Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

EKSPERIMEN DASAR
(PENGARUH RUTE PEMBERIAN TERHADAP OBAT SEDATIF HIPNOTIK)

Disusun Oleh :
Berysa Lestari (18330078)

FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan : Eksperimen Dasar (Pengaruh Rute Pemberian Terhadap Obat Sedatif
Hipnotik.

B. Latar Belakang :
Susunan saraf pusat berkaitan dengan system saraf manusia yang merupakan
suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan
yang lain. Fungsi system saraf antara lain : mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol
interaksi antara individu dengan lingkugan sekitarnya.
Pada percobaan ini obat yang digunakan yaitu fenobarbital, fenobarbital
merupakan salah satu obat golongan barbiturate yang merupakan obat golongan sedative-
hipnotik.
Hipnotik-sedativ merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat (SSP)
yang relative tidak selektif, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau
kantuk, menidurkan, hingga yang berat (kecuali benzodiazepine) yaitu hilangnya
kesadaran, keadaan anestesi, koma dan mati, bergantung pada dosis.
Agar mengetahui bagaimana cara kita sebagai mahasiswa dalam hal ini
mengetahui tentang kemampuan obat pada seluruh aspeknya yang berhubungan dengan
efek toksiknya maupun efek sampingnya tentunya kita memerlukan hewan uji atau
hewan percobaan. Hewan coba adalah hewan yang khusus diternakan untuk keperluan
penelitian biologis. Hewan laboratorium tersebut digunakan digunakan sebagai uji
praktek untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada manusi. Beberapa jenis
hewan yang sering dipakai dalam penelitian maupun praktek yaitu : Kelinci (Oryctolagus
cuniculus) Marmut (Cavia parcellus), Mencit (Mus musculus), Tikus (Rattus novergicus)
Pada percobaan kali ini kami menggunakan penanganan hewan coba pada mencit
(Mus musculus).
C. Tujuan Percobaan :
Setelah menyelesaikan percobaan ini, mahasiswa dapat :
1. Melakukan cara pemberian obat melalui berbagai rute pemberian obat pada mencit.
2. Mengamati pengaruh rute pemberian obat terhadap efek yang timbul.
3. Mengetahui respon sedasi pada mencit.
4. Memahami awal mula kerja dan durasi efek sedasi.

D. Prinsip Percobaan :
Pemberian obat melalui oral, intraperitoneal, intra muscular, intravena, dan
subkutan dengan dosis yang berbeda yang dipengaruhi berat badan hewan percobaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Rute pemberian obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek obat,
karena karakteristik lingkungan fisiologis, anatomi dan biokimiawi yang berbeda pada
daerah kontak mula obat dan tubuh. Karakteristik ini berbeda karena jumlah suplai darah
yang berbeda, struktur anatomi dari lingkungan kontak antara obat-tubuh yang berbeda,
enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang terdapat di lingkungan tersebut berbeda.
Hal ini menyebabkan jumlah obat yang dapat mencapai kerjanya dalam jangka waktu
tertentu akan berbeda, tergantng dari rute pemberian obat.(Katzug, B.G, 1989).
Rute pemberian obat, dapat diberikan secara peroral, subkutan, intramuscular,
intravena dan intraptional. Rute peroral dapat diberikan dengan mancampurkan obat
bersama makanan, bisa pula dengan jarum khusus ukuran 20 dan Panjang kira-kira 5cm
untuk memasukan senyawa langsung ke dalam lambung melalui esophagus, jarum ini
ujungnya bulat dan belubang ke samping.
 Rute subkutan paling mudah dilakukan pada mencit, obat-obat dapat diberikan
kepada mencit dengan jarum yang panjangnya 0,5-1,0 cm dengan ukuran 22-24
(22-24 gauge). Obat bisa disuntikan dibawah kulit di daerah punggung atau di
daerah perut. Kekurangan dari rute ini adalah obat harus dapat larut dalam cairan
hingga dapat disuntikkan.
 Rute pemberian obat secara intramuscular lebih sulit karena otot mencit sangat
kecil, obat bisa disuntikkan ke otot paha bagian belakang dengan jarum Panjang
0,5-2,0cm dengan ukuran 24 gauge, suntikan tidak boleh terlalu dalam agar tidak
terkena pembuluh darah
 Rute pemberian obat secara intravena haruslah dalam keadaan mencit tidak dapat
bergerak ini dapat dilakukan dengan mencit dimasukkan ke dalam tabung plastic
cukup besar agar mencit tidak dapat berputar ke belakang dan supaya ekornya
keluar dari tabung, jarum yang digunakan berukuran 28 gauge dengan Panjang
0,5cm dan disuntikkan pada vena leteralis ekor, cara ini tidak dapat dilakukan
karena ada kulit mencit yang berpigmen jadi venanya kecil dan sukar dilihat
walaupun mencit berwarna putih. Cara intraperitional hamper sama dengan IM,
suntikkan dilakukan di daerah abdomen diantara cartilage xiphoidea dan
symphysis pubis.
Bentuk sediaan yang diberikan akan mempengaruhi kecepatan dan besarnya obat
yang diabsorpsi, dengan demikian akan mempengaruhi pula kegunaan dan efek terapi
obat. Bentuk sediaan obat dapat memberi efek obat secara local atau sistemik. Efek
sistemik diperoleh jika obat beredar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah, sedang
efek local adalah efek obat yang bekerja setempat misalnya salep (Anief, 1990).
Efek sistemik dapat diperoleh dengan cara :
1. Oral melalui saluran gastrointestinal atau rectal
2. Parenteral dengan cara intravena, intra muskuler dan subkutan
3. Inhalasi langsung ke dalam paru-paru
Efek local dapat diperoleh dengan cara :
1. Intraocular, intranasal, aural, dengan jalan diteteskan ada mata, hidung, telinga
2. Intrarespiratoral, berupa gas masuk paru-paru
3. Rektal, uretral dan vaginal, dengan jalan dimasukkan ke dalam dubur, saluran
kencing dan kemaluan wanita, obat meleleh atau larut pada keringat badan atau
larut dalam cairan badan
Rute penggunaan obat dapat dengan cara :
1. Melalui rute oral
2. Melalui rute parenteral
3. Melalui rute inhalasi
4. Melalui rute membrane mukosa seperti mata, hidung, telinga, vagina dan
sebagainya
5. Melalui rute kulit
Cara memegang hewan serta cara penentuan jenis kelaminnya perlu pula
diketahui. Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan adalah berbeda-beda
dan ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar atau kecil) serta tujuannya.
Kesalahan dalam caranya akan dapat menyebabkan kecelakaan atau hips ataupun rasa
sakit bagi hewan (ini akan menyulitkan dalam melakukan penyuntikan atau pengambilan
darah, misalnya) dan juga bagi orang yang memegangnya (Katzug, B.G, 1989).
Fenobarbital, asam 5,5-fenis-etil barbiturate merupakan senyawa organic pertama
yang digunakan dalam pengobatan antikonvulsi. Kerjannya membatasi penjalaran
aktivitas bangkitan dan menaikkan ambang rangsang. Efek utama barbiturate ialah
depresi SSP. Semua tingkat depresi dapat dicapai mulai dari sedasi, hypnosis, berbagai
tingkat anasthesia, koma, sampai dengan kematian. Efek hipnotik barbiturate dapat
dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan dosis hipnotik. Tidurnya merupakan tidur
fisiologis, tidak disertai mimpi yang mengganggu (Ganiswara, 1995).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Alat :
1. Spuit injeksi 1 ml
2. Jarum sonde oral
3. