Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

“ OVERDOSIS DAN KERACUNAN “

Dosen Pengampu: Desi Natalia T.I, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh:

Agung Aprianto 01.2.16.00522

Anggita Septian 01.2.16.00523

Indra Imanuel Praditya 01.2.16.00543

Lolita Fabiola Rohani 01.2.16.00546

Mohammad Arif Saifullah 01.2.16.005649

Oknalita Tri Praptika 01.2.16.00553

Yesika Margiana 01.2.16.00566

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS BAPTIS KEDIRI

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas hikmat dan rahmat-Nya
sehingga makalah Keperawatan Gawat Darurat dengan Overdosis dan
Keracunan ini dapat tersusun hingga selesai. Terima kasih kepada dosen mata
kuliah Keperawatan Gawat Darurat atas bimbingannya selama penyusunan
makalah ini. Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penyusun,
penyusun merasa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah. Oleh
karena itu penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kediri, 04 Maret 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun
haruslah dipersiapkan dengan sebaik – baiknya. Pertolongan yang keliru atau
secara berlebihan justru mendatangkan bahaya baru. Identifikasi racun
merupakan usaha untuk mengetahui bahan, zat atau obat yang disuga sebagai
penyebab terjadi keracunan, sehingga tindakan penanggulangannya dapat
dilakukan dengan tepat, cepat dan akurat. Dalam menghadapi peristiwa
keracunan, kita berhadapan dengan keadaan darurat yang dapat terjadi dimana
dan kapan saja serta memerlukan kecepatan untuk bertindak dengan segera
dan juga mengamati efek dan gejala keracunan yang timbul.
Dan juga karena ingin cepat sembuh kadang kala orang yang sakit
mengonsumsi obat berlebihan. Tentu saja ini berbahaya. Penggunaan obat
secara berlebihan atau melebihi dosis yang ditentukan tidak akan memberikan
manfaat bagi kesehatan, tapi justru memicu munculnya gangguan kesehatan
yang lain. Hal ini karena obat bisa menjadi racun jika digunakan secara tidak
tepat. Jika obat yang dikonsumsi tidak membuat penyakitnya sembuh atau
membaik setelah dikonsumsi beberapa kalli, sebaiknya hentikan
penggunannnya. Dan sebaiknya tidak mencoba untuk menambahkan dosis
sendiri tanpa adanya nasihat dari dokter karena memicu terjadinya overdosis.
Jadi overdosis terjadi ketika seseorang menggunakan terlalu banyak obat.
Overdosis mempengaruhi tubuh kita khususnya otak, hati, jantung, paru –
paru dan ginjal. Jika ini terjadi maka tubuh akan kehilangan kemampuan
untuk mengantisipasi obat yang bersangkutan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan keracunan ?
1.2.2 Bagaimana etiologi dari keracunan ?
1.2.3 Bagaimana gejala atau manifestasi klinik dari keracunan ?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi dari keracunan ?
1.2.5 Apa pemeriksaan penunjang pada klien yang mengalami keracunan ?
1.2.6 Bagaimana prinsip penanganan pada klien yang mengalami keracunan ?
1.2.7 Bagaimana proses keracunan berdasarkan rute penyerapan ?
