Anda di halaman 1dari 13

FARMAKOLOGI I

JENJANG SARJANA (S1)

Penyusun :
Tim Dosen

LABORATORIUM
FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI FARMASI & MAKANAN
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019
DATA PRIBADI

NAMA : Suci Rahmawati

NIM : 1813015130

PRODI : Sarjana-S1

JURUSAN : Farmasi

SEMESTER : III (tiga)

KELAS : E1 S1 2018

KELOMPOK: 6 (Enam)
PERCOBAAN V
ANTIHIPERURISEMIA/
ANTIGOUT/PIRAI/ASAM URAT

1. TUJUAN
a. Mahasiswa memiliki ketrampilan uji preklinik untuk pengujian antihiperurisemia
secara in vivo
b. Mahasiswa mengerti cara menganalisis data hasil uji preklinik antihiperurisemia
2. DASAR TEORI
Hiperurisemia atau gout, atau penyakit pirai, atau secara awam sering disebut
asam urat merupakan kondisi uric acid dalam kadar berlebihan dalam tubuh. Manusia
tidak memiliki enzim urikase yang dapat menguraikannya secara alami sehingga uric
acid tersebut dapat mengkristal di area sendi dan terasa sebagai gejala inflamasi pada
sendi. Binatang pengerat memiliki enzim urikase sehingga tidak ada penyakit
hiperurisemia pada binatang tersebut. Namun, sebagai model pengujian, kita tetap
bisa menggunakan tikus atau mencit sebagai model dengan diinduksi kalium oksonat
asalkan masa pengamatannya sangat singkat, tidak lebih dari 3 jam agar tidak
terganggu oleh kerja enzim urikase. Model hiperurisemia lain adalah ayam leghorn,
namun dosisnya belum dapat dikorelasikan dengan dosis manusia.
Contoh obat antihiperurisemia yang biasa digunakan adalah allopurinol
dengan kekuatan sediaan 100 mg dan 300 mg per tablet. Kelemahannya adalah onset
cukup lama, sekitar 3 minggu menunggu proses penekanan enzim yang stabil. Belum
ada kompetitor dengan efek setara yang dapat menggantikan obat ini, sehingga
penelitian obat baru untuk hiperurisemia sangat diperlukan.

3. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan
Spuit injeksi volume 3,0 mL (Terumo), spuit injeksi untuk insulin 1,0 mL, spuit oral
ukuran 15 gauge, flakon, timbangan mencit kapasitas 2610 gram (Lark, Cina),
timbangan analitik (Presica A-SCS), pipa kapiler (Assistent), mikrotube sentrifuge
(eppendorf), sentrifuge (mini spin), vortex, mikropipet ukuran 5-40 <L dan 200-1000
<L, blue tip, yellow tip, alat-alat gelas (Pyrex), StarDust FC* 15 (DyaSys) dan kuvet
disposibel. Ekstrak uji, Potasium oksonat p.a (Aldrich Chemical Company),
Allopurinol p.a (Sigma), NaCl 0,9 %, aquadest dan reagen kit uric acid FS*TBHBA
(DyaSys).

