Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOTERAPI SALURAN CERNA, NUTRISI, ENDOKRIN DAN


GINEKOLOGI

Di susun oleh :

Kelompok 3 (FA1-G1)

Anggota :

Pahad Abdulah 211FF03001 (Pembahasan)


Siti Riska Chaerani 211FF03005 (Tujuan, prinsip, alat & bahan,
prosedur, hasil pengamatan)
Dea Martiana 211FF03006 (Lampiran)
Mitha Nurul Fitri 211FF03012 (Kesimpulan)
Neng Ajeng 211FF03022 (Dasar teori)

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

FAKULTAS FARMASI

PRODI S1 FARMASI

2023
MODUL 2

PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIDIARE DAN PENCAHAR

1. Tujuan
1.1. Kompetensi yang Dicapai :
Mahasiswa mampu mengimplementasikan metode secara keseluruhan untuk
berbagai bahan uji serta pemilihan obat menjadi usulan terapi untuk sistem
pencernaan (anti diare).
1.2.Tujuan Praktikum :
Melakukan dan mengetahui metode pengujian aktivitas obat anti diare pada mencit.
2. Prinsip
Hewan percobaan yang diinduksi dengan oleum ricini dapat mengalami diare,
kemudian dihambat oleh antidiare.
3. Pendahuluan/ Dasar Teori
Gangguan pencernaan adalah masalah yang terjadi pada organ-organ saluran
pencernaan. Kondisi ini dapat terjadi pada salah satu atau beberapa organ di saluran
cerna. Saluran pencernaan dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus,
usus besar, dan berakhir di anus. Secara umum, kondisi ini terbagi menjadi dua, yaitu
gangguan pencernaan organik dan fungsional.
Gangguan pencernaan organik terjadi ketika ada kelainan struktural pada sistem
pencernaan, yang mencegahnya bekerja dengan baik. Sedangkan gangguan pencernaan
fungsional terjadi ketika saluran pencernaan tampak normal secara struktural tetapi
masih tidak berfungsi dengan baik.
Jenis – Jenis gangguan pencernaan diantaranya GERD ( Gastroesophageal
Reflux Disease), Tukak Lambung, Batu Empedu, IBS ( Irritable Bowel Syndrome), IBD
( Inflammatory Bowel Disease), Diare, Konstipasi atau Sembelit, Wasir atau Hemoroid
Diare adalah sebuah penyakit dimana penderita mengalami rangsangan buang
air besar yang terus-menerus dan fesesnya memiliki kandungan air berlebih dengan
feses yang tidak berbentuk atau cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam
(Zulkoni, 2010).
Bila usus tidak berfungsi normal, motilitas dapat meningkat baik atau menurun
dan keduanya dapat menyebabkan diare, hal ini yang menyebabkan meningkatnya
motilitas usus yang menghasilkan transportasi lebih cepat dari feses melalui usus
1
sehingga hanya ada sedikit kesempatan untuk menyerap cairan dari usus besar (Sisson,
2011) Penyebab diare dapat dibagi atas: Faktor Infeksi (infeksi bakteri), faktor
malabsorbsi(malabsorbsi karbohidrat), faktor makanan (makanan basi,beracun), faktor
psikologis (rasa takut dan cemas) (Ngastiyah, 2005).
Antidiare adalah obat- obat yang digunakan untuk menanggulangi atau
mengobati penyakit diare yang disebabkan oleh bakteri atau kuman, virus, cacing atau
keracunan makanan.
Obat- obat yang diberikan untuk mengobati diare dapat berupa :
1) Kemoterapi : Untuk terapi kausal yaitu memusnahkan bakteri penyebab
penyakit yang digunakan obat golongan sulfonamida atau antibiotika.
2) Obstipansia : Untuk terapi simpatomatis dengan tujuan untuk menghentikan
diare, yaitu dengan cara :
• Menekan peristaltik usus. Contohnya Loperamid
• Menciutkan selaput usus atau adstringen. Contohnya Tannin
• Pemberian absorben untuk menyerap racun yang dihasilkan bakteri atau
racun penyebab diare yang lain. Contohnya Carboadsorben, Pectin
• Pemberian muchilago untuk melindungi selaput lendir usus yang luka.
3) Spasmolitik : Zat yang dapat melemaskan kejang- kejang otot perut (Nyeri
perut) pada diare. Contohnya Atropin Sulfat.
4. Alat dan Bahan
Alat Bahan
• Mencit jantan dengan bobot badan
• Alat suntik 1 mL
sekitar 20-25
• Sonde oral mencit
• Loperamid 2 mg (dosis manusia)
• Stopwatch
• Oleum ricini ( ml/ 20 BB mencit)
• Timbangan mencit
• kertas saring
• Bejana silinder
• CMC Na 0,5%(0,5 mL / 20 g BB)
• Toples (wadah)
• suspensi diapet 600 mg dan 1200
mg (dosis manusia)

