Anda di halaman 1dari 10

JURNAL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI I

“Eksperimen Dasar”
VARIASI BIOLOGI DAN VARIASI KELAMIN

Dosen :
▪ Ainun Wulandari, M.Sc., Apt.
▪ Putu Rika Veryanti, M.Farm-Klin., Apt.
▪ Theodora, M.Farm., Apt.

Disusun Oleh :
Nova Karlina Siregar
NPM 20334711
EKSPERIMAN DASAR
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEK FARMAKOLOGI
(VARIASI BIOLOGI DAN VARIASI KELAMIN)

A. Tujuan Praktikum
Setelah menyelesaikan percobaan ini, mahasiswa dapat mengenal dan mengamati
berbagai faktor yang memodifikasi obat serta mengajukan hal-hal yang melandasi pengaruh
faktor-faktor tersebut secara teoritis dan praktis

B. Teori Dasar
Banyak faktor yang berpengaruh pada efek obat yang diberikan. Dalam eksperimen rute
pemberian obat, telah ditelaah faktor ini pada efek obat. Kalau dikatakan bahwa berbagai faktor
mempengaruhi dosis obat, maka hal ini hendaknya dilihat dalam kaitan pengaruh faktor ini
terhadap efek obat, sehingga dengan demikian dosis obat perlu disesuaikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efek obat dapat dikelompokkan dalam dua kelompok
besar yaitu (1) faktor-faktor lingkungan luar tubuh penerima obat dan (2) faktor-faktor internal
pada penerimaan obat. Kedua faktor ini pada dasarnya saling berkaitan.Faktor-faktor
lingkungan luar tubuh penerima obat dapat membawa perubahan fundamental dalam diri
penerima obat, yang kemudian memiliki perubahan yang permanen sebagai ciri khasnya, atau
memperoleh perubahan sementara yang reversibel.
Faktor-faktor pada penerima obat yang dapat mempengaruhi efek obat antara lain usia,
status fungsional dan struktural (kondisi patologis dari penerima obat yang dapat memodifikasi
fungsi dan/atau struktur sel, jaringan, organ maupun sistem tubuhnya dan faktor genetiknya),
jenis kelamin, bobot tubuh dan luas permukaan, suasana kejiwaan penerima obat dan kondisi
mikroflora saluran pencernaan.
Pada umumnya faktor-faktor yang sama antara penerima obat (misalnya usia, jenis
kelamin, bobot tubuh, luas permukaan tubuh dan ras) pada pemberian obat yang sama, dengan
dosis sama dan rute pemberian sama masih dapat diamati efek farmakologi secara kuantitatif
berbeda, meskipun status fungsional dan struktural penerima obat adalah sama. Oleh karena
itu diambil kesimpulan bahwa yang menyebabkan perbedaan ini adalah variasi biologik antara
penerima obat. Sebagai makhluk hidup yang dinamis, selalu ada perbedaan sesaat atau tetap
antara sesamanya, karena pengalaman yang berbeda maupun yang ditanggapi secara berbeda.
Jenis kelamin dapat mengakibatkan perbedaan yang kualitatif dalam efek farmakologi
obat. Perbedaan yang kadang kala fundamental dalam pola fisiologi dan biokimia antara jenis
jantan dan betina menyebabkan hal ini.

C. Alat, Bahan dan Prosedur

Hewan coba : Mencit putih, jantan dan betina (jumlah masing-masing 3 ekor),
usia 2 bulan, bobot tubuh 20-30 g
Obat : Fenobarbital 100 mg/ 70 kgBB manusia secara IP
Alat : Spuit injeksi 1 ml, jarum suntik No.27 (3/4-1 inch), timbangan
hewan, bejana untuk pengamatan, stop watch

Prosedur:
1. Siapkan mencit. Sebelum pemberian obat, amati kelakuan normal masing-masing mencit
selama 10 menit.
2. Hitung dosis dan volume pemberian obat dengan tepat untuk masing-masing mencit.
3. Berikan larutan fenobarbital 100 mg/ 70 kgBB manusia secara IP dan catat waktu
pemberiannya.
4. Tempatkan mencit ke dalam bejana untuk pengamatan.
5. Amati selama 45 menit.
6. Catat dan tabelkan pengamatan masing-masing kelompok. Bandingkan hasilnya.

