MK. Toksikologi Veteriner Dosen Pembimbing : Dr. Siti Sa’diah, SSi, Apt, MSi
Kelompok/paralel : 4/6
Anggota Kelompok:
1. Tigrisia Faathira B04170086
2. Nadira Fadilah B04170087
3. Danny Bagus Wibowo B04170088
4. Lintang Wulandari B04170089
5. Adib Susilo Adi B04170090
1
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................2
PENDAHULUAN.................................................................................................................3
Dasar Teori.................................................................................................................3
Tujuan........................................................................................................................3
METODE............................................................................................................................4
Alat dan Bahan..........................................................................................................4
Langkah Kerja............................................................................................................4
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................4
SIMPULAN ........................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................6
2
PENDAHULUAN
Dasar Teori
Hati merupakan organ interna pertama yang terkena efek toksik dari suatu substansi
yang masuk ke dalam tubuh. Hati termasuk organ kelenjar, yang memiliki banyak lobules
dengan struktur yang terdiri atas hepatosit, saluran sinusoid, sel kupfeer dan termasuk bagian
dari system retikuloendotelial. Hati memiliki fungsi dalam metabolism glukosa dan lipid,
membantu proses pencernaan, absorbsi lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, serta
detoksifikasi tubuh terhadap zat yang beracun (Rosida 2016)
Detoksifikasi merupakan proses menghilangkan racun( zat narkotika atau adiktif) dari
tubuh dengan cara menghentikan pemakaian semua zat adiktif yang dipakai atau penurunan
dosis obat (Astuti et al.2016). Biotransformasi pada tubuh terjadi melalui beberapa proses,
reaksi fase I (reaksi penguraian), yaitu: pemutusan hidrolitik, oksidasi dan reduksi. Reaksi fase II
(reaksi konjugasi), terdiri dari reaksi sintesis dan kunjugasi. Reaksi fase II ini ialah proses
biosintesis yang merubah bahan asing atau metabolit dari reaksi fase I menjadi ikatan kovalen
dengan molekul endogen menjadi konjugat (Widarti dan Nuqaidah 2019)
Pada percobaan ini, onset dan durasi sangat menentukan jalannya percobaan. Onset
menurut KBBI yaitu serangan atau permulaan. Dalam dunia kedokteran menurut Halo Doc
(2018) onset merupakan penggambaran waktu permulaan untuk munculnya suatu penyakit.
Percobaan kerusahan sel hati ini akan mempengaruhi kadar enzim hati, bilirubin, dan protein
dalam serum . Percobaan ini mengggunakan Karbon tetraklorida(CCl4). CC4 merupakan bahan
yang sering diinduksikan untuk pengujian kerusakan hati. Kandungan ini merupakan xenobiotic
yang lazim digunakan. Cara kerja kandungan ini, di dalam endoplasmic reticulum hati CCl4
dimetabolisme oleh sitokrm P450 2E1 (CYP2E1) menjadi radikal bebas triklorometil (CCl3) lalu
triklorometil tersebut dengan oksigen akan membentuk radikall triklorometil peroxi yang
menyerang lipid membrane endoplasmic reticulum dengan kecepatan yang melebihi radikal
bebas triklorometil. Dan triklorometil peroxi akan menyebabkan peroksidasi lipid dan
mengganggu homeostasis Ca2+ dan membuat sel mati. Senyawa ini dapat menyebabkan
keruskan yang sebanding dengan dosis yang diinduksikan(Panjaitan et al. 2007).
Tujuan
Praktikum ini bertujuan mengetahui gejala klinis dan penanggulangan pada hewan
coba yang keracunan striknin.
3
METODE
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah spuid 1mL, stopwatch, dan kandang
hewan. Sedangkan bahan yang digunakan terdiri dari tikus,striknin 1% dan penthotal.
Langkah Kerja
Tikus diperiksa terlebih dahulu untuk melihat tanda-tanda normal fisiologisnya seperti
posisi tubuh, reflex, rasa nyeri, tonus,frekuensi napas dan jantung lalu tikus ditimbang.