2
5. Prosedur Kerja

Timbang Mencit dan kelompokan secara acak


menjadi 3 kelompok

Tiap mencit berikan sediaan secara peroral (Sesuai


perlakuan yang akan dialaminya)

Masukan kedalam toples (wadah) yang beralaskan


kertas saring yang sudah ditimbang untuk
pengamatan

Berikan oleum ricini secara peroral pada masing-


masing mencit setelah 30 menit diberi sediaan
oral.

Amati respon yang terjadi pada setiap mencit


selang waktu 30 menit selaa 2 jam setelah
pemberian oleum ricini

- Kelompok Mencit :
• Kel. Kontrol : Diberi sediaan CMC Na 0,5% (0,5ml/20g BB mencit
• Kel. Pembanding : Diberi loperamid 2 mg (Dosis manusia)
• Kel. Uji : 1 (Suspensi diapet 600mg) uji 2 (Suspensi 1200mg)
- Parameter yang diamati :
Parameter yang diamati yaitu waktu muncul diare, frekuensi konsistensi diare, dan
jumlah/bobot feses serta jangka waktu berlangsung diare.

6. Hasil Praktikum (Siti Riska Chaerani)

A. Metode Proteksi Laksan


1) Kelompok Kontrol (Aquadest 0,3 ml)
➢ Perhitungan Dosis
• Volume Aquadest yang diberikan:

Dik : BB Mencit : 36,44 g


- Volume Pemberian

36,44 𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 0,3 ml = 0,5 ml
20 𝑔𝑟𝑎𝑚

• Volume sediaan Dulcolax yang diberikan :

3
- Konversi Dosis

= 10 gram x 0,0026 = 0,026 gram / 20 gram BB Mencit


- Volume Pemberian

0,026 𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 100 ml = 0,26 ml/20 gram BB Mencit
10 𝑔𝑟𝑎𝑚

- Volume Pemberian u/ Mencit 36,44 gram

36,44 𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 0,26 ml = 0,5 ml/ 36,44 gram BB Mencit
20 𝑔𝑟𝑎𝑚

➢ Data Pengamatan
30’ 60’ 90’ 120’
Parameter
Frekuensi - - 3
Bobot - - 1,39
Konsistensi - - +++

2) Kelompok Pembanding (Loperamid 2 mg)


➢ Perhitungan Dosis
• Volume sediaan loperamid yang diberikan :

Dik : BB Mencit : 34,08 g


- Konversi Dosis

= 2 mg x 0,0026 = 0,0052 mg / 20 gram BB Mencit


- Volume Pemberian

0,0052 𝑚𝑔
= x 100 ml = 0,26 ml/20 gram BB Mencit
2 𝑚𝑔

- Volume Pemberian u/ Mencit 34,08 gram

34,08 𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 0,26 ml = 0,443 ml/ 34,08 gram BB Mencit
20 𝑔𝑟𝑎𝑚

