Anda di halaman 1dari 30

PETUNJUK PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI II

PENGAMPU :
Romadhiyana Kisno Saputri, S.Gz., M.Biomed

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI
BOJONEGORO
2020

1
DAFTAR ISI
Halaman

Halaman Judul 1
Daftar Isi 2
Tema 3
Kontrak Dan Penjelasan Kegiatan Praktikum 4
Acara I Perhitungan Dosis 5
Acara II Pengamatan Hewan Coba 10
Acara III dan Acara IV Pemberian Obat sesuai Rute Pemberian dan Pengamatan
Efek Obat 16
Acara V Pengamatan Efek Samping Obat 22
Acara VI Pengamatan Toksisitas Obat 27

2
JADWAL

Pertemuan Ke Kegiatan
1. Kontrak dan Penjelasan Praktikum
2. Perhitungan Dosis
3. Pengamatan Hewan Coba
4. Pemberian Obat sesuai Rute Pemberian
5. Pengamatan Efek Obat
6. Pengamatan Efek Samping Obat
7. Pengamatan Toksisitas Obat

3
KONTRAK DAN PENJELASAN KEGIATAN PRAKTIKUM

1. Praktikum dilakukan sesuai dengan jadwal


a. Kecuali apabila ada hambatan, jika ada perubahan jadwal, akan segera dikabarkan
b. Tidak ada praktikum susulan dan tidak ada ujian praktikum susulan
2. Praktikum dilaksanakan di laboratorium sentral farmasi, peserta praktikum
diwajibkan menaati peraturan lab
3. Praktikum dilakukan dengan metode simulasi dan diskusi
4. Penanngung jawab praktikum adalah perwakilan peserta praktikum yang merekap
kebutuhan alat dan bahan yang dibutuhkan saat praktikum
5. Alat dan bahan praktikum disiapkan sebelum praktikum dimulai oleh
penanggungjawab praktikum
6. Alat pelindung diri disediakan sendiri oleh peserta praktikum
7. Penilaian terdiri dari
a. Absensi 20%
b. Laporan 30%
c. Penialain teori  UTS dan UAS 20%
d. Penilaian keterampilan  saat praktikum/UP 30%
8. Laporan praktikum berupa
a. Softfile hasil praktikum
b. Video kegiatan praktikum

4
ACARA I
PERHITUNGAN DOSIS

A. TUJUAN
Mahasiswa dapat melakukan perhitungan dosis obat dari manusia ke hewan coba

B. DASAR TEORI
Didalam melakukan percobaan dengan menggunakan hewan uji, seringkali
menggunakan bahan kimia baik sebagai bahan yang akan diteliti maupun sebagai
pembanding. Untuk itu perlu diketahui cara mengubah dosis manusia ke hewan uji
hewan sebagai model atau sarana percobaan, haruslah memenuhi persyaratan-
persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis/keturunan dan lingkungan yang
memadai dalam pengelolaannya, disamping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh,
serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia. Hewan
coba yang sering digunakan adalah mencit, tikus dan kelinci.

Dosis obat yang diberikan ke hewan coba harus dihitung dengan tepat untuk
menghasilkan efek obat yang diinginkan. Untuk mengkonversi dosis obat hewan
percobaan, dapat dilhat pada tabel 1.1. Rute pemberian obat juga mempengaruhi dosis
obat yang akan diberikan pada hewan coba. Volume pemberian maksimal obat sesuai
rute dapat dilihat pada tabel 1.2
Tabel 1.1 Konversi dosis hewan percobaan
Mencit Tikus Kelinci Manusia
20g 200g 1,5 kg 70 kg
Mencit (20g) 1,0 7,0 27,80 387,9
Tikus (200g) 0,14 1,0 3,9 56,0
Kelinci (1,5 kg) 0,04 0,25 1,0 14,2
Manusia (70 kg) 0,0026 0,018 0,07 1,0

Tabel 1.2 Volume pemberian berdasarkan cara pemberiannya


Species Volume maksimum sesuai jalur pemberian
i.v i.m i.p s.c p.o
Mencit (20-30g) 0,5 0,05 1,0 0,5-1,0 1,0
Tikus (200g) 1,0 0,1 2-5 2-5 5,0
Kelinci (2,5 kg) 5-10 0,5 10-20 5-10 20

5
Cara konversi dosis obat dari manusia ke hewan coba adalah sebagai berikut:
1. Tuliskan dosis lazim untuk manusia
2. Konversi dosis untuk hewan coba sesuai BB standar di tabel konversi
3. Hitung dosis sesuai BB aktual hewan

