NIM : 1911102415067
Kelompok : E
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Percobaan
1. Membandingkan cara pemberian obat terhadap kecepatan absorbsinya
berdasarkan data onset.
B. Latar Belakang
Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam dosis
sesuai dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit berikut gejalanya.
Beberapa obat dapat menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat pemberiannya.
Rute pemberian obat terutama dipengaruhi oleh sifat obat, kestabilan obat, tujuan terapi,
kecepatan absorbsi yang diperlukan, kondisi pasien, keinginan pasien, dan kemungkinan
efek samping. Pemakaian obat dikatakan tidak tepat apabila kemungkinan memberikan
manfaat kecil atau tidak ada sama sekali, sedangkan kemungkinan manfaatnya tidak
sebanding dengan kemungkinan efek samping atau biayanya. (Nasif, et al, 2013)
Proses kerja obat yang dibahas dalam bidang farmakokinetik ini secara berurutan
adalah absorbsi, distribusi, metabolism, dan eksresi. Keterangan untuk masing-masing
proses tersebut akan diterangkan sebagai berikut :
a. Absorbsi yaitu pengambilan obat dari permukaan tubuh kedalam atau sistem
pembuluh darah. Kecepatan absorbsi dan koefisien absorbsi bergantung pada
faktor dibawah ini :
Sifat fisikokimia bahan obat
Besar partikel dan jenis permukaan
Sediaan obat
Dosis
Rute pemberian dan tempat pemberian
Nilai pH dalam darah yang mengabsorbsi
Besarnya luas permukaan yang mengabsorbsi. (Nita Novianti, et al,
2017)
d. Eksresi obat artinya dieliminasi atau pembuangan obat dari tubuh. Sebagian
besar obat dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat juga dapat
dibuang melalui paru-paru, eksokrin (keringat, ludah, payudara), kulit, dan
transtusintesinal (Nita Novianti, et al, 2017)
C. Tinjauan Pustaka
Absorbsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian kedalam darah.
Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna
(mulut sampai dengan rectum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. (Multiani S Latif, 2018)
Absorbsi sebagian besar obat secara difusi pasif, maka sebagai barrier absorbs
adalah membran epitel saluran cerna yang seperti halnya semua membran sel ditubuh
kita, merupakan lipid bilayer. Dengan demikian, agar dapat melintasi membran sel
tersebut, molekul obat harus memiliki kelarutan lemak. (Multiani S Latif, 2018)
BAB II
JALANNYA PERCOBAAN
B. Cara Kerja
1. Ditimbang berat badan hewan uji coba.
2. Dihitung dosis, konsentrasi larutan stok obat, jumlah obat yang diambil,
dan volume diazepam yang akan diberikan.
3. Diberikan obat kepada hewan uji dengan pemberian peroral, subkutan,
intravena, intramuscular, intraperitonial.
4. Diamati dan dicatat dengan seksama, waktu mulai hilangnya reflek balik
badan sampai dengan kembalinya reflek balik badan.
BAB III
Cara I
X= = 0,29mg
Cara II
Cara III
Menggunakan berat badan = 0,0026 x 10 mg = 0,026mg (untuk mencit 20gr)
= x =
X= = 0,0377 (untuk mencit 29gr)
Cara I
Cara II
Cara III
Menggunakan berat badan : 0,0026 x 10mg = 0,026mg (untuk mencit 20gr)
= x
Cara I
Cara II
Cara III
Menggunakan berat badan : 0,0026 x 10mg = 0,026mg (untuk mencit 20gr)
= x
Cara I
Cara II
Cara III
Menggunakan berat badan : 0,0026 x 10mg = 0,026mg (untuk mencit 20gr)
= x
Cara II
Cara III
Menggunakan berat badan : 0,0026 x 10mg = 0,026mg (untuk mencit 20gr)
= x
HASIL PERCOBAAN
PEMBAHASAN
Mekanisme kerja obat diazepam adalah potensiasi, inhibisi neuron dengan asam
gamma aminobitirat (GABA) sebagai mediator pada SSP. Diazepam bekerja pada
sistem GABA yaitu dengan memperkuat fungsi hambatan neuron GABA. Dalam SSP
terdapat reseptor benzodiazepin dalam kerapatan yang tinggi terutama di korteks otak
frontal dan oksipital, hipokampus, dan otak kecil. Pada reseptor ini, benzodiazepin akan
bekerja secara agonis. Dengan adanya interaksi benzodiazepin, afinitas GABA dengan
reseptornya akan meningkat. Dengan aktifnya reseptor GABA, saluran ion klorida akan
terbuka sehingga ion klorida akan masuk lebih banyak ke dalam sel. Meningkatnya
jumlah ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi sel yang menyebabkan kemampuan sel
untuk dirangsang berkurang.
Ekresi, waktu paruh diazepam inisial (1-3 jam) diikuti oleh waktu paruh terminal
(20-50 jam atau ~48 jam). Untuk eliminasi waktu paruh terminal metabolit aktif dari
desmethyldiazepam membutuhkan waktu hingga 100 jam. Diazepam dan metabolit
aktifnya diekresikan lewat urin dalam bentuk sulfat dan konsugat glukuronida. Rata-rata
kecepatan waktu pembersihan diazepam dalam tubuh manusia dewasa adalah 20-
30ml/menit. Dengan dosis multiple diazepam akan menumpuk sehingga mengakibatkan
semakin panjangnya waktu eliminasi.
Urutan pemberian dari yang paling cepat memberikan reaksi ke yang paling
lambat adalah :
1. Intravena
2. Intramuscular
3. Intraperitonial
4. Subcutan
5. Per oral
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Absorbsi adalah proses masuknya obat dari tempat pemerian kedalam darah.
Absorbsi bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah
saluran cerna, kulit, paru-paru, otot, dan lain-lain.
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
H, N., M, Y., & H, M. (2013). Kajian Penggunaan Obat Intravena di SMF Penyakit Dalam (Vols.
18 No.1 ISSN 1410-0177). Universitas Andalas : Padang: Jurnal Sains dan Teknologi
Farmasi Fakultas Farmasi.