1.2.8 Apa saja keracunan akut yang sering terjadi ?
1.2.9 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien keracunan ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui dan memahami definisi keracunan
1.3.2 Mengetahui dan memahamai etiologi dari keracunan
1.3.3 Mengetahui dan memahami gejala atau manifestasi klinik dari keracunan
1.3.4 Mengetahui dan memahami patofisiologi dari keracunan
1.3.5 Mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang pada klien yang mengalami
keracunan
1.3.6 Memahami prinsip penanganan pada klien yang mengalami keracunan
1.3.7 Mengetahui proses keracunan berasarkan rute penyerapan
1.3.8 Mengetahui apa saja keracunan akut yang sering terjadi
1.3.9 Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien overdosis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 TINJAUAN TEORI
2.1.1 Definisi
Racun adalah suatu bahan yang jika diserap oleh organisme hidup dapat
membunuh dan melukai. Racun dapat diserap melalui sistem pencernaan (
mulut ), inhalasi ( paru ), intravena ( darah ), kulit, atau melalui rute lainnya.
Reaksinya mungkin seketika itu juga cepat, lambat atau kumulatif. Dalam
rumah tangga keracunan dapat terjadi karena makanan atau minuman
misalnya singkong beracun, makanan atau minuman yang kedaluwarsa,
makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri, atau juga terjadi
karena bahan – bahan rumah tangga yang berbahaya, seperti detergen,
pemutih, insektisida, racun tikus, dan sebagainya.
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia
dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan
racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh
tertentu, seperti paru – paru, hati, ginjal, dan lainnya. Tetapi zat tersebut
dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang,
hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak
diinginkan dalam jangka panjang.
2.1.2 Etiologi
Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang
ringan sampai berat. Secara umum yang banyak terjadi di sebabkan oleh :
1. Mikroba
- Escherchia coli patogen
- Staphilococus aureus
- Salmonella
- Bacillus Parahemolyticus
- Clostridium Botulisme
- Streptokkus
2. Bahan Kimia
- Peptisida golongan organofosfat
- Organo sulfat dan karbonat
3. Toksin
- Jamur, keracunan singkong, tempe bongkrek, bayam beracun, kerang,
binatang
2.1.3 Manifestasi Klinik
1. Gejala yang paling menonjol meliputi
- kelainan visus
- hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
- gangguan saluran pencernaan
- kesukaran bernafas
2. Keracunan ringan
- anoreksia
- neri kepala
- rasa lemah
- rasa takut
-tremor pada lidah dan kelopak mata
- pupil miosis
3. Keracunan sedang
- nausea, muntah – muntah
- kejang dan kram perut
- hipersalifa, hiperhidrosis
- fasikulasi otot
- bradikardi
4. Keracunan berat
- diare
- reaksi cahaya negatif
- sesak nafas, sianosis, edema paru
- inkontensia urine dan feses
- kovulsi
- koma, blokade jantung akhirnya meninggal
2.1.4 Patofisiologi