Cara perhitungan volume larutan yang dipakai


1. Tentukan jumlah hewan coba
2. Kalikan dosis dengan jumlah hewan coba

Contoh Soal A
Buatlah perhitungan dosis obat glibenklamid dengan dosis lazim pada manusia sebesar 5
mg kepada mencit 15g
1. Dosis lazim pada manusia = 5 mg
2. Konversi dosis = dosis lazim x faktor konversi
= 5mg x 0,0026
= 0,013 mg
3. Hitung dosis sesuai BBA = 20g / 15 g x 0,013
= 0,0173 mg
Dibulatkan menjadi = 0,02 mg
Perhitungan tambahan
4. Dosis diatas diberikan dalam volume = 1ml
Dibuat larutan persediaan = 100 ml
5. Jumlah glibenklamid yang ditimbang = 100 ml/ 1 ml x 0,02 mg
= 2 mg
6. % kadar glibenklamid = 0,002 g/ 100ml x 100%
= 0,002%
Contoh Soal B
Dosis ibuprofen untuk manusia 400mg tiap kali pakai. Hitung kebutuhhan dosis dengan
rute pemberian per oral untuk mencit! Kemudian, berdasarkan perhitungan dosis di atas,
hitung volume larutan yangdipakai untuk 9 ekor mencit 20 g
1. Dosis lazim pada manusia = 400mg
2. Konversi dosis = 400 x 0,0026
= 1,04 mg/ekor
3. Cara penyiapan larutan = 1,04 x 9 ekor
6
= 9,36 mg
= 9,36 mg + pembawa 9ml (9x1 ml)
Volume yang diberikan = 1ml/ekor

Contoh Soal C
Dosis furosemid 2mg/kg BB (I.V). hitung kebutuhan dosis untuk mencit 15 g. Dan
vokume larutan yang diberikan bila sediaan furosemide injeksi mengandung 10ml/ml
Kebutuhan dosis mencit 15g
0,015
x 2 mg=0,03 mg
1

volume yang diambil = 0,03 x 5 ekor = 0,15 mg


0,15
x 10=0,75 mg
2
Cara penyiapan = +0,15 + pembawa 1,25 ml
Volume yang diberikan 0,25ml/ekor

C. METODE KERJA
1. Alat
a. Kertas
b. Pulpen
c. Kalkulator
2. Cara Kerja
Hitunglah dosis obat sesuai dengan cara yang ada di dasar teori dengan rute
pemberian sebagai berikut :
a. Adela  iv sidiadryl h. Merita  ip aquadest
b. Alfia  im sidiadryl i. Muhammad  im aquadest
c. Anis  ip sidiadryl j. Narita  po kafein
d. Ayu  sc sidiadryl k. Novia  iv kefein
e. Dian  po sidiadryl l. Nursiyah  im kafein
f. Hestya  iv aquadest m. Suci  sc kafein
g. Lutfiatur  sc aquadest n. Yulianti ip kafein
D. HASIL DAN PEMBAHASAN

7
8
E. KESIMPULAN

F. DAFTAR PUSTAKA

9
ACARA II
PENGAMATAN HEWAN COBA

A. TUJUAN
Mahasiswa dapat melakukan pengamatan hewan coba, meliputi mengukur tingkat
kesehatan hewan uji mencit (mus musculus) dengan metode BCS (Body Condition
Scoring ), pengukuran berat badan