Kemudian striknin 1% dipersiapkan sebanyak 0,05mL lalu injeksikan striknin dengan dosis sub
letal secara subkutan pada tikus. Diamati perubahan fisiologis tikus setiap 10 menit sampai
terjadi konvulsi pada tikus. Setelah terlihat tanda-tanda konvulsi pada tikus kemudian
injeksikan antidota berupa phenobarbital sebanyak 0,5mL secara IP.
4
secara langsung kedalam tikus tersebut. Sesuai dengan MAK Value Documentation (2003),
Strychnine merupakan obat yang dapat menyebabkan stimulasi system saraf dengan
pemblokiran selektif dan kompetitif dari efek penghambatan postsynaptic dari
neurotransmitter glisin di sumsum tulang belakang. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran ion
natrium dari saraf tulang belakang yang mana dapat mengurangi hiperpolarisasi membran
postsynaptic dan dengan demikian ambang batas untuk membangkitkan potensi aksi. Hasilnya
adalah hipereksitabilitas serebrospinal, kram tetanik di diafragma dan otot lurik,
hipereksitabilitas sistem saraf simpatis dengan takikardia dan hipertensi dan bahkan henti
napas.Pada fase awal keracunan strychnine, gejala seperti gemetar, berkedut, dan kekakuan
pada otot wajah dan kaki muncul setelah 15 sampai 30 menit diikuti dengan kejang yang
menyakitkan dan peningkatan sensorik persepsi. Kejang menjadi lebih sering dan kematian
disebabkan oleh kelelahan atau anoksia selama kejang.
Sedangkan pada percobaan pemberian tanin sebelum injeksi striknin, didapatkan hasil
yakni tikus tidak begitu memperlihatkan gejala yang signifikan seperti pada percobaan yang
pertama. Hal ini diduga karena sifat tanin yang dapat menghambat reaksi kerja striknin pada
hewan percobaan yang telah diinjeksikan striknin. Hal ini sesuai dengan pendapat dari
Stellman (1998), yang menyatakan bahwa tanin memiliki fungsi sebagai protektiva yang dapat
menghambat absorsi dari striknin. Sehingga dengan adanya hambatan dari tanin tersebut,
keracunan striknin pada hewan percobaan dapat dicegah dan tidak memberikan efek yang
begitu nyata seperti pada percobaan yang langsung hanya diberikan striknin saja.
SIMPULAN
Gejala klinis yang dapat ditimbulkan oleh striknin terhadap tikus, seperti kifosis atau
membengkokkan tulang punggungnya, gemetar, berkedut, dan kekakuan pada otot wajah dan
kaki, serta kejang. Penanggulangan keracunan striknin dapat menggunakan tannin sebagai
agen protektiva atau pencegah efek toksik senyawa tersebut.
5
DAFTAR PUSTAKA
Astuti HP, Widyastuti DE, Hapsari E. 2016. Pengaruh detoksifikasi mikroba positif pada usus
terhadap penurunan berat badan. INFOKES. 6(2) : 48- 52
MAK Value Documentation. 2003. Strychnine. [Internet]. 19 : 274 – 279. Tersedia pada :
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1002/3527600418.mb5724e0019
Panjaitan RGP, Handharyani E, Chairul, Masriani, Zakiyah Z, Manalu W. 2007. Pengauh
pemberian karbon tetraklorida terhadap fungsi hati dan ginjal tikus. MAKARA
KESEHATAN. 11(1): 11-16.
Rosida A. 2016 . Pemeriksaan laboratorium penyakit hati. Berkala kedokteran. 12(1): 123-131.
Stellman JM. 1998. Encyclopaedia of Occupational Health and Safety : Guides, Indexes,
Directory. United State of America (US) : International Labour Organization
Widarti dan Nurqaidah. 2019. Analisis kadar serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) dan
serum glutamic ocaloacetic transaminase (SGOT) pada petani yang menggunakan
pestisida. Jurnal Media Analisis Kesehatan. 10(1).35-40.