Masuknya insektisida Instoksikasi insektisida


organofosfat ke organofosfat
gastrointestinal

Respon psikologis Hambatan aktivasi enzim Penurunan asupan


asetikolinesterase (Ache) makanan

Koping individu tidak Akumulasi asetikolin pada Ketidakseimbangan


efektiv kecemasan ujung saraf nutrisi kurang dari
pemenuhan informasi kebutuhan tubuh

Efek stimulasi muskarinik Efek stimulasi nikotinik Efek stimulasi nikotinik


pada saraf parasimapatis pada saraf simpatis muskarinik pada sistem
saraf pusat

Bronkospasme, hipotensi, Takikardi, hipertensi, Agitasi, gagal nafas,


bradikardi, miosis, muntah, midriasis penurunan tingkat
lakrimasi berkeringat, diare, kesadaran, dan koma
sering kencing dan
hipersaliva

Ketidakefektifan pola
nafas
Penurunan aliran udara,
hipoksia, penurunan aliran Resiko ketidakefektifan
darah sistemik, peningkatan perfusi jaringan otak
hilangnya cairan tubuh

Gangguan tidak dapat


dikoreksi
Gangguan pertukaran gas

Ketidakefektifan perfusi jaringan Gagal kardiorespirasi


perifer

Ketidakseimbangan elektrolit

Efek akumulasi asetikolin Kelelahan, kelemahan fisik, Kematian


pada neuromuscular junction fasikulasi

Defisit perawatan diri


2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
Pada hewan kalajengking :
1. Laboratorium : Hb, leukosit, trombosit, elektrolit, gula darah, urea,
kreatinin, CPK (kreatinin fosfokinase), profil koaulasi, analisa gas darah,
faal hati.
Pada hewan gigitan ular :
1. Pemeriksaan darah : Hb, leukosit, trombosit, kreatinin, urea N, elektrolit,
waktu perdarahan, waktu pembekuan, waktu protombin, fibrinogen,
APTT, D-dimer, uji faal hepar, golongan darah dan uji cocok silang.
2. Pemeriksaan urine : hematuria, glikosuria, proteinuria (mioglobulinuria).
3. EKG, foto dada.
Keracunan narkotika :
1. Pemeriksaan laboratorium tidak selalu dibutuhkan karena pengobatan
berdasarkan besar masalah sangat diperlukan dari pada konfirmasi
kadar/jenis obat.
2. Pemeriksaan AGD, penilaian fungsi paru, glukosa darah dan elektrolit.
3. Foto dada
Keracunan bahan kimia, obat dan makanan :
1. Pemeriksaan urin 50 ml, 10 ml serum
2. Analisa gas darah fungsi hati, ginjal, kadar gula darah sewaktu, darah
perifer
3. Bahan muntahan dan feses
4. Pemeriksaan radiologi dan EKG
2.1.6 Prinsip Penanganan
Penanganan keracunan pada individu harus dilakukan dengan sangat
mendesak. Hal ini meruakan suatu kegawatan dan waktu adalah hal yang
penting. Kita tidak boleh membunag waktu untuk mencoba menemukan
penyebab dab penangkalnya sebelum memberikan penanganan.
Terbuangnya waktu dapat menghilangkan nyawa karena pasien harus
dibawa ke rumah sakit dengan segera.
Dalam penatalaksanaan keracunan, terdapat 3 prinsip utama, yaitu :
1. Racun harus dievakuasi dan absorspsinya dihambat jika hal ini dapat
dilakukan dengan aman.
2. Terapi suportif dan simtomatis harus dilakukan secepatnya, meliputi
pemberian cairan intravena dan mempertahankan jalan napas serta sirkulasi
yang adekuat.
3. Racun harus diberikan antidotum spesifik yang kongesti apabila tersedia.
Tindakan spesifik untuk penanganan keracunan adalah sebagai berikut
1. Menghambat absorpsi racun lebih lanjut, dapat dilakukan dengan :
a. Emesis atau Muntah
Cara menghambat absorpsi racun dengan memuntahkan kembali
isi lambung. Emesis hanya boleh dilakukan pada pasien sadar dan
keracunan belum lebih dari 4 jam. Emesis digunakan untuk
keracunan peroral dan tidak boleh dilakukan pada keracunan bahan
korosif dan destilat minyak bumi. Emesis secara fisik dapat