• Volume sediaan suspensi dulcolax (10 g) yang diberikan :

Dik : BB Mencit : 34,08 g


- Konversi Dosis

4
= 10 g x 0,0026 = 0,026 g / 20 gram BB Mencit
- Volume Pemberian

0,026 𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 100 ml = 0,26 ml/20 gram BB Mencit
10 𝑔𝑟𝑎𝑚

- Volume Pemberian u/ Mencit 34,08 gram

34,08𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 0,26 ml = 0,4 ml/ 34,08 gram BB Mencit
20 𝑔𝑟𝑎𝑚

➢ Data Pengamatan
30’ 60’ 90’ 120’
Parameter
Frekuensi -
Bobot -
Konsistensi -

3) Kelompok Uji 1 (Suspensi Diapet Dosis 1 (10ml/100ml))


➢ Perhitungan Dosis
• Volume sediaan suspensi diapet dosis 1 (10ml/100ml) yang diberikan :

Dik : BB Mencit : 30,90 g


- Konversi Dosis

= 10 ml x 0,0026 = 0,026 ml / 20 gram BB Mencit


- Volume Pemberian

0,026 𝑚𝑙
= x 100 ml = 0,26 ml/20 gram BB Mencit
10 𝑚𝑙

- Volume Pemberian u/ Mencit 30,90 gram

30,90 𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 0,26 ml = 0,4 ml/ 30,90 gram BB Mencit
20 𝑔𝑟𝑎𝑚

• Volume sediaan suspensi dulcolax (10 g) yang diberikan :

Dik : BB Mencit : 30,90 g


- Konversi Dosis

= 10 g x 0,0026 = 0,026 g / 20 gram BB Mencit


- Volume Pemberian

5
0,026 𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 100 ml = 0,26 ml/20 gram BB Mencit
10 𝑔𝑟𝑎𝑚

- Volume Pemberian u/ Mencit 30,90 gram

30,90 𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 0,26 ml = 0,4 ml/ 30,90 gram BB Mencit
20 𝑔𝑟𝑎𝑚

➢ Data Pengamatan
30’ 60’ 90’ 120’
Parameter
Frekuensi 1 1
Bobot 0,5 1,0
Konsistensi +++ +++

4) Kelompok Uji 2 (Suspensi Diapet Dosis 2)


➢ Perhitungan Dosis
• Volume sediaan suspensi diapet dosis 2 (2x dari dosis 1 ) yang diberikan :

Dik : BB Mencit : 38,35 g


- Konversi Dosis

= 10 ml x 0,0026 = 0,026 ml / 20 gram BB Mencit


- Volume Pemberian

0,026 𝑚𝑙
= 10 𝑚𝑙
x 100 ml = 0,26 ml/20 gram BB Mencit

- Volume Pemberian u/ Mencit 38,35 gram

38,35 𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 0,26 ml = 0,5 ml/ 38,35 gram BB Mencit
20 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 0,5 ml x 2 = 1 ml/38,35 gram BB Mencit


• Volume sediaan suspensi dulcolax (10 g) yang diberikan :

Dik : BB Mencit : 38,35 g


- Konversi Dosis

= 10 g x 0,0026 = 0,026 g / 20 gram BB Mencit


- Volume Pemberian

6
0,026 𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 100 ml = 0,26 ml/20 gram BB Mencit
10 𝑔𝑟𝑎𝑚

- Volume Pemberian u/ Mencit 38,35 gram

38,35 𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 0,26 ml = 0,5 ml/ 38,35 gram BB Mencit
20 𝑔𝑟𝑎𝑚

➢ Data Pengamatan
30’ 60’ 90’ 120’
Parameter
Frekuensi 1
Bobot 0,5
Konsistensi +++