D. Hasil Pengamatan
Dalam percobaan ini menggunakan 3 ekor mencit jantan dan 3 ekor mencit betina yang
akan diberikan Fenobarbital. Mencit yang mengantuk akan tampak diam (umumnya di sudut
ruang) dan tampak lunglai. Mencit dikatakan tidur atau mengalami efek sedasi, apabila
tubuhnya dibalik dan berada pada posisi terlentang maka tidak akan kembali tertelungkup.
Jadi, untuk melihat kapan tepatnya terjadi respon awal sedasi maka harus sering membalikkan
badan mencit pada posisi terlentang. Righting reflex adalah refleks mencit yang apabila
tubuhnya dibalik dan berada pada posisi terlentang, maka akan kembali tertelungkup.
Onset kerja adalah mula kerja obat (diamati waktu antara pemberian obat sampai timbulnya
efek hilangnya refleks balik badan jika ditelentangkan selama 30 detik hingga tidur)
Durasi kerja adalah lama kerja obat (diamati waktu antara timbulnya efek hilangnya reflex
balik badan jika ditelentangkan selama 30 detik hingga tidur, sampai hilangnya efek tersebut)

 Data Hasil Praktikum


Mencit Berat Badan Rute Pemberian Dosis Pemberian Volume Pemberian
(gram) (mg) (ml)
Jantan
1 28 Intra Peritonial 0,364 0,072
2 22 Intra Peritonial 0,286 0,057
3 30 Intra Peritonial 0,390 0,078
Betina
1 32 Intra Peritonial 0,416 0,083
2 27 Intra Peritonial 0,351 0,070
3 21 Intra Peritonial 0,273 0,054
Sediaan Fenobarbital Injeksi 50 mg/ml

 Tabel Pengamatan
Pengamatan
Waktu Waktu Onset Durasi
Waktu
Hilang Kembali Kerja Kerja
Hewan Obat Dosis Rute Pemberian
Righting Righting Obat Obat
Obat
Reflex Reflex (menit) (menit)
(menit)
(menit) (menit)
Mencit Fenobarbital 100 mg/ IP 08.00 08.45 12.43 45 238
jantan 70 kgBB
manusia
Mencit Fenobarbital 100 mg/ IP 08.05 08.43 11.59 38 196
jantan 70 kgBB
manusia
Mencit Fenobarbital 100 mg/ IP 08.10 08.59 12.22 49 203
jantan 70 kgBB
manusia
Mencit Fenobarbital 100 mg/ IP 08.00 08.40 12.17 40 217
betina 70 kgBB
manusia
Mencit Fenobarbital 100 mg/ IP 08.05 08.37 11.57 32 200
betina 70 kgBB
manusia
Mencit Fenobarbital 100 mg/ IP 08.10 08.45 11.45 35 180
betina 70 kgBB
manusia
 Perhitungan Dosis Pemberian dan Volume Pemberian
Sediaan Fenobarbital Injeksi 50 mg/ml
1. Mencit ke-1 Jantan BB = 28 gram.
Dosis lazim fenobarbital untuk manusia BB 70 kg = 100 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 28 g = Dosis Lazim x Faktor Konversi
= 100 mg x 0,0026 = 0,26 mg
Untuk mencit dengan berat 28 g = (28 g/ 20 g) x 0,26 mg = 0,364 mg
Dosis ini diberikan dalam volume = 0,364 mg/ 50mg x 1 ml
= 0,00728 ml x 10 (pengenceran) = 0,072 ml
2. Mencit ke-2 BB = 22 gram. Rute pemberian Subcutan (SC)
Dosis lazim fenobarbital untuk manusia BB 70 kg = 100 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 22 g = Dosis Lazim x Faktor Konversi
= 100 mg x 0,0026 = 0,26 mg
Untuk mencit dengan berat 22 g = (22 g/ 20 g) x 0,26 mg = 0,286 mg
Dosis ini diberikan dalam volume = 0,286 mg/ 50mg x 1 ml
= 0,00572 ml x 10 (pengenceran) = 0,057 ml
3. Mencit ke-3 Jantan BB = 30 gram
Dosis lazim fenobarbital untuk manusia BB 70 kg = 100 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 30 g = Dosis Lazim x Faktor Konversi
= 100 mg x 0,0026 = 0,26 mg
Untuk mencit dengan berat 30 g = (30 g/ 20 g) x 0,26 mg = 0,39 mg
Dosis ini diberikan dalam volume = 0,29/ 50mg x 1 ml
= 0,0078 ml x 10 (pengenceran) = 0,078 ml
4. Mencit ke-4 Betina BB = 32 gram.
Dosis lazim fenobarbital untuk manusia BB 70 kg = 100 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 32 g = Dosis Lazim x Faktor Konversi
= 100 mg x 0,0026 = 0,26 mg
Untuk mencit dengan berat 32 g = (32 g/ 20 g) x 0,26 mg = 0,416 mg
Dosis ini diberikan dalam volume = 0,416mg/ 50mg x 1 ml
= 0,00832ml x 10 (pengenceran) = 0,083 ml
5. Mencit ke-5 Betina BB = 27 gram.
Dosis lazim fenobarbital untuk manusia BB 70 kg = 100 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 27 g = Dosis Lazim x Faktor Konversi
= 100 mg x 0,0026 = 0,26 mg
Untuk mencit dengan berat 27 g = (27g/ 20 g) x 0,26 mg =0,351 mg
Dosis ini diberikan dalam volume = 0,351 mg/ 50mg x 1 ml
= 0,00702 x 10 (pengenceran) = 0,07 ml
6. Mencit ke-6 Betina BB = 21 gram.
Dosis lazim fenobarbital untuk manusia BB 70 kg = 100 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 21 g = Dosis Lazim x Faktor Konversi
= 100 mg x 0,0026 = 0,26 mg
Untuk mencit dengan berat 21 g = (21g/ 20 g) x 0,26 mg =0,273 mg
Dosis ini diberikan dalam volume = 0,273 mg/ 50mg x 1 ml
= 0,00546 x 10 (pengenceran) = 0,054