dilakukan dengan menyentuh uvula atau dinding faring untuk
merangsang muntah. Selain itu dapat juga dengan suntikan
apomorfin subkutan atau larutan ipekak.
b. Gastric Lavage ( Bilas Lambung )
Gastric lavage dapat dilakukan pada pasien sadar ataupun tidak
sadar ( dengan syarat tidak syok, delirium, dan kejang ).
Dilakukan pada keracunan peroral bukan bahan korosif dan belum
lebih dari 4 jam. Jika pasien tidka sadar dapat menggunkan gatric
tube, caranya dengan memasukkan cairan bilas ( air, garam
fisiologis, atau KmnO ) lalu beberapa menit dikeluarkan lagi serta
diulang kembali 5 – 10 kali dan terakhir diberi arang aktif.
c. Adsorben
Adsorben menghambat absorpsi gastrointestinal dengan
membentuk ikatan fisikokimiawi dengan racun. Adsorben
diberikan secara oral. Bahan – bahan adsorben antara lain arang
aktif, resin, susu bubuk, kaolin, dan bentonit.
2. Mempercepat eliminasi racun :
a. Diuresis paksa
Caranya dengan memberi minum sebanyak – banyaknya atau
secara tradisional dengan memberikan air kelapa. Diuresis paksa
tidak boleh dilakukan pada syok, insufisiensi, jantung dan ginjal,
edema dan konvulsi.
b. Hemodialisis
Cara ini digunakan racun telah masuk peredaran darah. Darah
penderita dialirkan dalam mesin dialisis, yang di dalam mesin ada
membran dialisi, cairan dialisis, dan pompa peristaltik.
3. Menghambat atau menghilangkan efek toksik dengan menggunakan
antidotum spesifik.
2.1.7 Keracunan berdasarkan Rute Penyerapan
1. Keracunan Melalui Ditelan
Keracunan yang melalui mulut atau sistem pencernaan.
Gejala :
a. Rasa terbakar dan kesan kotoran terlihat disekitar bibir dan dalam mulut
b. Napas berbau
c. Pernapasan tidak normal
d. Berliur dan mulut berbusa
e. Nyeri lambung atau abdomen, muntah dan diare
f. Konvulsi atau hilang kesadaran.
Penanganan :
a. Lakukan initial assessment (SRSABC)
b. Hubungi 118 atau ambulans
c. Tetapkan korban agar tidak bergerak
d. Jangan beri minuman pada korban kecuali jika korban tertelan bahan
korosif ( beri air atau susu dalam kuantiti yang sedikit )
e. Jika korban tidak sadar, posisikan korban pada posisi pemulihan
f. Pastikan ABC korban
g. Ambil dokumentasi atau pencatatan tentang bahan yang ditelan korban
dan laporkan ke tim bantuan medis. Serahkan juga bahan – bahan
bukti.
2. Keracunan Melalui Inhalasi
Keracunan yang terjadi melalui sistem pernapasan.
Gejala :
a. Napas tersekat dan batuk
b. Iritasi pada mata
c. Epilepsi
Penanganan :
a. Lakukan initial assessment (SRSABC)
b. Hubungi 118 atau ambulans
c. Jika dapat, hilangkan faktor penyebab
d. Pastikan ABC dan berikan bantuan resusitasi jika perlu
e. Dekontaminasi pakainan dengan segera.
3. Keracunan Melalui Diserap
Keracunan jenis ini terjadi melalui kulit.
Gejala :
a. Bingung dan konvulsi atau hilang kesadaran
b. Nyeri abdomen dan kram
c. Pusing dan mual
d. Diare
e. Nyeri dan sebal di mulut
f. Syok
Penanganan :
a. Lakukan initial assessment (SRSABC)
b. Pastikan keamanan penolong ( memakai sarung tangan )
c. Jauhkan korban dari sumber racun
d. Bilas daerah kulit yang terkena racun dengan air
e. Tanggalkan pakaian atau barang perhiasan yang terkontaminasi dan
cuci daerah terluka menggunakan air dan sabun.
4. Keracunan Melalui Injeksi
Keracunan yang terjadi melalui darah.
Gejala :
a. Terdapat kesan suntikan pada kulit
b. Kulit kegatalan ( pruritus )
c. Tidak berdaya dan hilang kesadaran
d. Kesulitan bernapas
e. Pusing
Penanganan :
a. Lakukan initial assessment ( SRSABC )
b. Hubungi 118
c. Rawat syok ( jika terjadi )
d. Pastikan ABC dan beri bantuan resusitasi jika perlu.

