FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2021
PERCOBAAN 6
A. Tujuan Praktikum
B. Dasar Teori
1. Definisi Farmakokinetik
a. Absorpsi
a. Kelarutan obat.
c. Konsentrasi obat.
(Katzung, 2004).
b. Distribusi.
d. Transport aktif
e. Sawar, seperti sawar darah otak dan sawar plasenta, sawar darah
cairan cerebrospinal
f.Ikatan obat dan protein plasma.
(Katzung, 2004).
c. Metabolisme
d. Air susu ibu, misalnya alkohol, obat tidur, nikotin dari rokok dan
alkaloid lain. Harus diperhatikan karena dapat menimbulkan efek
farmakologi atau toksis pada bayi.
e. Usus, misalnya sulfa dan preparat besi.
- Gunting - Aquadest
- Sentrifuga - Etanol
- Mikropipet - Serum
E. Hasil Pengamatan
1. Perhitungan
Dosis obat
Dosis parasetamol pada manusia = 500 mg
Dosis parasetamol pada tikus = dosis manusia x faktor konversi
= 500 mg x 0,018 = 9 mg/200 g bb
Tikus I
Bobot = 180 gram
Dosis parasetamol
Volume pemberian
Tikus II
Bobot = 200 gram
Dosis parasetamol
Volume pemberian ??
Metanol =
Asam asetat =
Waktu Absorbansi
(menit) Tikus I Tikus II
15 0,851 0,872
30 0,333 0,235
60 0,375 0,361
90 0,876 0,288
Kurva Kalibrasi
Kurva Kalibarasi
Konsentrasi ln C
Volume Absorbansi
(mg/mL)
0,5 3,75 0,263 1,32
0,75 5,625 0,395 1,73
1 7,5 0,523 2,01
1,25 9,375 0,672 2,24
1,5 11,25 0,79 2,42
Regresi antara ln C dan Absorbansi
y =a+bx
y = -0,402+0,479x
r2 = 0,97
x= =
15 0,851 x4 10,46 2,35
2,615
x= =
30 0,333 x4 6,136 1,81
1,534
x= =
60 0,876 x4 10,672 2,37
2,668
x= =
90 0,375 x4 6,488 1,87
1,622
x= =
15 0,872 x4 10,64 2,36
2,66
x= =
30 0,235 x4 5,32 1,67
1,33
x= =
60 0,361 x4 6,36 1,85
1,59
x= =
90 0,288 x4 5,76 1,75
1,44
Regresi linier antara ln C ( t : 60, 90) dengan t (waktu)
y = 2,05 + 0,003x
Intersep B = 7,768
Konstanta eliminasi = 0,003
Waktu Absorba C Konsentrasi
C residual
(menit) nsi (µg/mL) Ekstrapolasi
y = 2,05 + 0,003(15)
15 0,361 10,64 8,55
= 2,09
y = 2,05 + 0,003(30) =
30 0,288 5,32 3,18
2,14
Parameter Farmakokinetik:
[Cp = 22,87 e-0,066t – 7,768 e-0,003]
F. Pembahasan
Judul praktikum kali ini yaitu berjudul farmakokinetika sediaan oral.
Tujuan dari dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan
memahami prinsip dan cara menentukan profil farmakokinetika
sediaan oral pada tikus. Sediaan oral yang digunakan yaitu obat
parasetamol.
Parasetamol merupakan pilihan lini pertama bagi penanganan
demam dan nyeri sebagai antipiretik dan analgetik. Parasetamol
digunakan bagi nyeri yang ringan sampai sedang (Cranswick, 2000).
Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, dengan
kadar serum puncak dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh kira-
kira 2 jam. Metabolisme di hati,sekitar 3 % diekskresi dalam bentuk
tidak berubah melalui urin dan 80-90 % dikonjugasi dengan asam
glukoronik atau asam sulfurik kemudian diekskresi melalui urin
dalam satu hari pertama; sebagian dihidroksilasi menjadi N asetil
benzokuinon yang sangat reaktif dan berpotensi menjadi metabolit
berbahaya. Pada dosis normal bereaksi dengan gugus sulfhidril dari
glutation menjadi substansi nontoksik. Pada dosis besar akan
berikatan dengan sulfhidril dari protein hati (Lusiana Darsono,
2002).
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam
tubuh atau efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4
proses, yakni absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi
(Ganiswara, 2007) Mekanisme interaksi obat secara umum dibagi
menjadi interaksi farmakokinetika dan farmakodinamika. Beberapa
jenis obat belum diketahui mekanisme interaksinya secara tepat
(unknown). Interaksi farmakokinetik terjadi jika salah satu obat
mempengaruhi absorpsi, distribusi, metabolisme, atau eksresi obat
kedua sehingga kadar plasma kedua obat meningkat atau menurun.
Akibatnya terjadi peningkatan toksisitas atau penurunan efektifitas
obat tersebut (Setiawati, 2007).
Absorpsi, distribusi, biofarmasi (metabolisme) dan eliminasi sua
tu obat dari tubuh merupakan proses yang dinamis yang kontinyu
dari suatu obat dimakan dan sampai semua obat tersebut hilang
dari tubuh. Laju dariterjadi proses-proses ini merupakan onset,
serta intensitasnya dan lama kerjanya obat dalam tubuh. Seluruh
proses ini disebut proses farmakokinetik (Ganiswarna, 2005).