 Perhitungan Onset Kerja Obat dan Durasi Kerja Obat


Waktu Pemberian Obat = t0
Waktu Hilang Righting Reflex = t1
Waktu Kembali Righting Reflex = t2
1. Mencit jantan 1
Onset = t1 – t0
= 08.45 – 08.00 = 45 menit
Durasi = t2 – t1
= 12.43 – 08.45 = 238 menit
2. Mencit jantan 2
Onset = t1 – t0
= 08.43 – 08.05 = 38 menit
Durasi = t2 – t1
= 11.59 – 08.43 = 196 menit
3. Mencit jantan 3
Onset = t1 – t0
= 08.59 – 08.10 = 49 menit
Durasi = t2 – t1
= 12.22 – 08.59 = 203 menit
4. Mencit betina 1
Onset = t1 – t0
= 08.40 – 08.00 = 40 menit
Durasi = t2 – t1
= 12.17 – 08.50 = 217 menit
5. Mencit betina 2
Onset = t1 – t0
= 08.37– 08.05 = 32 menit
Durasi = t2 – t1
= 11.57 – 08.37 = 200 menit
6. Mencit betina 3
Onset = t1 – t0
= 08.45 – 08.10 = 35 menit
Durasi = t2 – t1
= 11.45 – 08.45 = 180 menit
E. Pembahasan
Praktikum ini menggunakan 6 mencit, yang terdiri dari 3 mencit jantan dan 3 mencit betina
diman semuanya diberikan obat melalui IP. Pemberian obat melalui rute ini diharapkan obat
masuk kedalam sirkulasi sistemik secara cepat, hal ini di karenakan rongga peritoneum memiliki
permukaan absorbsi yang luas. Hewan uji diamati apakah timbul efek atau tidak. Timbulnya
efek ditandai dengan hilangnya reflek balik badan. Obat yang digunakan pada praktikum ini
adalah fenobarbital karena bersifat sedatif sehingga efek dapat diamati.
Dari semua mencit yang diberikan fenobarital secara IP obat paling cepat bereaksi pada
mencit betina ke-2. Hal ini dapat terjadi karena kemungkinan obat dengan dosis yang telah
ditentukan sesuai berat badan mencit dapat masuk secara sempurna ke dalam pembuluh darah
mencit dan kondisi biologis pada mencit ini pun paling baik jika dibandingkan dengan mencit
yang lain karena pada saat di suntikkan fenobarbital mencit tenang. Sementara itu obat paling
lambat bereaksi pada mencit jantan ke-3. Hal ini dapat terjadi kemungkinan karena kondisi
biologi mencit yang terlihat sangat panik dan ketakutan sehingga obat yang telah diatur dosis
nya tidak masuk semua secara sempurna dan menyebabkan reaksi lambat.
Variasi biologi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dosis obat. Obat diberikan
melalui IP diabsorpsi kemudian masuk melalui aliran darah. Selain obat disuntikan dengan rute
yang sama, dosisnya pun sama. Setelah diamati, adanya perbedaan waktu untuk menimbulkan
efek sedatif antara mencit I, mencit II, dan mencit III baik kelompok jantan maupun kelompok
betina. Oleh karena perbedaan waktu yang berbeda ini dipengaruhi oleh variasi biologi antara
penesrima obat sebagai makhluk dinamis, selalu ada perbedaan-perbedaan sesaat/ tetap antara
sesamanya, karena pengalamanpengalaman yang berbeda maupun ditanggapi berbeda.
Timbulnya variasi biologis dibuktikan dengan pemberian dosis, rute pemberian yang sama
pada mencit memberikan respon yang sama. Berat badan pun menentukan kerja dari efek obat.
Dari percobaan ini, membuktikan semakin berat badan dari mencit semakin lama pula kerja
dari efek obat.