B. DASAR TEORI
Hewan percobaan atau hewan laboratorium adalah hewan yang sengaja dipelihara dan
diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model, dan juga untuk mempelajari dan
mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau
pengamatan laboratorik. Jenis hewan percobaan yang bisa digunakan dalam
laboratorium adalah Rodent (binatang pengerat) antara lain tikus biobreeding, tikus
putih galur sprague dawley, tikus putih galur wistar, tikus mungil alias mencit dan
kelinci. Beberapa kriteria harus dimiliki oleh hewan percobaan jika akan digunakan,
antara lain bobot minimal dan rentang umur. Untuk tikus, bobot minimal 120 gram
dengan rentang umur 6-8 minggu, mencit bobot minimal 20 g dengan rentang umur 6-
8 minggu dan untuk kelinci bobot minimal 1800 gram dengan rentang umur 8-9
bulan. Pemeliharaan hewan percobaan harus memenuhi beberapa kondisi antara lain
Freedom from hunger and thirst, freedom from discomfort, freedom from injury, pain,
and diseases, freedom from fear and distress, express natural behaviour. Selain itu,
juga harus diperhatikan kondisi ruangan dan pemeliharaan hewan uji, seperti suhu
ruangan diatur menjadi 22° ± 3° C, kelembaban relatif 30–70%, penerangan 12 jam
terang 12 jam gelap, bersih, pemberian pakan sesuai sesuai standar laboratorium dan
diberikan tanpa batas (ad libitum), kandang yang terbuat dari material yang kedap air,
kuat dan mudah dibersihkan, ruang pemeliharaan bebas dari kebisingan
1. Mencit (berat 15 – 25 g) : luas alas kandang 77,4 cm2, tinggi 12,7 cm
2. Tikus (berat 100 – 200 g) : luas alas kandang 148,4 cm2 , tinggi 17,8 cm
3. Kelinci (berat 2 – 4 kg) : luas alas kandang 270 cm2 , tinggi 40,64 cm
4. Marmut (berat 300 – 350 g) : luas alas kandang 387 cm2, tinggi 17,18 cm.

Komite Penanganan Hewan Universitas McGill (UACC) merekomendasikan


penggunaan Penilaian Kondisi Tubuh (BCS) untuk menilai endpoint klinis hewan.
10
BCS merupakan penilaian yang cepat, non-invasif dan efektif dalam menilai kondisi
fisik hewan. Berat badan hewan yang kurang dapat tertutupi oleh kondisi abnormal
(misalnya pertumbuhan tumor, akumulasi cairan ascetic, dan pembesaran organ) atau
pada kondisi normal (misalnya kehamilan). selain itu jika suatu hewan telah
kehilangan berat badan lebih dari 20% namun berdasarkan penilaian BCS kondisinya
masih di nilai 3 (BCS 3) maka mungkin belum perlu dilakukaan euthanasia segera.
Penggunaan berat badan saja tidak dapat membedakan antara lemak tubuh atau
simpanan otot. Untuk itu, perlu dilakukan pemeriksaan BCS dan pengukuran berat
badan mencit dalam pemeliharaan mencit untuk kegiatan praktikum dan atau
penelitian. Hewan coba, sebelum digunakan untuk praktikum atau penelitian, perlu
dilakukan aklimatisasi atau penyesuaian diri dengan lingkungan baru, proses ini bisa
berlangsung beberapa hari dengan kondisi yang disesuaikan dengan lingkungan hidup
hewan coba. Beberapa titik berat dalam pengelolaan hewan coba antara lain kondisi
bangunan, sanitasi, tersedianya makanan, kebutuhan air, sirkulasi udara, penerangan,
kelembaban dan temperatur ruangan, keamanan dan training.

C. METODE KERJA
Alat :
1. Sarung Tangan 4. Timbangan
2. Kandang Mencit 5. Toples
3. Alat pelidung diri
Bahan :
1. Mencit jantan minimal 20g, umur 6-8 minggu
2. Pakan dan minum
Metode kerja
Cara Memegang Hewan Coba
1. Pegang ekor ke arah atas dengan tangan kanan
2. Letakkan mencit pada permukaan kasar, biarkan mencit menjangkau/
mencengkram alas permukaan kasar tersebut (tutup kandang)

11
3. Jepit kulit tengkuk mencit seerat mungkin dengan ibu jari dan jari telunjuk kiri

4. Jepit ekor antara jari manis dan kelingking tangan kiri, lalu mencit siap diberi
perlakuan

Cara penandaan hewan uji


Penandaan hewan uji dapat dilakukan di beberapa tempat seperti
A. Kepala
B. Punggung
C. Ekor
D. Kaki kanan depan
E. Kaki kiri depan
F. Kaki kanan belakang
G. Kaki kiri belakang.