B. Transit Intestinal
1) Kelompok Normal (Na-CMC 0,3)

Dik : BB Mencit : 35 g
• Volume Pemberian Na CMC 0,3 ml/ 20 gram BB Mencit

35 𝑔𝑟𝑎𝑚
x 0,3 ml = 0,5 ml/ 35 gram BB Mencit
20 𝑔𝑟𝑎𝑚

• Volume Pemberian Tinta Cina 0,5 ml/ 20 gram BB Mencit

35 𝑔𝑟𝑎𝑚
x 0,5 ml = 0,8 ml/ 35 gram BB Mencit
20 𝑔𝑟𝑎𝑚

➢ Hasil Pengamatan

𝑈𝑇 𝐶
R= x 100%
𝑈𝑇

Dik :
- UT C = 53 cm
- UT = 64,5 cm

53 𝑐𝑚
Maka, R = 64,5 𝑐𝑚 x 100% = 82,17%

2) Kelompok Loperamid 2 mg

Dik : BB Mencit : 33,57g


➢ Perhitungan Dosis

7
• Volume sediaan loperamid yang diberikan :
- Konversi Dosis

= 2 mg x 0,0026 = 0,0052 mg / 20 gram BB Mencit


- Volume Pemberian

0,0052 𝑚𝑔
= x 100 ml = 0,26 ml/20 gram BB Mencit
2 𝑚𝑔

- Volume Pemberian u/ Mencit 33,57 gram

33,57 𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 0,26 ml = 0,4 ml/ 33,57 gram BB Mencit
20 𝑔𝑟𝑎𝑚

• Volume Pemberian Tinta Cina 0,5 ml/ 20 gram BB Mencit

33,57 𝑔𝑟𝑎𝑚
x 0,5 ml = 0,8 ml/ 33,57 gram BB Mencit
20 𝑔𝑟𝑎𝑚

➢ Hasil Pengamatan

𝑈𝑇 𝐶
R= x 100%
𝑈𝑇

Dik :
- UT C = 0 cm
- UT = 41 cm

0 𝑐𝑚
Maka, R = 41 𝑐𝑚 x 100% = 0 %

8
7. Pembahasan

Pada praktikum kali ini yaitu dilakukan pengujian aktivitas antidiare dan
pencahar yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana aktivitas obat antidiare yaitu
loperamid dan suspensi diapet dapat menghambat diare dengan metode proteksi laksan
dan metode transit intestinal, menghitung dosis obat antidiare yang digunakan pada
mencit, mengetahui pengujian obat antidiare serta menganalisa perbedaan efek
diantara obat antidiare. Mencit digunakan pada pengujian ini karena anatomi
fisiologinya sama dengan anatomi fisiologi manusia, juga karena mencit mudah
ditangani, ukuran tubuhnya kecil sehingga waktu penelitian dapat
berlangsung lebih cepat.

Diare merupakan keadaan buang air besar dengan banyak cairan (mencret) dan
merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu. Diare disebabkan oleh adanya
rangsangan pada saraf otonom di dinding usus sehingga dapat menimbulkan reflek yang
mempercepat peristaltik sehingga timbul diare. Diare ditandai dengan frekuensi defekasi
yang jauh melebihi frekuensi normal, serta konsistensi feses yang encer. Penyebab diare
pun bermacam-macam. Pada dasarnya diare merupakan mekanisme alamiah tubuh untuk
mengeluarkan zat-zat racun yang tidak dikehendaki dari dalam usus. Bila usus sudah
bersih maka diare akan berhenti dengan sendirinya.

