darah merah, perbedaanya terdapat pada macam pipet, larutan
pengencer, dan ruang hitungnya.

a. Dengan pipet leukosit, darah diisap sampai tanda 0.5 atau sampai 1.0
b. Kemudian larutan pengencer Turk diisap sampai tanda 11 pada ujung lain
pipet ini.
c. Selanjutnya caranya sama dengan untuk BDM.

Perhitungan :
Untuk BDM :
Volume ruangan kamar hitung yang digunakan 5 kotak R (lihat contoh
gambar 14) = 5 x 16 x 1/4000mm3 = 1/50 mm3. Bila jumlah BDM dalam
ruangan tersebut = a butir, maka
1/50 mm3  a butir
1 mm3  a x 50 butir
Faktor koreksi pengenceran.
Darah 0.5, larutan pengencer sampai 101 dikurangi 1 bagian yang tidak ikut
dicampur (dibuang), sehingga pengenceranya 200 x.
Jadi : Jumlah butir darah merah per mm3 darah = 200 x 50 x a butir = a x 104
butir.

Untuk BDP :
Volume ruangan kamar hitung yang digunakan dalam perhitungan
BDP : 4 kotak besar (kotak W dalam gambar 14) = 4 x 1 mm2 x 1/10 mm =
4/10 mm3
Bila jumlah BDP dalam ruangan tersebut = b butir, maka
1 mm3  10/4 x b
Faktor pengenceran.
Darah 0.5 larutan pengencer sampai 11 dikurangi 1 bagian yang tidak ikut
tercampur (dibuang), sehingga pengencerannya 20 x.
Jadi : Jumlah BDP per mm3 darah = 20 x 10/4 x b butir = b x 50 butir

DAFTAR PUSTAKA

Adji IS. 2017. Agragasi trombosit dan laju endap darah (LED) pada model tikut
periodontitis[skripsi]. Jember(ID): Univesitas Jember

Faatih M, Saridji K, Susanti I, Putri RR, Dany F, Nikmah UA. Penggunaan alat
pengukur hemoglobin di puskesmas, polindes, dan pustu. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pelayanan Kesehatan. 1(1): 32-39

Rasyada A, Nasrul E, Edward Z. Hubungan nilai hematocrit terhadap jumlah


trombosit pada penderita demam berdarah dengue. Jurnal Kesehatan Andalas. 3(3):
343-347

Rouge M. 2002. Counting Cells with a Hemocytometer.


Rouge M. 2002. Counting cells with a hemacytometer [terhubung
berkala]. http://www.vivo.colostate.edu/hbooks/pathphys/reprod/semeneval/hemacytometer.html[1 Des
2009].

Anda mungkin juga menyukai