4. METODE
Hewan percobaan
Mencit putih jantan galur Balb-C dengan berat badan rata-rata 30-40 gram dan
berumur 2-3 bulan.
Pembuatan hiperurisemia
Model studi aktivitas ekstrak tehadap metabolisme asam urat mengikuti model
membuat hewan coba mengalami hiperisemia (Hokazono, et al., 2010; Mohamed, et
al., 2008; Aryanti, 2007; Handardari, 2007). Dosis yang digunakan untuk
hiperurisemia adalah kalium oksonat dengan dosis 250 mg/ kg BB mencit.
Perlakuan pada hewan uji
Hewan uji dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan, yaitu meliputi: kelompok kontrol
negative /hiperurisemia (kalium oksonat dosis 250 mg/ kgBB), kontrol positif
(allopurinol dosis 10 mg/kgBB) dan ekstrak air biji jinten hitam dosis tunggal (200
mg/kgBB). Pemberian sediaan uji dilakukan satu jam setelah induksi hiperurisemia
(kalium oksonat dosis 250 mg/kgBB). Induksi hiperurisemia dilakukan selama satu
jam (Mohamed, et al., 2008).
Pengambilan darah
Pengambilan darah dilakukan satu jam setelah pemberian sediaan uji atau dua jam
setelah induksi hiperurisemia, darah diambil lewat mata mencit dengan cara menusuk
cabang vena opthalmicus yang terletak pada saccus medianus orbitales dengan pipa
kapiler. Darah yang mengalir lewat pipa kapiler ditampung dalam tabung ependorf,
setelah darah menggumpal disentrifus untuk mendapatkan serum.
Penetapan kadar asam urat
Kadar asam urat ditetapkan berdasarkan reaksi enzimatik menggunakan reagen uric
acid FS* TBHBA. Serum darah yang telah dicampur homogen dengan pereaksi uric
acid FS* TBHBA diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37º C. Selanjutnya larutan
sampel, standart dan blangko dibaca absorbansinya dengan menggunakan
spektrofotometer StartDust FC*15 pada panjang gelombang 546 nm.
B. Metode pengukuran asam urat praktis menggunakan kit
Metode ini sangat mudah dilakukan namun akurasinya tidak setepat dengan metode
diatas. Berikut ini cara pengukuran menggunakan kit merek Nesco.
1. Pasang chip asam urat pengujian yang diperlukan

2. Ambil satu strip pengujian, wadah strip pengujian segera ditutup

3. Sisipkan strip pengujian pada strip slot pada alat

4. Bersihkan ekor mencit dengan etanol

5. Lukai ekor mencit dengan menggunakan surgical blade

6. Teteskan darah ke strip test (pada sisi yang telah ditentukan)

7. Tunggu 6 detik, catat hasil yang tampil di layar

8. Ambil strip test dari alat, alat tersebut akan mati secara otomatis
V. HASIL
1. Tabel Hasil Pengamatan
Menit Kontrol Negatif Kontrol Positif Kontrol Positif
(Kalium Oksonat) (Allupurinol) (Aspirin)
1 3.8 6,9 3,8
10 3,4 5,2 4,8
20 4,2 5 4,2
30 LO LO LO

2. Perhitungan Dosis
A. Kalium Oksonat 250 mg/kg BB
BBM
Konversi dosis = Dosis x 0,0026 x
BBU
20 g
= 250 x 0,0026 x
20 g
= 0,65 mg
⎀ࣺ훰 ⎀훰 t
t
X ⎀ ‫׎‬ā훰
Berat mencit control negatif = 28,5
ā ā ⎀훰
X
⎀훰
X ⎀t t
B. Allupurinol
DM : 10 mg/kg BB (manusia)

Kemudian dikonversikan ke mencit, yaitu:

Dosis mencit= 10 mg/kg BB x 0,0026

= 0,026

Larutan stok = 0,026 mg  0,5 ml

X  10 ml
t ⎀ āࣺ
X = ⎀훰 t
= 0,52 mg
th
Untuk 40 gram = ā th
⎀훰 tX t

C. Aspirin
KD = 750mg/70 kgBB x 0,0026 = 1,95 mg (untuk BB mencit 20g)

 Buat larutan stok ndalam 10 mL

1,95 mg 0,5 mL
x 10 mL
⎀9훰 mg × ml
x= ⎀훰 ml

x = 39 mg
Berapa mL yang dioralkan untuk BB mencit uji ?
20g 0,5 mL
30,5 g x
‫⎀ ׎‬훰 g × ⎀훰 ml
X= ā g

