TOKSIKOLOGI II
“ANTAGONISME”
DOSEN PENGAMPU :
I. TUJUAN
Mengamati efek antagonis pada pemberian kombinasi bahan alam
Bahan Alat
Masing-masing kelompok
mendapat 4 mencit
*Perhitungan
1. Mencit I (20 g)
2. Mencit II (20 g)
Dosis manusia : 2 x 15 ml = 30 ml
Asam Mefenamat
16
Dosis = x 1,3 = 1,04 mg
20
1,04
Vol. Pemberian = x 1 ml = 0,104 ml
10
Antasida
Dosis manusia : 2 x 15 ml = 30 ml
Dosis mencit : 30 ml x 0,0026 = 0,078 ml
16
Dosis & volume pemberian = x 0,078 ml = 0,0624 ml
20
4. Mencit IV (16 g)
Asam Mefenamat
16
Dosis = x 1,3 = 1,04 mg
20
1,04
Vol. Pemberian = x 1 ml = 0,104 ml
10
Antasida
Dosis manusia : 2 x 15 ml = 30 ml
Dosis mencit : 30 ml x 0,0026 = 0,078 ml
16
Dosis & volume pemberian = x 0,078 ml = 0,0624 ml
20
Asam asetat 75 mg/kg BB i.p
Asam asetat = 75 mg/kg BB 1,5/20 gBB
Larutan stok = 1% = 1000/100 = 10 mg/ml
1,5
Volume pemberian = x 1 ml = 0,15 ml di turunkan menjadi 0,05 ml
10
30
25
20
Mencit I
15 Mencit II
Mencit III
10 Mencit IV
0
5' 10' 15' 20' 25' 30'
PEMBAHASAN
Efek kebanyakan obat terjadi karena interaksi antara obat dan reseptor-reseptor spesifik.
Untuk suatu interaksi reversibel antara obat A dan reseptor R serta perbandingan antara efek
yang timbul dan jumlah reseptor yang diduduki, maka berlaku:
A + R AR efek (aktivitas intrinsik).
Zat kimia atau obat yang mengaktivasi reseptor dan menghasilkan respons
disebut agonis. Beberapa obat, yang disebut antagonis, berikatan dengan reseptor namun tidak
mengaktivasinya. Antagonis menurunkan kemungkinan zat transmitor (atau agonis lain)
berikatan dengan reseptor sehingga mengurangi atau memblok kerja transmitor tersebut.
Antagonisme obat adalah senyawa yang menurunkan atau mencegah sama sekali efek agonis.
Obat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah asam mefenamat, antasida, dan
asam asetat. Asam mefenamat merupakan jenis obat untuk anti peradangan non steroid.
Fungsinya ialah untuk mengurangi rasa sakit ringan, sakit menengah dan meredakan peradangan
atau inflamasi. Sebagai contoh mengatasi rasa nyeri paska operasi, nyeri menstruasi dan artritis,
sedangkan antasida adalah obat yang digunakan untuk menetralkan asam lambung atau
mengikatnya. Dipakai untuk mengobati penyakit pada saluran pencernaan yang diakibatkan oleh
asam lambung, seperti tukak pada oesofagus, lambung atau usus dengan gejala seperti nyeri
lambung, mual, dan muntah.
Prosedur praktikum yang dilakukan antara lain, disiapkan masing-masing kelompok
mendapatkan 4 mencit, dimana mencit 1 diberikan asam mefenamat 0,13 ml secara peroral,
mencit 2 diberikan antasida 0,078 ml secara peroral, mencit 3 diberikan asam mefenamat 0,104
ml dan antasida 0,0624 ml tanpa jeda waktu secara peroral, dan mencit ke-4 diberikan asam
mefenamat 0,104 ml dan antasida 0,0624 ml dengan jeda waktu 30 menit. Setelah 15 menit
kemudian, seluruh mencit di suntik asam asetat 75 mg/kg BB 0,15 ml secara i.p, namun pada
volume pemberian tersebut dapat menyebabkan kematian pada mencit oleh karena tu volume
pemberian diturunkan menjadi 0,05 ml. Setelah melakukan perlakuan tadi, maka beberapa menit
kemudian dlihat apakah mencitnya menggeliat. Kemudian dihitung jumlah kumulatif geliat yang
timbul setiap selang waktu 5 menit selama 60 menit.
Injeksi asam asetat yang berfungsi sebagai pemberi rasa nyeri pada mencit atau disebut
sebagai penginduksi nyeri. SAA dapat memberikan suasana asam dengan melepas ion H+ yang
berperan sebagai mediator nyeri yang mempengaruhikerja sistem saraf, sehingga menimbulkan
rasa nyeri. Rasa nyeri ini dapat dilihat melalui gejala menggeliat pada mencit. Gejala sakit pada
mencit sebagai akibat pemberian SAA secara i.p yaitu adanya kontraksi dari dinding perut,
kepala, dan kaki ditarik ke belakang sehingga abdomen menyentuh dasar dari ruang yang
ditempati yang disebut geliat.
Hasil pengamatan menunjukkan mencit yang hanya diberi asam mefenamat memiliki
aktivitas geliat lebih banyak, begitu juga dengan mencit yang hanya di beri antasida namun
aktivitas geliatnya lebih sedikit dibandingkan pemberian obat asam mefenamat. Kemudian
mencit dengan pemberian 2 bahan obat yakni asam mefenamat dan antasida memberikan efek
yang sinergisme atau penurunan antagonisme, artinya interaksi antara kedua obat mampu
menghambat induksi asam asetat dalam tubuh mencit.
Dari data-data yang sudah di dapatkan, dilihat bahwa terjadi perbedaan geliat yang cukup
signifikan setiap mencitnya, oleh karena itu di gunakan salah satu program aplikasi yang mampu
memberikan informasi lebih akurat dengan memperlakukan missing data secara tepat, yaitu
dengan memberi kode alasan mengapa terjadi missing data ialah aplikasi SPSS. Dari data yang
diperoleh melalui pengerjaan SPSS, dapat dilihat bahwa signifikasi antara setiap mencit pada
menit pertama sampai menit ke-60 sangat kecil, bahkan hampir tidak ada perbedaan. Padahal
secara data yang kita buat di lihat berbeda. Pada menit ke 5 sig. Nya = 0,556; pada menit ke 10
sig. Nya = 0,0,020; pada menit ke 15 sig. Nya = 0,019; pada menit ke 20 sig. Nya = 0,019; pada
menit ke 25 sig. Nya = 0,315; dan pada menit ke 30 sig. Nya = 0,541. Dari data-data tersebut
membuktikan bahwa keakuratan data tidak bisa dilihat hanya dengan merata-ratakan kemudian
melihat perbedaan intervalnya, namun dapat di gunakan aplikasi yang mampu meberikan
informasi signifikasi secara teliti dan akurat.
VI. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa, kombinasi obat asam
mefenamat dan antasida memberikan penurunan efek antagonisme obat, sedangkan pemberian
obat masing-masingnya meningkatkan efek antagonisme obat. Penggunaan aplikasi SPSS dapat
memberikan informasi yang lebih akurat, sehingga dapat diketahui bahwa data yang di dapatkan
memiliki signifikasi data yang kecil.
Blodinger, Jack. 1994. Formulasi Bentuk Sediaan Veteriner. Airlangga University Press:
Surabaya
Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat Edisi ke-5. Penerbit ITB: Bandung
Wanamaker, P. Massey, Locked. 1996. Applied Pharmacology for the Veterinary Technician.
WB Saunders: Columbia