Antidiare adalah obat yang diberikan untuk mengatasi gejala diare. Pada
praktikum kali ini obat anti diare yang digunakan adalah loperamid dan suspensi diapet.
loperamide merupakan obat antidiare golongan opioid yang mekanisme kerjanya adalah
menekan kecepatan gerak peristaltik usus sehingga mengurangi frequensi defekasi dan
memperbaiki konsistensi feses. Loperamid dapat menghambat motilitas usus dan
mengurangi sekresi gastrointestinal, obat ini bekerja dengan mengganggu mekanisme
kolinergik dan non kolinergik yang terlibat dalam reflex peristaltik, menurunkan aktifitas
otot sirkular dan longitudinal pada dinding usus. Sedangkan obat diapet merupakan
produk obat herbal terstandar. Pada percobaan ini, diapet yang digunakan adalah
suspensi diapet dengan bahan utama yang memiliki efek antidiare adalah daun jambu
biji. Mekanisme kerja dari ekstrak daun jambu biji adalah lektin yang terkandung dalam
Psidium guava mengikat bakteri E.coli yang akan mencegah adhesi dinding usus
sehingga feses memadat. Selain itu juga daun jambu biji memiliki mekanisme kerja yaitu
menghambat efek prospulsi gastrointestinal (Hariana, 2008).

9
Sedangkan obat Laksatif atau laksan dan atau pencahar adalah obat yang
berkhasiat untuk memperlancar pengeluaran isi usus disebut juga sebagai
aperientsdan aperitive. Obat yang digunakan pada ptraktikum kali ini adalah Dulcolax
yang merupakan obat pencahar stimulan yang mengandung bisacodyl dan memiliki aksi
ganda yaitu menginduksi transportasi air serta garam ke dalam usus dan merangsang
aktivitas otot pada usus sehingga hal ini dapat memperlancar proses pembuangan
kotoran atau BAB.

Pada praktikum kali ini digunakan 4 mencit yang diuji dengan 1 mencit sebagai
kontrol, dimana ada tiga hal yang diperhatikan sebagai parameter dalam melihat
efektivitas obat antidiare yang digunakan yaitu konsistensi feses, frekuensi pengeluaran
feses, dan bobot feses yang dilihat dalam 120 menit pengujian. Pengujian dibagi dalam
4 kelompok mencit, dimana untuk kelompok 1 sebagai kontrol dengan berat mencit
36,44 gram diberikan aquadest sebanyak 0,5 mL secara peroral, kemudian untuk
kelompok 2 sebagai pembanding dengan berat mencit 34,02 gram diberikan loperamid
sebanyak 0,443 mL secara peroral, sedangkan untuk kelompok 3&4 sebagai kelompok
uji dengan menggunakan suspensi diapet dengan dosis yang berbeda. Untuk kelompok
3 dengan berat mencit 30,90 gram diberikan suspensi diapet dosis 1 sebanyak 0,4 mL
dan kelompok 4 dengan berat mencit 38,35 gram sebanyak 0,5 mL.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada pengujian dengan metode


laksan didapatkan hasil dimana untuk kelompok 1 sebagai kontrol dengan aquadest yang
diamati selama 90 menit dengan 3 parameter yang diamati yaitu frekuensi, bobot dan
juga konsistensi feses yang dikeluarkan mencit, dimana pada menit ke-90 mencit
mengeluarkan feses sebanyak 3 kali dengan bobot 1,39 gram dan konsistensi feses nya
padat atau keras. Kemudian untuk kelompok 2 yang diberikan loperamid sebagai
pembanding setelah diamati selama 60 menit mencit tidak mengeluarkan feses sama
sekali, berdasarkan hal tersebut sehingga tidak ada parameter yang harus diukur.
Selanjutnya untuk kelompok 3 sebagai kelompok uji yang diberikan suspensi diapet
dosis 1 setelah diamati selama 60 menit didapatkan hasil pada menit ke-30 dengan
frekuensi 1, bobot 0,5 gram dan konsistensi feses padat (+++), kemudian pada menit ke-
60 didapatkan hasil frekuensi 1, bobot 1,0 gram dan konsistensi feses padat (+++).
Sedangkan untuk kelompok 4 sebagai kelompok uji yang diberikan suspensi diapet dosis
2 setelah diamati selama 60 menit didapatkan hasil pada menit ke-30 dengan frekuensi
1, berat 0,5 gram dan konsistensi feses padat (+++).Padat mengartikan antidiare