Penilaian BCS

12
1. Siapkan 5 ekor mencit
2. Letakkan satu ekor mencit di atas kandang yang terbuat dari kawat
3. Biarkan mencit dalam posisi istirahat
4. Amatilah kondisi tulang belakang mencit hingga ke tulang dekat kemaluan
(bokong)
5. Secara perlahan-lahan sentulah (rabalah) bagian tulang belakang hingga ke tulang
bokong
6. Catatlah hasil pengamatan dan perabaan serta ulangi untuk 4 mencit yang lain

Perhitungan Berat Badan


1. Siapkan timbangan dan toples
2. Letakkan toples diatas timbangan, lalu kalibrasikan
3. Ambil mencit dari kandang dengan memegan ekornya
4. Masukkan mencit ke toples, catat berat badan mencit

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

13
Hasil
Data pengamatan dan hasil perabaan pada mencit
No Mencit Berat Badan Hasil
Pengamatan Perabaan

Data pengukuran BB mencit


No Mencit Berat Badan
Hari 1 Hari 2 Hari 3

Pembahasan

14
E. KESIMPULAN

F. DAFTAR PUSTAKA

15
ACARA III dan IV
PEMBERIAN OBAT SESUAI RUTE PEMBERIAN
DAN PENGAMATAN EFEK OBAT

A. TUJUAN
Mahasiswa mampu memberikan pemberian obat pada hewan coba sesuai dengan rute
pemberian serta melakukan pengamatan efek obat.

B. DASAR TEORI
Obat dapat diberikan kepada pasien dengan menggunakan berbagai metode. Beberapa
obat hanya efektif jika diberikan dalam bentuk sediaan tertentu. Obat lain diberikan
dalam bentuk dapat meningkatkan atau menurunkan efeknya atau melokalisir efek obat.
Obat ideal menimbulkan efek terapi pada semua pasien tanpa menimbulkan efek toksik
pada seorang pasienpun, oleh karena itu, (Ganiswara et al, 2007). Berikut cara pemberian
obat terhadap hewan percobaan :
1. Oral.
Cairan obat diberikan dengan menggunakan sonde oral.

2. Subkutan
Kulit di daerah tengkuk diangkat dan ke bagian bawah kulit dimasukkan obat dengan
menggunakan alat suntik 1 ml & jarum ukuran 27G/ 0,4 mm. Selain itu juga bisa di
daerah belakang tikus

16
3. Intraperitoneal
Untuk menyuntik tikus secara IP, suntik di bagian kuadran bawah abdomen dengan
satu tusukan dengan cepat dan jangan ragu-ragu. Dorong jarum ke bagian dimana
jarum tidak menembus hati, buah pinggang, spleen atau kandung kemih, selanjutnya
ditekan perlahan-lahan.

4. Intravena
Mencit dimasukkan ke dalam kandang restriksi mencit, dengan ekornya menjulur
keluar. Penyuntikan dilakukan pada vena ekor (ada 4 vena ekor). Ekornya dicelupkan
ke dalam air hangat (28-30 ºC) agar pembuluh vena ekor mengalami dilatasi, sehingga
memudahkan pemberian obat ke dalam pembuluh vena.

5. Intamuskular
Untuk mencit dan tikus, dilakukan pada otot gluteus maksimus atau bisep femora atau
semi tendinosus paha belakang. Obat disuntikkan pada paha posterior dengan jarum
suntik no. 24.

17
C. METODE KERJA
1. Alat
a. Spuit c. Tisu
b. Sonde d. kapas
2. Bahan
a. Alkohol swap
b. Obat (sidiadryl dan kafein)
c. Aquadest
3. Metode kerja
Rute pemberian oral
a. Hitung dosis yang akan disuntikkan secara benar
b. Pasang sonde di ujung spuit
c. Masukkan obat/aquadest ke dalam spuit
d. Pegang hewan dengan sempurna
e. Masukkan sonde dalam mulut berdekatan dengan bagian atas langit-langit mulut
(palate).
f. Sonde perlahan-lahan dimasukkan ke esopagus
g. Masukkan cairan dalam spuit
Rute pemberian subkutan
a. Hitung dosis yang akan disuntikkan secara benar
b. Pasang jarumdi ujung spuit
c. Masukkan obat/aquadest ke dalam spuit
d. Letakkan hewan tersebut diatas meja
e. Letakkan telapak tangan kiri perlahan di belakangnya dan pegang kulit
ditengkuknya dengan ibu jari dan telunjuk. Kulit di daerah tengkuk diangkat.
f. Dengan tangan kanan memegang jarum suntik, cucukkan jarum dalam lipatan
kulit dengan cepat. Ujung jarum semestinya bebas bergerak diantara kulit dan
otot. Jika panjang jarum yang digunakan itu sesuai, maka jarum tidak akan
tercucuk terlalu dalam
g. Oles alkohol swap pada bagian yang akan disuntikkan
h. Gerak-gerakkan jarum dengan jari telunjuk dan ibu jari untuk menentukan posisi
jarum pada tempat yang tepat, kemudian suntiklah
i. Tarik jarum dengan tangan kiri, urut bagian yang disuntik tadi

