Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI II

“UJI ANALGETIK”

NAMA : NADINE AURELIA HASUGIAN


NIM : 19.71.021004
KELAS : FARMASI A

PROGRAM STUDI D-III FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA

2021
PERCOBAAN I

I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengenal, mempraktikan dan membandingkan daya
analgetik asetosal dan paracetamol menggunakan metode rangsang
kimia.
II. DASAR TEORI
Analgetika adalah senyawa yang dalam dosis terapeutik
meringankan atau menekan nyeri, tanpa memiliki kerja anastesi umum.
Berdasarkan potensi kerja, mekanisme kerja dan efek samping analgetik
dibedakan dalam dua kelompok yaitu analgetik non-narkotik (integumental
analgesics) misalnya asetosal, paracetamol dan analgetik narkotik (visceral
analgesics) misalnya morfin dan sebagainya (mustchler, 1991).
Analgetika narkotik merupakan kelompok obat yang memiliki
sifat-sifatseperti opium atau morfin. Meskipun memperlihatkan berbagai efek
farmakodinamik yang lain, golongan obat ini terutama digunakan untuk
meredakan atau menghilangkan rasa nyeri yang hebat. Meskipun terbilang
ampuh, jenis ini dapat menimbulkan ketergantungan pada si pemakai. Seiring
berjalannya waktu, ditemukannya obat yang bersifat campuran agonis dan
antagonis jenis ini yang mampu meniadakan ketergantungan fisik, maka
penggunaan istilah analgesik narkotik untuk pengertian farmakologik tidak
sesuai lagi (Anief, 2000).
Nyeri adalah suatu gejala yang berfungsi untuk melindungi dan
memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan pada tubuh;
seperti peradangan, infeksi-infeksi kuman, dan kejang otot. Sehingga
sesungguhnya rasa nyeri berguna sebagai “alarm” bahwa ada yang salah pada
tubuh. Misalnya, saat seseorang tidak sengaja menginjak pecahan kaca dan
kakinya tertusuk, maka ia akan merasakan rasa nyeri pada kakinya dan segera
ia memindahkan kakinya.Tetapi adakalanya nyeri yang merupakan pertanda ini
dirasakan sangat menggangu apalagi bila berlangsung dalam waktu yang lama,
misalnya pada penderita kanker (Mutschler, 1991).
Berdasarkan metode kimia terdiri dari metode geliat, Randall-
Sellito, Bradikinin Intra Arterial, dan metode formalin. Metode geliat
(Writhing Test), beragam bahan kimia telah digunakan untuk menimbulkan
nyeri. Pemberian substansi kimia secara intraperitoneal pada mencit dan kucing
menyebabkan iritasi peritoneal, yang menimbulkan respon geliat. Tiap geliat
dikarakterisasi. Sebagai gerakan memutar kaki ke bagian dalam, melengkung
berguling ke satu sisi dan tidak bergerak, atau berbalik dan memutari kandang.
Banyak zat kimia yang telah dilaporkan dapat menimbulkan geliat, tetapi asam
asetat dan fenilbenzokuinon merupakan dua iritan yang paling banyak
digunakan. Meskipun bagitu, penggunaan fenilbenzokuinon memiliki
keterbatasan berkaitan dengan kelarutan, fotosensitivitas, dan auto-oksidasi
(Parmar dan Prakash, 2006).
Pada metode ini, baik analgesik sentral maupun perifer dapat
menghasilkan penghambatan geliat yang signifikan dan oleh karena itu metode
ini berguna untuk menguji analgetik yang bekerja melalui efek sentral maupun
perifer. Metode geliat telah digunakan bersama pemantauan perubahan pada
permeabilitas kapiler untuk membedakan analgetik narkotik dan non-narkotik
(Parmar dan Prakash, 2006).
Mencit swiss (24-30 gr) dengan jenis kelamin jantan atau betina
dapat digunakan. Kelompok yang terdiri dari 6 mencit digunakan sebagai
kelompok obat uji dan kelompok obat standar. Mencit kemudian ditempatkan
secara individual kedalam gelas kimia dan setelah 5 menit lalu diamati geliat
yang dihasilkan. Suatu geliat diindikasikan melalui peregangan abdomen yang
disertai dengan peregangan terus-menerus, setidaknya satu kaki belakang
(Parmar dan Prakis, 2006).
III. ALAT dan BAHAN

No Alat Bahan
1 Spuit injeksi ( 0,1 – 1 ml ) Larutan CMC Na 0,9 %
2 Jarum oral ( ujung tumpul ) Suspensi Acetosal 0,9 %
3 Gelas beker Suspense Paracetamol 0,9 %
4 Gelas ukur Larutan asam asetat 0,9 %
5 Pipet tetes
6 Batang pengaduk
7 Neraca analitik
8 Stopwatch
 Hewan uji : mencit betina, umur 40-60 hari, berat 20-30 gram

IV. PROSEDUR KERJA


Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Mencit dibagi menjadi 3 kelompok

Kelompok I ( kelompok Kontrol ), kelompok II ( kelompok Paracetamol ),
kelompok III ( kelompok Asetosal )