Pemberian obat melalui mulut memberi banyak keuntungan
bagipasien, obat oral mudah diberikan dan dapat membatasi jumlah
infeksisistemis yang dapat mempersulit tata laksana. Selain itu,
toksisitas atauoverdosis karena pemberian oral dapat diatasi dengan
pemberian antidot,seperti arang aktif. Dipihak lain, jaras yang
terlibat dalam absorpsi obatadalah yang terumit, dan obat terpapar
dengan kondisi pencernaan saluran cerna yang kasar sehingga
absorpsi terbatas. Beberapa obat diabsorpsi mulai dari lambung,
namun, duodenum merupakan pintu masuk utama menuju sirkulasi
sistemis karena permukaan absorpsinyalebih besar (Harvey, 2009).
Pada prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini
dilakukan dalam 4 tahap yaitu yang pertama pembuatan sediaan suspense
parasetamol. 50 mg/mL parasetamol dalamsediaan suspensi dibuat
dengan mengandung CMC- Na 0,5%, propilenglikol 0,2% dan sirupus
simpleks hingga 60 mL. yang kedua yaitu pembuatan kurva baku
parasetamol dimana ditimbang parasetamol 7,5 % lalu dimasukkan
kedalam labu ukur. Selanjutnya NaOH sebanyak 25 mL dan aquadest
sebanyak 50 mL ditambahkan lalu dikocok selama 15 menit. Setelah 15
menit ditambahkan lagi aquadest hingga 100 mL. kemudian dipipet
masing-masing dengan konsentrasi 0,5; 0,75; 1; 1,25; 1,5 mL dan
masukkan kedalam labu ukur 100 mL. tambahkan NaOH sebanyak 10
mL dan tambahkan aquadest hingga 10 mL. yang ketiga yaitu pemberian
obat pada tikus, dimana tikus diberikan obat parasetamol secara oral
setelah sebelumnya tikus dipuasakan selama kurang lebih 5 jam. Yang
keempat yaitu pengambilan darah, dimana diambil sampel darah dari
bagian ekor tikus setelah pemberian obat sebanyak 0,5 mL pada menit ke
15; 30; 60; 90; 120. Darah yangtelah didapatkan lalu disentrifugasi
dengan kecepatan 4000 rpm selama 15 menit. Dipipet supernatant yang
terbentuk sebanyak 0,5 m dan diencerkan dengan campuran methanol ;
asetat 1 % (80 :20) lalu disentrifugasi Kembali pada kecepatan 4000 rpm
selama 15 menit. Setelah 15 menit, dipipet lagi sebnyak 0,5 mL
supernatant lalu ditambahkan NaOH 0,5 mL. dianalisis kadar
parasetamol dengan spektrofotometer UV-Vis dan dihitung penentuan
kadar parasetamol serta sitentukan persamaan dan parameter
farmakokinetikanya.
Fungsi perlakuan dari beberapa pengujiaan yang dilakukan yaitu
dimana menggunakan propilenglikol sebagai pelarut pada sediaan
suspense dan Na CMC untuk meningkatkan viskositas serta dan
suspending agent (Rowe, 2006). Sirupus simplek digunkan untuk
menutupi rasa obat yang pahit (Ansel, 2005). Penambahan NaOH
bertujuan untuk melarutkan paracetamol karena parasetamol memiliki
kelarutan larut dalam larutan alkali hidroksia (FI III, 1979). Tikus
dipuasakan selama kurang lebih 5 jam bertujuan agar dapat menghindari
pengaruh makanan saat proses farmakokinetik. Pengambilan darah
melalui ekor dilakukan karena pada ekor terdapat pembuluh darah vena.
Dilakukannya sentrifugasi bertujuan untuk mendapatkan supernatant
yang mengandung obat.
Dari hasil yang didapatkan dalam pengujian kali ini yaitu pada
grafik dapat diketahui bahwa sediaan suspensi parasetamol yang
diberikan melalui oral mengikuti orde ke 1. Dimana orde ke 1 diketahui
bahwa obat tidak sepenuhnya diabsorpsi dampai ke daluran sistemik.
Parameter yang menunjukkan fraksi obat sampai disaluran sistemik
adalam F (bioavailabilitas), Ka atau tetapan laju abosrpsi obat disaluran
gastrointestinal. Nilai konstanta absorbs yang didapatkan yaitu 0,073
pada tikus I dan 0,066 pada tikus II. Untuk nilai konstanta eliminasi yang
didapatkan yaitu 0,016 pada tikus I dan 0,003 pada tikus II. Metode
residual yang digunakan mberpendapat bahwa Ka>K dimana harga
ekponensial kedua akan menjadi kecil yang tidak bermakna terhadap
waktu sehingga dapat dihilang. Pada keadaan tersebut, laju absobsi obat
cepat dana absobsi obat akan dianggap sempurna. Lag time untuk seuatu
obat bisa diamati bila dua garis residual yang didapatkan dengan cara
residual kurva kadar plasma absorbs obat waktu berpotongan pada suatu
titik sesudah t=0 pada sumbu x. pada waktu titik perpotongan pada
sumbu x merupakan lag time dimana menyatakan permulaan absorbs
obat yang menyatakan waktu yang diperlukan obat agar mencapai
konsentrasi efektif minimum. Lag time ini akan dihilang apabila
digunakan persamaan Cp = Be-Kt – Ae-Kat yang merupakan aA dan B
intersep pada sumbu y sesudah ekstrapolasi garis-garis residual berturut-
turut utnuk absobsi dan eliminasi
G. Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa
1. Sediaan oral suspense parasetamol mengikuti orde 1 dimana pada
orde satu dianggap bahwa saat diabsobsi obat tidak sepenuhnya
sampai ke saluran sistemik
2. Parameter farmakokinetik meliputi konstanta laju absorbs, konstanta
laju eliminasi, fraksi obat terabsorbsi secara sistemik dan volume
distribusi.
3. Proses farmakokinetik meliputi absorbs, distribusi, emtabolisme dan
ekskresi (ADME)
H. Daftar Pustaka