F. Kesimpulan
1. Fenobarbital adalah golongan obat depresi SSP. Efeknya bergantung pada dosis, mulai
dari yang ringan (menenangkan, menyebabkan kantuk, menidurkan) hingga yang berat
(menghilangkan kesadaran, keadaan anestesi, koma dan mati)
2. Dari semua mencit yang diberikan fenobarital secara IP obat paling cepat bereaksi
pada mencit betina ke-2. Sementara itu obat paling lambat bereaksi pada mencit jantan
ke-3.
3. Timbulnya variasi biologis terjadi saat pemberian dosis dan rute pemberian yang sama
pada mencit memberikan respon yang sama. Berat badan pun menentukan kerja dari
efek obat. Dari percobaan ini, membuktikan semakin berat badan dari mencit semakin
lama pula kerja dari efek obat.
4. Pemberian dosis yang berbeda dapat memberikan efek yang berbeda dan waktu
mencapai efek pada mencit berbeda pula.
5. Variasi biologi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dosis obat. Obat
diberikan melalui IP diabsorpsi kemudian masuk melalui aliran darah. Selain obat
disuntikan dengan rute yang sama, dosisnya pun sama.
6. Mencit yang mengantuk akan tampak diam (umumnya di sudut ruang) dan tampak
lunglai. Mencit dikatakan tidur atau mengalami efek sedasi, apabila tubuhnya dibalik
dan berada pada posisi terlentang maka tidak akan kembali tertelungkup. Jadi, untuk
melihat kapan tepatnya terjadi respon awal sedasi maka harus sering membalikkan
badan mencit pada posisi terlentang.
7. Righting reflex adalah refleks mencit yang apabila tubuhnya dibalik dan berada pada
posisi terlentang, maka akan kembali tertelungkup.
8. Onset kerja adalah mula kerja obat (diamati waktu antara pemberian obat sampai
hilangnya righting reflex hingga tidur) sedangkan durasi kerja adalah lama kerja obat
(diamati waktu antara hilangnya righting reflex hingga tidur, sampai kembalinya efek
tersebut)

G. Daftar Pustaka
Anonim. 2005. Farmakologi Dasar dan Terapi Edisi IV. Jakarta : Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Badan PPSDM Kesehatan, Praktikum Farmakologi.
Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth, editor,. Farmakologi dan terapi. Edisi 5.
Gaya Baru: Jakarta, 2007.
Joenoes, Z. N., 2002, Ars Prescribendi Jilid 3, Airlangga University Press,
Surabaya.
Katzung, Bertram G. 1986. Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta : Salemba
Medika.
Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005
Tim Dosen, 2018. Petunjuk Praktikum Farmakologi Fakultas Farmasi ISTN, Eksperimen
Dasar: Faktor yg Mempengaruhi Efek Farmakologi (Variasi Biologi dan Variasi Kelamin). hlm:
25-27

Anda mungkin juga menyukai