10
memberikan efek farmakologi melihat mekanisme kerja obatnya yaitu memadatkan feses
dan mengurangi frekuensi pengeluaran feses. Dimana berdasarkan hasil tersebut tidak
sesuai dengan teori dimana seharusnya kelompok uji yang diberikan suspensi diapet
dengan dosis lebih tinggi pengeluaran feses nya lebih sedikit dibandingkan dengan
kelompok uji yang diberikan suspensi diapet dengan dosis yang lebih rendah, karena
semakin tinggi dosis yang diberikan seharusnya memberikan efek yang lebih tinggi. Hal
tersebut terjadi karena beberapa kemungkinan, diantaranya pada saat pemberian obat
kepada mencit secara peroral obat yang diberikan tidak semuanya masuk sehingga
berpengaruh terhadap efek obat yang diberikan, tetapi dilihat dari hasil konsistensi feses
yang dihasilkan oleh mencit semuanya berbentuk padat artinya suspensi diapet ini juga
berfungsi dan memberikan efek, tetapi efek farmakologinya lebih efektif bekerja dalam
memadatkan feses tetapi kurang dalam menghambat gerakan peristaltik sehingga hewan
uji tetap mengeluarkan feses. Sedangkan unutk hewan uji yang diberikan loperamid
sebagai pembanding tidak mengeluarkan feses sama sekali artinya loperamid sangat
efektif sebagai obat antidiare.

Selanjutnya dilakukan pengujian transit intestinal, transit intestinal merupakan


salah satu metode yang digunakan dalam pengujian aktivitas antidiare dan pencahar
untuk mengevaluasi sejauh mana zat tertentu memengaruhi kecepatan pergerakan
makanan melalui saluran pencernaan dalam usus. Tujuan utama dari pengujian transit
intestinal ini adalah untuk mengukur dan memahami bagaimana zat yang diuji
memengaruhi pergerakan makanan melalui saluran pencernaan mencit atau hewan
percobaan lainnya. Dalam konteks pengujian aktivitas antidiare, ini membantu dalam
menentukan apakah zat tersebut dapat memperlambat atau mencegah terjadinya diare
dengan mengurangi kecepatan pergerakan usus. Untuk kelompok 1&2 yaitu sebagai
kontrol diberikan NaCMC dan kelompok 3&4 diberikan obat loperamid kemudian
keduanya diberikan tinta cina dan diamkan selama 15 menit. Setelah pemberian tinta
cina lakukan pembedahan dengan cara mematikan mencit dengan menarik ujung ekor
dan menghalangi pernafasannya agar mencit cepat mati (dislokasi). Pembedahan
dilakukan dengan cara memotong bagian bawah perut mencit sampai ke leher mencit.
Setelah itu baru keluarkan organ dalam pada mencit. Dalam mengeluarkan organ dalam
mencit harus berhati-hati agar usus dari mencit tidak putus dan terbelah.

Berdasarkan hasil praktikum untuk kelompok 1&2 hewan uji sebagai kontrol
yang diberikan NaCMC didapatkan nilai Rasio 82,17% sedangkan untuk kelompok 3&4

11
hewan uji yang diberikan loperamid didapatkan nilai Rasio 0%, dimana hal tersebut
terjadi karena pada saat pemberian tinta cina kepada hewan uji secara peroral yang tidak
tepat sehingga menyebabkan hewan uji mati sehingga tinta cina belum masuk kedalam
usus. Tetapi berdasarkan teori rasio antara jarak usus yang dilalui tinta cina dan total
panjang usus pada mencit uji kontrol seharusnya lebih besar daripada rasio jarak usus
yang dilalui tinta cina dan total panjang usus pada kelompok uji karena mencit uji kontrol
tidak mendapatkan loperamid sebagai penghambat gerak peristaltik usus sehingga gerak
peristaltik ususnya lebih cepat dan jarak usus yang dilalui tinta cina lebih panjang.