Kelompok I ( kelompok kontrol ) diberikan larutan CMC Na 0,9 % secara per
oral

Kelompok II ( kelompok PCT ) diberikan larutan PCT dosis 300 mg/kg BB
mencit secara oral

Kelompok III ( kelompok Asetosal ) diberikan larutan Asetosal 300 mg/kg
BB mencit secara oral

Serelah ketiga kelompok mendapat perlakuan 5 menit kemudian disuntikkan
Asam asetat 0,9 % dosis 300 mg/kg BB

Dicatat jumlah kumulatif geliat mencit selama 1 jam tiap 5 menit

Dihitung % daya analgetiknya

V. HASIL PENGAMATAN
Keterangan Menit
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Kontrol

1 2 4 11 8 17 24 18 15 19 19 17 16
2 2 2 11 14 37 41 37 40 36 34 34 23
PCT
1 2 19 22 23 16 13 19 16 11 14 12 13
2 1 21 17 24 18 15 15 16 10 11 12 10
Asetosal
1 1 45 46 28 35 31 25 36 37 40 20 10
2 1 7 21 35 9 11 7 6 1 3 4 7

 Perhitungan Daya Analgetik :


 PCT geliat pada menit ke-5
2
1. 100 – ( 2 x 100) = 100 – (1 x 100) = 0
1
2. 100 - ( 2 x 100) = 100 – 50 = 50

 PCT geliat pada menit ke-30


13
1. 100 - ( 24 x 100) = 100 – 54,1 = 45,9
15
2. 100 - ( 41 x 100) = 100 – 36,5 = 63,5
 PCT geliat pada menit ke-60
13
1. 100 - ( 16 x 100) = 100 – 81,25 = 18,75
10
2. 100 - ( 23 x 100) = 100 – 43,4 = 56,6

 Asetosal geliat pada menit ke-5


1
1. 100 - ( 2 x 100) = 100 – 50 = 50
1
2. 100 - ( 2 x 100) = 100 – 50 = 50

 Asetosal geliat pada menit ke-30


31
1. 100 - ( 24 x 100) = 100 – 91,17 = 8,83
15
2. 100 - ( 41 x 100) = 100 – 36,58 = 63,5

 Asetosal geliat pada menit ke-60


10
1. 100 - ( 16 x 100) = 100 – 62,5 = 37,5
7
2. 100 - ( 23 x 100) = 100 – 30,43 = 69,57