2.1.8 Keracunan Akut Yang Sering Terjadi

1. Keracunan saisilat

Keracunan salisilat sering terjadi pada anak kecil akibat dari ingesti tidak
sengaja atau akibat overdosis terapi. Salisilat sering digunakan untuk
percobaan bunuh diri, terutama oleh dewasa muda. Gejalanya tinitus,
anoreksia, demam, muntah, berkeringat, timbul kemerahan,
hiperventilasi, delirium, koma, dan konvulsi.

Penanganan :

1. Lakukan initial assement( SRSABC) , dan panggil bantuan


2. Induksi muntah dengan sirup ipakak jika ingesti relatif baru
3. Alkalinasis urin dengan memberikan natrium bikarbonat IV untuk
mengurangi reabsorpsi salisilat dari urin secara bermakna dan
meningkatkan eksresi Salisilat.
2. Keracunan besi

Keracunan besi dapat terjadi karean tablet besi sering berwarna menark
sehngga anak- anak sering menyangkanya sebagai permen. Keracunan
besi dalam jumlahnya yang besar dapat membahayakan nyawa.
Gejalanya muntah, nyeri abdomen , pucat, diare, dan dehidrasi. Jarang
keracunan yang bermakna taerjadi tanpa disertai dengan gejala – gejala
dini. Asidosis dan syok dapat terjadi

Penanganan :

1. Lakukan initial assesment ( SRSABC) dan ppanggil bantuan


2. Induksi muntah dengan sirup ipekak meskipun muntah sudah terjadi
sebelum perawatan
3. Pemberian deferoksamin IV sebagai antidotum spesifik
4. Posisi trendelenbung jika terjadi syok.
3. Keracunan kerosin

Kerosisn dan senyawa lainnya yang mengandung hidrokarbon sering


menjadi penyebab keracunan pada anak kecil. Produk – produk yang
terjadi yang sering menjadi penyebab pengilat furnitun, terpentin, cairan
pematik, dan benzena. Anak – anak ini dapat mengalami pneumonia,
pneomonitis, dan edema paru. Gejalanya rasa tercekik dan tersumbat,
batuk, naousea, bau nafas yang berkarakteristik , demam , lemah, dan
depresi sistem saraf pusat.

Penanganan :

1. Melakukakan initial asssment (SRSABC) dan panggil bantuan


2. Bilas lambung harrus dikerjakan, masukan arang aktif
3. Kulit dan pakaian harus di dekontaminasi dengan segera
4. Anti konvulsan mungkin di indikasikan
5. Posisi trendenbrug jika terjadi syok
4. Keracunan sianida

Sianida tersebar luas didalam lingkungan kita , misalnya didalam pupuk,


karet sintetis, larutan pembersih logam, benih buah, singkong , kentang
dan obat – obatan. Sifat racunya adalah menghambat sistem sitokrom
oksidase pada penggunan oksigen dalam sel. Gejala – gejalanya , mual,
muntah, perut terasa panas, pusing, lemah, pernafasan cepat dan bau
nafas khas (bitter almond), kejang, berkeringat, midriasis, mulut berbusa,
sianosis.

Penanganan :

1. Lakukan initial assesment (SRABC) dan panggil bantuan


2. Berikan oksigen 100%
3. Mulai dengan inhalasi amil nitrit, 1 ampul tiap 5 menit. Hentikan
hanya jika pasien hipotensi
4. Tunda bilas lambung sampai diberikannya antidotum
5. Berikan segera natrium nitrit 3% IV dengan kecepatan 2,5-5
ml/menit, berhenti jika terjadi hipotensi hebat
6. Setelah pemberian natrium nitrit, berikan natrium tiosulfat larutan
25% IV dengan kecepatan 2,5-5 ml/menit
5. Keracunan Alkohol

Istilah intoksikasi secara harfiah berarti keracunan. Namun, pada derajat


sedang dari intoksikasi biasanya tidak diperlukan perlakuan sebagai
kasus keracunan, tetapi jika ada keraguan, mabuk seharusnya dirawat
dengan serius seperti pada jenis keracunan lain. Hal ini sayangnya belum
diterima secara luas dan banyak pemabuk meninggal karena menghirup
muntahannya sendiri akibat dibiarkan telentang bagitu saja. Gejala-
gejalanya hilang sebagian atau seluruh kesadaran, pernapasan dalam,
muntah, muka memerah dan berkeringat, napas berbau alkohol,
gangguan penglihatan, dan bicara kacau

Penanganan :

1. Lakukan initial assessment (SRSABC)


2. Tangani cedera jika ada cedera
3. Posisikan pasien dalam posisi pemulihan
4. Panggil bantuan jika memang keadaan mengkhawatirkan
6. Keracunan karbon monoksida