18
Rute pemberian intraperitoneal
a. Hitung dosis yang akan disuntikkan secara benar
b. Pasang jarumdi ujung spuit
c. Masukkan obat/aquadest ke dalam spuit
d. Pegang kulit leher hewan tersebut dengan jari telunjuk dan ibu jari. Pegangan
yang sempurna akan meregangkan kulit diabdomennya.
e. Oles alkohol swap pada bagian yang akan disuntikkan
f. Suntik di bagian kuadran bawah abdomen dengan satu tusukan dengan cepat dan
jangan ragu-ragu. Pada saat penyuntikan, posisi kepala lebih rendah dari
abdomen. Jarum disuntikkan dengan sudut sekitar 100 dari abdomen pada daerah
yang sedikit menepi dari garis tengah, agar jarum suntik tidak mengenai kandung
kemih. Penyuntikan tidak di daerah yang terlalu tinggi untuk menghindari
terjadinya penyuntikan pada hati.
g. Dorong jarum ke bagian dimana jarum tidak menembus hati, buah pinggang,
spleen atau kandung kemih, selanjutnya ditekan perlahan-lahan.
Rute pemberian intravena
a. Hitung dosis yang akan disuntikkan secara benar
b. Pasang jarumdi ujung spuit
c. Masukkan obat/aquadest ke dalam spuit
d. Masukkan mencit ke wadah dimana ekor mencit bisa menjuluur keluar
e. Celupkan ekor ke air hangat
f. Oles alkohol swap pada bagian yang akan disuntikkan
g. Suntik mencit di bagian ekor
Rute pemberian intramuskular
a. Hitung dosis yang akan disuntikkan secara benar
b. Pasang jarumdi ujung spuit
c. Masukkan obat/aquadest ke dalam spuit
d. Oles alkohol swap pada tempat yang akan disuntik
e. Suntikkan pada paha posterior
Pembagian rute sesuai dengan perhitungan dosis pada acara I

19
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
BB Cara Jenis dan dosis Efek
Mencit Pemberian pemberian Waktu Jenis Durasi

Pengamat efek
2jam pertema : Adela, Nursiyah
2jam selanjutnya : Alfia, M. Khadirin, Suci
2jam selanjutnya : Anis, Dian Sasa, Ayu
2 jam selanjutnya : Lutfia, Hestya, Narita
2 jam selanjutnya :Yulianti, Novia, Merita

Pembahasan

20
E. KESIMPULAN

F. DAFTAR PUSTAKA

21
ACARA V
PENGAMATAN EFEK SAMPING OBAT

A. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan pengamatan efek samping obat

B. DASAR TEORI
Efek samping suatu obat adalah Segalasesuatu khasiat yangg tidak diinginkan untuk
tujuan terapi yg dimaksudkan pada dosis yang dianjurkan. Efek samping tidak bisa
dihindari/dihilangkan sama sekali, tetapi dapat ditekan atau dicegah seminimal mungkin
dengan menghindari faktor-faktor risiko yang sebagian besar sudah diketahui. Efek
samping yang tidak dapat diperkirakan, terbagi atas reaksi alergi, reaksi karena faktor
genetik dan reaksi idiosinkratik.

C. METODE KERJA
1. Alat
a. Spuit b. Sonde c. Tisu d. kapas
2. Bahan
a. Alkohol swap b. Obat (sidiadryl dan kafein) c. Aquadest
d. Formulir meso
3. Metode kerja
Pengamatan efek samping obat pada hewan coba
a. Cari referensi mengenai efek samping obat yang akan disuntikkan
b. Suntikkan obat sesuai dengan dosis dan rute pemberian yang telah ditentukan
c. Amati efek samping obat yang timbul
Pengisisan Formulir MESO
a. Cari gejala efek samping obat pada orang yang rutin konsumsi obat tertentu
b. Ijin wawancara pada orang tersebut
c. Wawancarai orang tersebut sesuai dengan pertanyaan yang tertulis pada meso

22
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengamatan efek samping obat pada hewan coba
BB Cara Jenis dan dosis Efek
Mencit Pemberian pemberian Waktu Jenis Durasi

23
24
Pembahasan

E. KESIMPULAN

F. DAFTAR PUSTAKA

25
ACARA VI
PENGAMATAN TOKSISITAS OBAT

A. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan pengamatan efek toksisitas obat

