Disusun oleh:
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas hikmat dan rahmat-Nya
sehingga makalah Keperawatan Gawat Darurat dengan Overdosis dan
Keracunan ini dapat tersusun hingga selesai. Terima kasih kepada dosen mata
kuliah Keperawatan Gawat Darurat atas bimbingannya selama penyusunan
makalah ini. Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penyusun,
penyusun merasa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah. Oleh
karena itu penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui dan memahami definisi keracunan
1.3.2 Mengetahui dan memahamai etiologi dari keracunan
1.3.3 Mengetahui dan memahami gejala atau manifestasi klinik dari keracunan
1.3.4 Mengetahui dan memahami patofisiologi dari keracunan
1.3.5 Mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang pada klien yang mengalami
keracunan
1.3.6 Memahami prinsip penanganan pada klien yang mengalami keracunan
1.3.7 Mengetahui proses keracunan berasarkan rute penyerapan
1.3.8 Mengetahui apa saja keracunan akut yang sering terjadi
1.3.9 Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien overdosis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 TINJAUAN TEORI
2.1.1 Definisi
Racun adalah suatu bahan yang jika diserap oleh organisme hidup dapat
membunuh dan melukai. Racun dapat diserap melalui sistem pencernaan (
mulut ), inhalasi ( paru ), intravena ( darah ), kulit, atau melalui rute lainnya.
Reaksinya mungkin seketika itu juga cepat, lambat atau kumulatif. Dalam
rumah tangga keracunan dapat terjadi karena makanan atau minuman
misalnya singkong beracun, makanan atau minuman yang kedaluwarsa,
makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri, atau juga terjadi
karena bahan – bahan rumah tangga yang berbahaya, seperti detergen,
pemutih, insektisida, racun tikus, dan sebagainya.
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia
dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan
racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh
tertentu, seperti paru – paru, hati, ginjal, dan lainnya. Tetapi zat tersebut
dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang,
hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak
diinginkan dalam jangka panjang.
2.1.2 Etiologi
Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang
ringan sampai berat. Secara umum yang banyak terjadi di sebabkan oleh :
1. Mikroba
- Escherchia coli patogen
- Staphilococus aureus
- Salmonella
- Bacillus Parahemolyticus
- Clostridium Botulisme
- Streptokkus
2. Bahan Kimia
- Peptisida golongan organofosfat
- Organo sulfat dan karbonat
3. Toksin
- Jamur, keracunan singkong, tempe bongkrek, bayam beracun, kerang,
binatang
2.1.3 Manifestasi Klinik
1. Gejala yang paling menonjol meliputi
- kelainan visus
- hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
- gangguan saluran pencernaan
- kesukaran bernafas
2. Keracunan ringan
- anoreksia
- neri kepala
- rasa lemah
- rasa takut
-tremor pada lidah dan kelopak mata
- pupil miosis
3. Keracunan sedang
- nausea, muntah – muntah
- kejang dan kram perut
- hipersalifa, hiperhidrosis
- fasikulasi otot
- bradikardi
4. Keracunan berat
- diare
- reaksi cahaya negatif
- sesak nafas, sianosis, edema paru
- inkontensia urine dan feses
- kovulsi
- koma, blokade jantung akhirnya meninggal
2.1.4 Patofisiologi
Ketidakefektifan pola
nafas
Penurunan aliran udara,
hipoksia, penurunan aliran Resiko ketidakefektifan
darah sistemik, peningkatan perfusi jaringan otak
hilangnya cairan tubuh
Ketidakseimbangan elektrolit
1. Keracunan saisilat
Keracunan salisilat sering terjadi pada anak kecil akibat dari ingesti tidak
sengaja atau akibat overdosis terapi. Salisilat sering digunakan untuk
percobaan bunuh diri, terutama oleh dewasa muda. Gejalanya tinitus,
anoreksia, demam, muntah, berkeringat, timbul kemerahan,
hiperventilasi, delirium, koma, dan konvulsi.
Penanganan :
Keracunan besi dapat terjadi karean tablet besi sering berwarna menark
sehngga anak- anak sering menyangkanya sebagai permen. Keracunan
besi dalam jumlahnya yang besar dapat membahayakan nyawa.
Gejalanya muntah, nyeri abdomen , pucat, diare, dan dehidrasi. Jarang
keracunan yang bermakna taerjadi tanpa disertai dengan gejala – gejala
dini. Asidosis dan syok dapat terjadi
Penanganan :
Penanganan :
Penanganan :
Penanganan :
Penanganan :
Penanganan :
Airway : mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai
control servikal.
Breathing : mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar
oksigenasi adekuat.
Circulation : mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan.
Disability : mengecek status neurologis
Exposure and enviromental control : buka baju penderita, tapi cegah
hipotermia.
Survei primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang
mengancam nyawa pasien. survei primer dilakukan secara sekuensial sesuai
dengan prioritas. Tetapi dalam prakteknya dilakukan secara bersamaan
dalam tempo waktu yang singkat ( kurang dari 10 detik ).
Apabila teridentifikasi henti nafas dan henti jantung maka resusitasi harus
segera dilakukan. Apabila menemukan pasien dalam keadaan tidak sadar
maka pertama kali amankan lingkungan pasien atau bila memungkinkan
pindahkan pasien ke tempat yang aman. selanjutnya posisikan pasien ke
dalam posisi netral ( terlentang ) untuk memudahkan pertolongan. Penilaian
airway dan breathing dapat dilakukan dengan satu gerakan dalam waktu
yang singkat dengan metode LLF ( Look, Listen dan Feel ).
2.2.2 Diagnosa
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d distress pernapasan
2. Penurunan kesadaran b.d depresi sistem saraf pusat
2. Gangguan pertukaran gas b.d keracunan karbondioksida
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d emboli paru, abnormalitas
ventilasi, perfusi sekunder terhadap hipoventilasi ditandai dengan
hipoksia
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak
adekuatnya intake nutrisi
5. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
6. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
7. Defisit perawatan diri
2.2.3 Intervensi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
NIC
Keperawatan Hasil
Ketidakefektifan Tujuan : 1. Observasi tanda – tanda
pola nafas b.d Mempertahankan pola vital
distress pernapasan nafas tetap efektif R: untuk mengetahui
Kriteria Hasil : keadaan umum pasien
- Menunjukkan jalan dalam menentukan tindakan
nafas yang paten selanjutnya
- Tanda – tanda vital 2. Berikan O2 sesuai anjuran
dalam rentang dokter
normal R: terapi oksigen
meningkatkan suplai
oksigen ke jantung
3. Jika pernafasan depresi,
berikan oksigen ( ventilator
) dan lakukan suction
R: ventilator bisa membantu
memperbaiki depresi jalan
nafas
4. Berikan kenyamanan dan
istirahat pada pasien dengan
memberikan asuhan
keperawatan individual
R: kenyamanan fisik akan
memperbaiki kesejahteraan
pasien dan mengurangi
kecemasan, istirahat
mengurangi konsumsi
oksigen miokard.
2.2.4 Implementasi