Karbon monoksida (CO) dihasilkan dari pembakaran zat-zat organik


yang tidak sempurna. Pembakaran dan gas buangan dari kendaraan
bermotor merupakan sumber CO yang sering ditemukan. Efek umum
dari gas CO terhadap badan adalah disebabkan oleh inhibisi transpor
oksigen, pelepasannya, dan pemakaiannya, gejala-gejalanya, nyeri kepala
seperti diikat pada daerah frontal dan temporal, lemah, gangguan
penglihatan, mual, muntah, gangguan tingkat kesadaran, koma, konvulsi,
kulit merah cherry

Penanganan :

1. Lakukan initial assesment (SRSABC) dan panggil bantuan


2. Lepaskan ikatan-ikatan yang kencang pada tubuh
3. Berikan oksigen per inhalasi
7. Keracunan makanan

Kebanyakan kasus keracuan makanan disebakan oleh kurangnya


kebersihan dipihak pengolahan makanan atau karena makanan yang
kurang matang. Pengolah makanan yang tidak mencuci tangan dengan
baik setelah buang air dapat memindahkan organisme yang berasal dari
perut dapat menyebabkan gangguan usus. Bakteri yang sering
meyebabkan keracunan makanan adalah staphyllococcus dan salmonella.
Gejala-gejalanya, mual, muntah, diare, nyeri perut, sakit kepala, dan
kemungkinan syok.

Penanganan :

1. Lakukan initial assessment (SRSABC)


2. Beri minum yang banyak
3. Lakukan bilas lambung dan berikan jeli balacmange (jeli putih dari
susu dan tepung jagung), biskuit kering atau sup bening
4. Jangan berikan makanan, minuman susu, teh, kopi, atau minuman
asam, seperti sari buah atau limun kepada korban
5. Jika ada nyeri perut segera rujuk ke dokter
8. Keracunan Nitrat dan Nitrit

Kembang kol, bayam, brokoli, dan umbi umbian memilika kandungan


nitrat alami lebih banyak dari syuran lainnya. Air minum (+21%) dan
daging atau produk olahan daging (6%) yang sering memakai natrium
nitrat (NaNO3) sebagai pengawet maupun pewarna makanan. Belum ada
laporan yang jelas mengenai efek racun dari nitrat. Selama ini diketahui
efek racunnya adalah konversi dari nitrit. Efek racun yang akut dari nitrit
adalah methemoglobinema, lebih dari 10% hemoglobin diubah menjadi
methoglobin. Jika konversi ini melebihi 70% maka akan sangat fatal.
Gejala-gejalanya, penurunan tekanan darah akibat vasodilatasi, nausea,
vitomus, nyeri abdomen, nyeri kepala, metheglobinema simtomatik pada
anak-anak, sianosis.

Penanganan dilakukan untuk menurunkan jumlah nitrit yang


bersifat racun karena nitrat tidak begitu berbahaya :

1. Lakukan initial assessment (SRSABC). Pantau tanda vital, tekanan


darah, pernapasan dan awitan munculnya sianosis
2. Rangsang muntah atau bilas lambung jika tertelan
3. Berikan oksigen dosis tinggi perinhalasi jika mulai tampak adanya
methemiglobinema
4. Metilen blue adalah antidotum spesifik jika terjadi
methemoglobinema
5. Pasien dengan keracunan nitrat atau nitrit berat harus segera
dibawa ke ICU
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas
dan sirkulasi yang mengancam jiwa, adanya gangguan asam basa, keadaan
status jantung, status kesadaran.
Riwayat kesadaran : riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan,
beberapa lama diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai
pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan
terjadinya.
Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang
mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder.
Tahapan kegiatan meliputi :