B. DASAR TEORI
Uji toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologi
dan untuk memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan uji. Data yang diperoleh
dapat digunakan untuk memberi informasi mengenai derajat bahaya sediaan uji tersebut
bila terjadi pemaparan pada manusia, sehingga dapat ditentukan dosis penggunaannya
demi keamanan manusia. Uji toksisitas menggunakan hewan uji sebagai model berguna
untuk melihat adanya reaksi biokimia, fisiologik dan patologik pada manusia terhadap
suatu sediaan uji. Hasil uji toksisitas tidak dapat digunakan secara mutlak untuk
membuktikan keamanan suatu bahan/ sediaan pada manusia, namun dapat memberikan
petunjuk adanya toksisitas relatif dan membantu identifikasi efek toksik bila terjadi
pemaparan pada manusia.

Uji toksisitas akut oral adalah suatu pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul
dalam waktu singkat setelah pemberian sediaan uji yang diberikan secara oral dalam dosis
tunggal, atau dosis berulang yang diberikan dalam waktu 24 jam. apabila pemberian
dilakukan secara berulang, maka interval waktu tidak kurang dari 3 jam. Prinsip uji
toksisitas akut oral yaitu, sediaan uji dalam beberapa tingkat dosis diberikan pada
beberapa kelompok hewan uji dengan satu dosis per kelompok, kemudian dilakukan
pengamatan terhadap adanya efek toksik dan kematian. Hewan yang mati selama
percobaan dan yang hidup sampai akhir percobaan diotopsi untuk dievaluasi adanya
gejala-gejala toksisitas. Pengamatan perilaku terdiri dari pengamatan jumlah jengukan,
aktivitas motorik, fenomena Straub, piloereksi, ptosis, refleks korneal, refleks pineal,
lakrimasi, vasodilatasi, katalepsi, gelantung, retablishment, jalan mundur, jalan
melingkar, fleksi, Haffner, geliat, grooming (menggarut wajah), tremor, gemetar badan,
vokalisasi, urinasi, defekasi, denyut jantung, pernafasan, salivasi, mortalitas, nafas, dan
sikap tubuh.

26
Pengamatan gejala toksik sesuai sistem tubuh dan tanda toksiknya disajikan pada tabel
berikut:
Sistem Tanda toksik
Autonomik Salivasi, diare, keluar air seni, piloereksi, hipersekresi hidung
Perilaku Kepala tertunduk, aktivitas aneh
Sensorik Refleks korneal, pineal, peka terhadap nyeri
Neuromuskular Aktivitas, ekor (straub), kematian
Kardiovaskular Denyut jantung, vasodilatasi, vasokontriksi
Pernafasan Sifat dan kecepatan pernafasan
Mata Lakrimasi, ptosis
Pencernaan Defikasi, urinasi
Kulit Piloereksi

C. METODE KERJA
1. Alat
b. Spuit b. Sonde c. Tisu d. kapas
2. Bahan
b. Alkohol swap b. Obat (sidiadryl dan kafein) c. Aquadest
3. Metode kerja
d. Suntikkan obat sesuai dengan dosis dan rute pemberian yang telah ditentukan
e. Amati beberapa parameter toksisitas

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
BB Cara Jenis dan Efek
Menci Pemberian dosis Sistem Tanda Toksik Durasi
t pemberian
Autonomik

Perilaku

Sensorik

Neuromuskular

Kardiovaskular

Pernafasan

Mata

27
BB Cara Jenis dan Efek
Menci Pemberian dosis Sistem Tanda Toksik Durasi
t pemberian Pencernaan

Kulit
Autonomik

Perilaku

Sensorik

Neuromuskular

Kardiovaskular

Pernafasan

Mata

Pencernaan

Kulit
Autonomik

Perilaku

Sensorik

Neuromuskular

Kardiovaskular

Pernafasan

Mata

Pencernaan

Kulit
Autonomik

Perilaku

Sensorik

Neuromuskular

Kardiovaskular

Pernafasan

28
BB Cara Jenis dan Efek
Menci Pemberian dosis Sistem Tanda Toksik Durasi
t pemberian Mata

Pencernaan

Kulit
Autonomik

Perilaku

Sensorik

Neuromuskular

Kardiovaskular

Pernafasan

Mata

Pencernaan

Kulit

Pembahasan

E. KESIMPULAN

F. DAFTAR PUSTAKA

29

Anda mungkin juga menyukai