Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

TOKSIKOLOGI DAN TANAMAN OBAT

KASUS INTOKSIKASI TEMBAKAU

Oleh :

Widya Kartika Wardini 175130107111005 / 2017 A

PROGRAM PENDIDIKAN KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Terdapat banyak sekali benda – benda yang dapat menyebabkan keracunan
pada hewan akibat ingesti. Salah satu tumbuhan yang dapat teringesti oleh hewan
adalah tumbuhan tembakau. Hal ini dapat terjadi karena adanya tumbuhan nikotin di
sekitar habitat hewan tersebut ataupun dapat masuk ke dalam tubuh melalui ingesti
rokok.
Nicotina tabacum adalah tumbuhan yang berasal dari Amerika dan Mexico,
namun banyak sekali ditemukan di Tunisia. Tumbuhan ini adalah tumbuhan tahunan
dan juga memiliki bau yang khas, biasa dipanen pada saat musim panas. Nicotina spp
sebenarnya bukan penyebab umum terjadinya keracunan. Pada dasarnya, keracunan
dapat terjadi apabila hewan memakan Nicotina spp dalam jumlah berlebihan namun
pada terdapat berbagai sumber juga mengatakan bahwa Nicotina spp memiliki efek
kematian yang sangat cepat (Rapid death) dan juga gangguan pada beberapa sistem
tubuh seperti sistem pencernaan, daerah pericardial serta abnormalitas pada kerja
jantung
Maka dari itu, diperlukan toksikologi emergensi untuk mencegah kematian
atau mencegah Nicotina spp untuk memperparah keadaan hewan yang mengalami
intoksikasi maupun mencegah menyebarnya Nicotina spp secara sistemik.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Bagaimana Gejala Klinis pada Kasus Intoksikasi Tembakau ?
1.2.2 Bagaimana Perubahan Patologi pada Kasus Intoksikasi Tembakau?
1.2.3 Bagaimana Mekanisme Aksi Toksikan pada Kasus Intoksikasi Tembakau?
1.2.4 Bagaimana Patogenesis pada Kasus Intoksikasi Tembakau?
1.2.5 Bagaimana Terapi Detoksifikasi pada Kasus Intoksikasi Tembakau?
1.2.6 Apa Antidotum yang Dapat Digunakan Pada Kasus Intoksikasi Tembakau?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Untuk Mengetahui Gejala Klinis pada Kasus Intoksikasi Tembakau
1.3.2 Untuk Mengetahui Perubahan Patologi pada Kasus Intoksikasi Tembakau
1.3.3 Untuk Mengetahui Mekanisme Aksi Toksikan pada Kasus Intoksikasi
Tembakau
1.3.4 Untuk Mengetahui Patogenesis pada Kasus Intoksikasi Tembakau
1.3.5 Untuk Mengetahui Terapi Detoksifikasi pada Kasus Intoksikasi Tembakau
1.3.6 Untuk Mengetahui Antidotum yang Dapat Digunakan Pada Kasus Intoksikasi
Tembakau
BAB II
ISI
2.1 Kejadian Kasus Intoksikasi Tembakau
Anjing jenis Maltase berusia 8 tahun dengan berat badan 2,86 kg yang telah
dikastrasi mengalami lethargy akut dan gangguan pernapasan akibat menelan punting
rokok. Ditemukan pula muntahan yang berisikan makanan anjing yang tidak tercerna
serta beberapa bagian punting rokok.
2.2 Gejala Klinis pada Intoksikasi Tembakau
Beberapa gejala klinis yang dapat ditemui pada kasus intoksikasi tembakau ini
adalah adanya salivasi berlebih, mual, ataxia, dan gangguan pernapasan. Selain itu, juga
ditemukan membran mukosa yang lengket dan pucat, vena jugularis yang melebar, suara
jantung teredam serta tachypnea (Kim et al.,2016)
Sumber lain mengatakan, gejala klinis yang dapat ditemui pula adalah adanya
tremor, hipersalivasi serta conjunctivitis, muntaj, diare, gangguan stimulasi parasimpatik,
inkoordinasi, kelemahan, serta berkedut. Apabila berlanjut, dapat terjadi koma hingga
kematian (Hassine et al.,2013)
2.3 Perubahan Patologi pada Intoksikasi Tembakau
Menurut (Hassine et al.,2014) ditemukan adanya oedema pada paru – paru,
ginjal dan hepar yang pucat serta lambung yang memiliki bau tembakau. Beberapa kasus
juga menunjukkan pada organ – organ dalam dapat mengalami kongesti.
Menurut (Kim et al.,2016) ditemukan adanya efusi pericardial serta kardio
megali
2.4 Mekanisme Aksi Toksikan
Menurut (Kim et al.,2016) mekanisme aksi dari tumbuhan tembakau adalah
berpusat dari kandungan nikotin. Nikotin adalah jenis alkaloid yang dapa larut dalam air
dan mudah terserp dalam saluran pencernaan, saluran pernapasan, kulit serta memberan