X = 0,7625 mL ~ 0,8 Ml
PEMBAHASAN
Percobaan kali ini berjudul Antiperurisemia/Antigout/Pirai/Asam Urat, dengan
tujuan memiliki ketrampilan uji preklinik untuk pengujian antihiperurisemia secara in
vivo dan mengerti cara menganalisis data hasil uji preklinik antihiperurisemia.
Antihiperurisemia merupakan keadaan yang menunjukan terjadinya peningkatan
kadar asam urat diatas normal. Asam urat merupakan hasil akhir pada katabolisme
purin, dalam proses katabolisme purin tersebut xanthine oxidase (OX) mengkatalisis
xanthine dan hypoxanthine ( Putra, 2007). Tujuaan dilakukan pengujian tersebut
untuk mengetahui
Prosedur kerja yang pertama adalah hewan uji dibagi menjadi 3 kelompok
perlakuan, yaitu meliputi: kelompok kontrol negative /hiperurisemia (kalium oksonat
dosis 0,65 mg), kontrol positif (allopurinol dosis 0,52 mg dan aspirin 1,95 mg) .
Pemberian sediaan uji dilakukan satu menit setelah induksi hiperurisemia (kalium
oksonat dosis 0,65 mg). Induksi hiperurisemia dilakukan selama satu jam. Lalu
diakukan pengukuran menggunakan kit merek Nesco dengan memasang chip asam
urat pengujian yang diperlukan, diambil satu strip pengujian, wadah strip pengujian
segera ditutup, disiisipkan strip pengujian pada strip slot pada alat, dibersihkan ekor
mencit dengan etanol, diukai ekor mencit dengan menggunakan surgical blade,
dieteskan darah ke strip test (pada sisi yang telah ditentukan), ditunggu 6 detik, catat
hasil yang tampil di layar, kemudian diulangi pada menit 10, 20, 30 dan terakhir
diambil strip test dari alat, alat tersebut akan mati secara otomatis.
Tujuan penggunaan obat dalam percobaan ini yaitu berfungsi untuk melihat
aktivitas dari setiap obat yang telah diinduksikan pada mencit yang diamati dari 1
menit hingga 60 menit , dimana yaitu obat kalium oksonat yang digunakan dalam
kelompok negatif untuk menginduksi hewan coba agar memberikan kondisi
hiperurisemia. Kemudian diinduksikan dengan obat Allopurinol yang digunakan
untuk menurunkan kadar asam urat serta obat aspirin untuk mengurangi rasa nyeri
akibat asam urat yang tinggi pada mencit. Adapun mekanisme kerja serta efek
samping dari masing-masing obat yaitu mekanisme kerja kalium oksonat yaitu
menghambat kerja enzim urikase. Mekanisme kerja obat Allopurinol yaitu
penghambat XO, enzim XO ini bekerja dengan menghambat hipoksantin menjadi
xanthine dan selanjutnya menjadi asam urat (Deglin,2004). Metabolit
alopurinol-lribonukleutida bertanggung jawab terhadap inhibisi tambahan dari sintesis
de novo purin (Nera,2008).Allopurinol memiliki waktu paruh dalam plasma sekitar 40
menit, Allopurinol dapat dihidroksilasi menjadi metabolit utamanya yaitu oksipurinol
dengan waktu paruh sekitar 14 jam. Adapun efek samping Allopurinol adalah rasa
sakit, leukopenia, gangguan gastrointestinal dan dapat memberikan serangan akut
pada awal terapi (Priyanto, 2008). Aspilets adalah obat yang termasuk ke dalam
golongan obat antiplatelet yang berfungsi untuk mengencerkan darah dan mencegah
penggumpalan di pembuluh darah (Haidari, 2009). Aspilets atau asam asetil salisilat
atau aspirin memiliki efek paradoksikal dari dosis tinggi dan dosis rendah. Dosis kecil
(1g atau 2g sehari) menghambat ekskresi asam urat, sehingga kadar asam urat dalam