 Rata – rata Daya Analgetik


 PCT geliat pada menit ke-5
0+50 50
Rata-rata = = = 25 x 100 % = 25 %
2 2

 PCT geliat pada menit ke-30


45,9+63,5 109,4
Rata-rata = = = 54,7 x 100 % = 54,7 %
2 2

 PCT geliat pada menit ke-60


18,75+56,6 75,35
Rata-rata = = = 37, 675 x 100 % = 37,675 %
2 2

 Asetosal geliat pada menit ke-5


50+50 100
Rata-rata = = = 50 x 100 % = 50 %
2 2

 Asetosal geliat pada menit ke-30


8,83+63,42 72,25
Rata-rata = = = 36,125 x 100 % = 36,125 %
2 2

 Asetosal geliat pada menit ke-60


37,5+69,57 107,07
Rata-rata = 2
= 2
= 53,535 x 100 % = 53,535 %
VI. PEMBAHASAN
Nyeri adalah suatu gejala yang berfungsi untuk melindungi dan
memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan pada tubuh;
seperti peradangan, infeksi-infeksi kuman, dan kejang otot.
Pada praktikum kali ini yaitu Pengujian Efek Analgetika
bertujuan untukmengenal berbagai cara untuk mengevaluasi secara
eksperimental efek analgetik suatu obat, memahami dasar-dasar perbedaan
daya analgetik berbagai obat analgesik.
Kontrol negatif ini adalah untuk melihat seberapa besar respon
nyeri yang dihasilkan pada hewan uji untuk kemudian sebagai bahan
perbandingan dengan hewan uji yang diberi obat analgesik sehingga dapat
dilihat perbedaan yang signifikan antara hewan uji yang diberi dengan yang
tidak diberi obat analgesik dalam hal respon nyeri yang dihasilkan.
Dalam perlakuan kali ini digunakan induksi nyeri secara
kimiawi yaitu menggunakan bahan larutan steril Asam Asetat 0,9% yang
diberikan secara peroral. Pada praktikum, pemberian larutan Asam Asetat 0,9%
diberikan 10 menit setelah pemberian obat analgetika. Obat analgetika yang
digunakan adalah Paracetamol dan Asetosal atau asam asetil salisilat, hal ini
diharapkan agar obat yang diberikan sudah mengalami absorbsi sehingga Asam
Asetat langsung berefek dan juga untuk mempermudah pengamatan onset dari
obat itu. Pada praktikum kali ini obat-obat analgetik yang diperbandingkan
adalah obat-obat analgetik golongan non narkotik/perifer yaitu, Asetosal dan
Paracetamol. Dengan prinsip percobaan ini menggunakan metode Witkin
(WrithingTes / Metode Geliat), dengan prinsip yaitu memberikan asam asetat
0,9% (indikator nyeri) kepada mencit yang akan menimbulkan geliat
(Writhing), sehingga dapat diamati respon mencit ketika menahan nyeri pada
perut dengan cara menarik abdomen, menarik kaki kebelakang, dan
membengkokan kepala ke belakang. Dengan pemberian obat analggetik (
Paracetamol dan Asetosal ) akan mengurangi respon tersebut.
Kelompok kontrol yang digunakan pada percobaan ini adalah
CMC Na,sehingga hewan percobaan hanya diberikan pada awal percobaan dan
penginduksi asam asetat pada 60 menit setelah pemberian CMC Na tanpa
pemberian sedian analgesik. Asam asetat 0,9% merupakan asam lemah yang
tidak terkonjugasi dalam tubuh, pemberian sediaan asam asetat 0,9% terhadap
hewan percobaan akan merangsang prostaglandin untuk menimbulkan rasa
nyeri akibat adanya kerusakan jaringan atau inflamasi. Prostaglandin
menyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan
kimiawi sehingga Prostaglandin dapat menimbulkan keadaan. hiperalgesia,
kemudian mediator kimiawi seperti bradikinin dan histamin merangsangnya
dan menimbulkan nyeri yang nyata. Akibat dari adanya rasa nyeri inilah hewan
percobaan akan menggeliatkan kaki belakangnya saat efek dari penginduksi ini
bekerja. Pemberian sediaan asam asetat 0,9% pada peritonial atau selaput
gastrointestinal hewan memungkinkan sediaan lebih mudah diabsorbsi oleh
tubuh dan cepat memberikan efek. Selama 5 menit kemudian, setelah diberi
larutan asam asetat 0,9% mencit akan menggeliat dengan ditandai perut kejang
dan kaki ditarik ke belakang. Jumlah geliat mencit dihitung setiap 5 menit
selama 60 menit. Kemudian pada kelompok mencit kedua dengan obat
analgetik berupa Paracetamol diberikan secara peroral dan kelompok mencit
ketiga diberikan asetosal secara peroral. Kemudian asam asetat 0,9%,
disuntikan secara peritonial supaya setelah 10 menit pemberian obat analgetik
tersebut telah mengalami proses absorbsi pada tubuh mencit untuk meredakan
nyeri. Pemberian asam asetat 0,9%secara intraperitonial memungkinkan
sediaan lebih mudah diabsorbsi oleh tubuh,cepat memberikan efek, mencegah
penguraian asam asetat pada jaringan fisiologik organ tertentu, serta efek
merusak jaringan tubuh jika pada organ tertentu. Misalnya apabila asam asetat
0,9% diberikan peroral, akan merusak saluran pencernaan, karena sifat
kerongkongan cenderung bersifat tidak tahan terhadap asam. Kemudian
dilakukan pengamatan yang sama seperti kelompokk ontrol negatif yaitu
diamati geliatnya dihitung tiap 5 menit selama 60 menit.
Setelah diamati, pada 5 sampai 15 menit pertama setelah
pemberian asam asetat, hewan uji menunjukan aktivitas geliat yang meningkat
yaitu 2, 19, dan 22. Akan tetapi setelah 20 menit sampai 60 menit pemberian
asam asetat hewan uji memperlihatkan aktivitas geliat semakin menurun yaitu
23, 16, 13, 19, 16, 11, 14,12, dan 13 geliat. Secara teoritis seharusnya pada
menit-menit awal hewan uji menunjukkan aktivitas geliat paling tinggi
kemudian terus menurun seiring bertambahnya waktu pengamatan, hal ini
dikarenakan pada awal-awal pemberian asam asetat diberikan yaitu hanya
berjarak 30 menit dari pemberian asam efek maksimal sebagai analgesik untuk
meredakan nyeri yang disebabkan asam asetat,sehingga dapat diamati respon
nyeri hewan uji melalui aktivitas geliatnya. Kemudian dimasukan dalam tabel
dan dihitung % proteksinya dari tiap sediaananalgetika untuk diperoleh %
efektivitasnya

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat dilihat
dari perbandingan daya analgetik Paracetamol pada menit ke-5, 30, dan 60
berturut-turut adalah 25 %, 54,7 % dan 37,675 %, sedangkan daya analgetik
pada Asetosal di menit ke-5, 30 dan 60 adalah 50 %, 36,125 % dan 53,535 %.
Jadi, uji analgetik metode geliat akibat induksi kimia ini sesuai dengan teori
yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2000. Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Universitas GadjahMada
University Press. Yogyakarta.
Mutschler Ernest. 1991. Dinamika Obat, Buku Ajar Farmakologi & Toksikologi edisi
V. Penerbit ITB. Bandung.
Parmar, N.S. & Prakash, S. 2006. Screening Methods in Pharmacology. Oxford: Apha
Science International, 47, 225 & 226.
LAMPIRAN
 Alat dan Bahan :

 Pengerjaan :

Anda mungkin juga menyukai