Airway : mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai
control servikal.
Breathing : mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar
oksigenasi adekuat.
Circulation : mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan.
Disability : mengecek status neurologis
Exposure and enviromental control : buka baju penderita, tapi cegah
hipotermia.
Survei primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang
mengancam nyawa pasien. survei primer dilakukan secara sekuensial sesuai
dengan prioritas. Tetapi dalam prakteknya dilakukan secara bersamaan
dalam tempo waktu yang singkat ( kurang dari 10 detik ).
Apabila teridentifikasi henti nafas dan henti jantung maka resusitasi harus
segera dilakukan. Apabila menemukan pasien dalam keadaan tidak sadar
maka pertama kali amankan lingkungan pasien atau bila memungkinkan
pindahkan pasien ke tempat yang aman. selanjutnya posisikan pasien ke
dalam posisi netral ( terlentang ) untuk memudahkan pertolongan. Penilaian
airway dan breathing dapat dilakukan dengan satu gerakan dalam waktu
yang singkat dengan metode LLF ( Look, Listen dan Feel ).
2.2.2 Diagnosa
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d distress pernapasan
2. Penurunan kesadaran b.d depresi sistem saraf pusat
2. Gangguan pertukaran gas b.d keracunan karbondioksida
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d emboli paru, abnormalitas
ventilasi, perfusi sekunder terhadap hipoventilasi ditandai dengan
hipoksia
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak
adekuatnya intake nutrisi
5. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
6. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
7. Defisit perawatan diri
2.2.3 Intervensi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
NIC
Keperawatan Hasil
Ketidakefektifan Tujuan : 1. Observasi tanda – tanda
pola nafas b.d Mempertahankan pola vital
distress pernapasan nafas tetap efektif R: untuk mengetahui
Kriteria Hasil : keadaan umum pasien
- Menunjukkan jalan dalam menentukan tindakan
nafas yang paten selanjutnya
- Tanda – tanda vital 2. Berikan O2 sesuai anjuran
dalam rentang dokter
normal R: terapi oksigen
meningkatkan suplai
oksigen ke jantung
3. Jika pernafasan depresi,
berikan oksigen ( ventilator
) dan lakukan suction
R: ventilator bisa membantu
memperbaiki depresi jalan
nafas
4. Berikan kenyamanan dan
istirahat pada pasien dengan
memberikan asuhan
keperawatan individual
R: kenyamanan fisik akan
memperbaiki kesejahteraan
pasien dan mengurangi
kecemasan, istirahat
mengurangi konsumsi
oksigen miokard.

Penurunan kesadaran Tujuan : 1. Monitor vital sign tiap 15


b.d depresi sistem Setelah dilakukan menit
saraf pusat tindakan perawatan R: bila ada perubahan yang
diharapkan dapat bermakna merupakan
mempertahankan indikasi penurunan
tingkat kesadaran kesadaran
klien 2. Catat tingkat kesadaran
pasien
R: penurunan kesadaran
sebagai indikasi penurunan
aliran darah otak
3. Kaji adanya tanda – tanda
distress pernapasan, nadi
cepat, sianosis, dan
kolapsnya pembuluh darah
R: gejala tersebut
merupakan manifestasi dari
perubahan pada otak,
ginjal, jantung dan paru
4. Monitor adanya perubahan
tingkat kesadaran
R: tindakan umum yang
bertujuan untuk
keselamatan hidup meliputi
resusitasi : airway,
breathing, sirkulasi
5. Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
anti dotum
R: Anti dotum ( penawar
racun ) dapat
mengakumulasi
penumpukan racun

2.2.4 Implementasi

Diagnosa Keperawatan NOC

Ketidakefektifan pola nafas b.d 1. Mengobservasi tanda – tanda vital


distress pernapasan 2. Memberikan O2 sesuai anjuran dokter
3. Jika pernapasan depresi berikan oksigen
ventilator dan lakukan suction
4. Memberikan kenyamanan dan istirahat
pada pasien dengan memberikan asuhan
keperawatan individual

Penurunan kesadaran b.d 1. Memonitor vital sign tiap 15 menit


depresi sistem saraf pusat 2. Mencatat tingkat kesadaran pasien
3. Mengkaji adanya tanda – tanda distress
pernapasan, nadi cepat, sianosis dan
kolapsnya pembuluh darah
4. Memonitor adanya perubahan tingkat
kesadaran
5. Mengkolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian anti dotum

Anda mungkin juga menyukai