darah meningkat. Dosis 2g atau 3g sehari biasanya tidak mengubah eksresi asam urat.
Tetapi pada dosis lebih 5g perhari terjadi peningkatan ekresi asam urat melalui urin,
sehingga kadar asam urat dalam darah menurun. Hal ini terjadi karena pada dosis
rendah salisilat menghambat seksresi tubuli sedangkan pada dosis tinggi salisilat juga
menghambat absorbsinya dengan hasil akhir peningkatan ekskresi asam urat. Kalium
oksonat merupakan obat yang digunakan untuk menginduksi mencit menjadi asam
urat karena kalium oksonat memiliki efek hiperurisemia yaitu dapat meningkatkan
kadar asam urat (Nera, 2008). Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan
didapatkan hasil yaitu pada kontrol negative yang diberi kalium oksonat pada menit
ke-1 yaitu 3,8 mg/dl, menit ke-10 3,4 mg/dl, menit ke-20 4,2 mg/dl dan menit ke-30
LO atau tidak terbaca bisa jadi dikarenakan oleh kadar asam urat terlalu tinggi
ataupun kadar asam uratnya terlalu rendah, adapun hasilnya yaitu kadar asam uratnya
mengalami kenaikan. Selanjutnya pada kontrol positif pada obat Allopurinol pada
menit ke-1 yaitu 6,9 mg/dl, menit ke-10 yaitu 5,2 mg/dl, menit ke-20 yaitu 5 mg/dl
dan menit ke-30 yaitu LO atau tidak terbaca bisa jadi dikarenakan oleh kadar asam
urat terlalu tinggi ataupun kadar asam uratnya terlalu rendah, adapun hasilnya yaitu
kadar asam uratnya mengalami penurunan. Terakhir yaitu kontrol positif yaitu pada
obat Aspirin pada menit ke-1 yaitu 3,8 mg/dl, menit ke-10 yaitu 4,8 mg/dl, menit
ke-20 4,2 mg/dl dan menit ke-30 4,2 mg/dl adapun hasilnya yaitu meningkat kadar
asam uratnya padahal seharusnya aspirin menurunkan kadar asam urat tapi tidak
menyembuhkan asam urat.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Kadar asam urat serum orang dewasa lebih dari 7,0 mg/dl pada laki-laki dan
lebih dari 6,0 mg/dl pada perempuan.
2. Percobaan ini menggunakan tiga obat, yaitu Kalium Oksonat ,Allupurinol,
Aspillet (Aspirin).
3. Obat kalium oksonat pada menit ke-1 yaitu 3,8 mg/dl, menit ke-10 3,4 mg/dl,
menit ke-20 4,2 mg/dl dan menit ke-30 LO (tidak terbaca) bisa jadi
dikarenakan oleh kadar asam urat terlalu tinggi ataupun kadar asam uratnya
terlalu rendah.
4. Obat Allopurinol pada menit ke-1 yaitu 6,9 mg/dl, menit ke-10 yaitu 5,2
mg/dl, menit ke-20 yaitu 5 mg/dl dan menit ke-30 yaitu LO atau tidak terbaca
bisa jadi dikarenakan oleh kadar asam urat terlalu tinggi ataupun kadar asam
uratnya terlalu rendah. 5. Obat Aspirin pada menit ke-1 yaitu 3,8 mg/dl,
menit ke-10 yaitu 4,8 mg/dl, menit ke-20 4,2 mg/dl dan menit ke-30 4,2
mg/dl adapun hasilnya yaitu meningkat kadar asam uratnya padahal
seharusnya aspirin menurunkan kadar asam urat tapi tidak menyembuhkan
asam urat.
PERTANYAAN
1. Jelaskan proses induksi hiperurisemia pada hewan coba!
Jawab:
Proses induksi menggunakan kalsium oksonat yang diinjeksikan secara intra
peritorial dengan sudut 45º. Kalsium oksonat merupakan reagen inhibitor
oksidase urat dengan memeberikan efek hiperurisemia. Mekanisme kalsium
oksonat merupakan inhibitor enzim uricase yang dapat meningkatkan kadar asam
urat. Karena terjadi penghambatan pada konvensi asam urat menjadi allantoin