8. Kesimpulan

Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian aktivitas antidiare dan pencahar.
obat anti diare yang digunakan adalah loperamid dan suspensi diapet sedangkan obat
pencahar yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Dulcolax yang mengandung
bisacodyl. Ada beberapa parameter yang harus diperhatikan yaitu konsistensi feses,
frekuensi pengeluaran feses, dan bobot feses yang dilihat dalam 120 menit pengujian.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada pengujian dengan metode


laksan didapatkan hasil:

• Pada kelompok 1 sebagai kontrol dengan aquadest yang diamati selama 90 menit
mengeluarkan feses sebanyak 3 kali dengan bobot 1,39 gram dan konsistensi
feses nya padat atau keras

• Pada kelompok 2 yang diberikan loperamid sebagai pembanding setelah diamati


selama 60 menit mencit tidak mengeluarkan feses sama sekali, berdasarkan hal
tersebut sehingga tidak ada parameter yang harus diukur.

• kelompok 3 sebagai kelompok uji yang diberikan suspensi diapet dosis 1 setelah
diamati selama 60 menit didapatkan hasil pada menit ke-30 dengan frekuensi 1,
bobot 0,5 gram dan konsistensi feses padat (+++), kemudian pada menit ke-60
didapatkan hasil frekuensi 1, bobot 1,0 gram dan konsistensi feses padat (+++).

• kelompok 4 sebagai kelompok uji yang diberikan suspensi diapet dosis 2 setelah
diamati selama 60 menit didapatkan hasil pada menit ke-30 dengan frekuensi 1,
berat 0,5 gram dan konsistensi feses padat (+++).

Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil tersebut tidak sesuai dengan teori
dimana seharusnya kelompok uji yang diberikan suspensi diapet dengan dosis lebih

12
tinggi pengeluaran feses nya lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok uji yang
diberikan suspensi diapet dengan dosis yang lebih rendah, karena semakin tinggi dosis
yang diberikan seharusnya memberikan efek yang lebih tinggi.

Pada pengujian transit intestinal untuk kelompok 1&2 hewan uji sebagai
kontrol yang diberikan NaCMC didapatkan nilai Rasio 82,17% sedangkan pada
kelompok 3&4 hewan uji yang diberikan loperamid didapatkan nilai Rasio 0%, dimana
hal tersebut terjadi karena pada saat pemberian tinta cina kepada hewan uji secara peroral
yang tidak tepat sehingga menyebabkan hewan uji mati sehingga tinta cina belum masuk
kedalam usus.

13
Daftar Pustaka

Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2002. Farmakologi dan Terapi.


Edisi 4. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Kongres Nasional VI Perhimpunan Gastrohepatologi dan Nutrisi Anak, 2014.


Farmakologi Obat-obat Anti Diare Universitas Udayana.

Daldiyono. 1990. Diare, Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta : Infomedika. Hal14-4.

Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007. Farmakologi dan Terapi ed 5. Jakarta

Penerbit Ul Press

Suraatmaja, S. 2005.GastroenterologiAnak. Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK


UNUD/RS Sanglah denpasar.

Martini, FH, Nath, JL, Bartholomew, EF., 2012, Fundamentals of Anatomy and
Physiology, 9th Edition, Pearson Education Inc., London

Dipiro, Joseph T., dkk. (2017). Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 8th


Edition. New York : McGraw Hill.

14
LAMPIRAN
Dokumentasi Keterangan

Penimbangan bobot mencit

Pemberian obat secara oral menggunakan


sonde orang kepada mencit

Setelah pemberian obat secara oral di


tunggu beberapa menit

Hasil pengamatan feses setelah di tunggu 30


menit

Pembedahan mencit dan pengukuran usus


pada mencit

15

Anda mungkin juga menyukai