mukosa. Reseptor dari nikotin berada di ganglia autonomic, medulla adrenal, sistem saraf
pusat, spinal cord, persimpangan neruomuskular, dan kemoreseptor pada badan carotid
dan aortic. Nikotin memiliki mekanisme aksi dengan cepat beraksi pada daerah ganglion
depolarisasi simpatis dan parasimpatis yang pertama kali berstimulasi dan kemudia
menekan seluruh sistem saraf
2.5 Patogenesis dari Intoksikasi Tembakau
Menurut (Kim et al.,2016) nikotin mengganggu kerja saraf dengan menekan
seluruh sistem saraf yang berujung pada kerusakan susunan sistem saraf pusat.
Kerusakan susunan sistem saraf berdampak pada berbagai sistem kerja organ seperti
adanya fibrilasi paroxysmal atrial, kolaps stimulasi vagal dan vasomotor, adanya
intermittent paroxysmal ventricular dan berbagai macam perubahan patologi yang
kebanyakan beradal dari adanya stimulasi abnormal pada medulla oblongata dan
sekitarnya, Hewan pingsan dan mulai menunjukkan berbagai gejala klinis
2.6 Terapi Detoksifikasi dari Intoksikasi Tembakau
Menurut (Hassine et al.,2013) penanganan pada kasus keracunan tembakau
harus segera dilaksanakan pasca terlihat adanya kejadian kercanan. Hewan yang
mengalami keracunan harus diletakkan pada ruangan yang tenang, aman dan didampingi
oleh dokter hewan. Konvulsi yang terjadi dapat diatasi dengan pemberian diazepam serta
untuk melancarkan jalan nafas maka dapat diberikan bantuan pernapasan.
Menurut (Kim et al.,2016) evaluasi kasus intoksikasi tembakau harus cepat
dan perawatan diarahkan untuk menghilangkan dan melarutkan setiap racun yang tidak
diserap serta menangkal atau mengendalikan gejala – gejala klinis. Dapat diberikan
cairan intravena untuk mencegah dehidrasi serta arang aktif untuk mencairkan dan
menghambat penyerapan tanpa melakukan bilas lambung.
Pada sumber ini pula dijelaskan pertolongan pertama emergensi yang
dilakukan adalah pemberian 0,9% larutan normal saline dengan dosis 5,9mL/kgBB/h
selama 6 jam, arang aktif dengan dosis 4g/kgBB PO q24h, furosemide dengan dosis
2mg/kgBB IV q12h untuk meringankan oedema paru, Cefotaxime dengan dosis 22
mg/kgBB IV q8h untuk mecegah adanya aspirasi bakteri pneumonia pada vomit serta
Cardivol dengan dosis 0,3 mg/kgBB PO q12h untuk meringankan tachycardia. Selain itu,
pasien diletakkan di kendang oxygen dan juga menerima perlakuan pericardiocentesis.
2.7 Antidotum yang Digunakan
Menurut (Hassine et al.,2013) tidak ada antidot spesifik yang dapat digunakan,
pengobatan diberikan berdasarkan gejala dan untuk mencegah penyerapan lebih lanjut
dari zat toksik
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keracunan tembakau dapat terjadi akibat ingesti langsung tumbuhan tembakau
maupun akibat ingesti bahan – bahan yang mengandung tumbuhan tembakau seperti
rokok. Gejala klinis yang muncul dapat beragam seperti terjadinya hipersalivasi, tremor,
mual, vomit, ataxia, gangguan pernapasan, konjungtivitis dan apabila berlanjut akan
menyebabkan koma dan kematian. Perubahan patologi yang dapat ditemui adalah adanya
oedema paru – paru, efusi pericardial hingga ginjal dan hepar yang memucat. Mekanisme
aksinya sendiri bahwa tumbuhan tembakau menyerang sistem syaraf dengan cara
memberikan tekanan sehingga sistem saraf tersebut memberikan stimulasi abnormal pada
sistem organ yang berakibat pada gejala klinis dan perubahan patologi yang terjadi.
Pengobatan diberikan untuk membantu pernapasan, mencegah penyerapan zat toksik
berlebih, meringankan gejala klinis serta mengeliminasi zat – zat yang tidak terserap.
Hingga saat ini, belum ditemukan antidot spesifik untuk menangani keracunan pada
tembakau.
DAFTAR PUSTAKA

Hassine,T.Ben et al.2013.Case Report of Fatal Poisoning by Nicotina tabavum in Cattle


in Tunisia.Tunis:National Center for Zoosanitary Vigilance
Kim,Jung Hyun et al.2016.Acute Fatal Pericardial Effusion Induced by Accidental
Ingestion of Cigarette Buts in a Dog.Gwagjin-gu:Konkuk University Veterinary
Medical Teaching Hospital

Anda mungkin juga menyukai