pada mencit (Stringer,2008) Proses induksi dilakukan dengan pengambilan darah.
Pengambilan darah dapat dilakukan pada bagian mata dan ekor mencit .
Pengambilan darah dilakukan satu jam setelah pemberian sediaan uji atau dua
jam setelah induksi hiperurisemia, Pengambilan darah di bagian vena mata
dilakukan dengan cara yaitu darah diambil lewat mata mencit dengan cara
menusuk cabang vena opthalmicus yang terletak pada saccus medianus orbitales
dengan pipa kapiler. Darah yang mengalir lewat pipa kapiler ditampung dalam
tabung ependorf, setelah darah menggumpal disentrifus untuk mendapatkan
serum., Sedangkan pengambilan darah di bagian ekor , dilakukan dengan cara
memotong bagian ujung ekor tikus. Hal ini dilakukan dengan cara menyiapkan
hewan coba setelah itu dioralkan Kalium oksonat secara intraperitonial lalu
dilihat aktivitasnya seperti pelebaran pupil, kecepatan pernafasan , frekuensi
jantung dan lain-lain (Rakanita, 2019).
2. Data apa saja yang didapat dari uji preklinik antihiperurisemia?
Jawab :
Data yang bisa didapat dari uji preklinik antihiperurisemia adalah : a. dosis
efektif kalium oksonat dalam menaikkan kadar asam urat dari kondisi normal b.
kadar asam urat dalam hewan coba setelah perlakuan dengan berbagai kontrol c.
nilai signifikansi masing-masing kelompok perlakuan (Muhtadi, 2004).
3. Bagaimana cara analisis data dan pengambilan kesimpulan hasil uji preklinik
antihiperurisemia?
Jawab :
a. Dosis efektif kalium oksonat dalam menaikkan kadar asam urat dari kondisi
normal Dapat dilihat dari kalium oksonat dengan dosis 250 mg/kgBB telah
mampu menikkan kadar asam urat mencit. Mencit dikatakan hiperurisemia
jika kadar asam urat darahnya berkisar antara 1,7-3,0 mg/dl.
b. Kadar asam urat dalam hewan coba setelah perlakuan dengan berbagai kontrol
Dapat dilihat dari nilai kadar asam urat setelah diberikan perlakuan dalam
kontrol positif, kontrol negatif, dan kontrol hiperurisemia dengan dosis tunggal
200 mg / kgBB.
c. Nilai signifikansi Dua nilai signifikansi dari dua kontrol dibandingkan lalu
didapatkan nilai signifikansi baru. Perbedaan yang signifikan ditunjukkan jika
nilai signifikan yang baru <0,05. (Muhtadi, 2004)
DAFTAR PUSTAKA
Deglin, Judith Hopfer. (2004). Pedoman Obat untuk Perawat (4 ed.). Jakarta: EGC.

Haidari, F, dkk. 2009. Effects of Parsley (Petroselinum crispum) and Its


FlavonolConstituents, Kaempferol and Quercetin, on Serum Uric Acid Levels,
Biomarkers of Oxidative Stress and Liver Xanthine Oxidoreductase Activity
Inoxonateinduced Hyperuricemic Rats. Journal of Pharmaceutica Research
Iraniani. 10(4):811-819

Muhtadi, dkk. 2014. Uji Praklinik Antihiperurisemia Secara in Vivo Pada Mencit
Putih Jantan Galur Balb-c Dari Ekstrak Daun Salam (Syzigium Polyanthum Walp)
Dan Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.). Biomedika. Vol. 6 No. 1

Nera, E., A., dan Starvic, B. 2008. Use of the Uricase Inhibited Rat as Animal Model
In Toxicology. Journal Clintoxicol, 13(1):47-74.

Priyanto, dan Batubara, L. 2008. Farmakologi Dasar. Jakarta: Leskonfi.

Rakanita, Yasinta. 2017. Efektivitas Antihiperueisemia Ekstrak Etanol Daun Seledri


pada Tikus Induksi Kalium Oksonat. Journal of Tropical Pharmacy and
chemistry. Vol.4, No.01

Anda mungkin juga menyukai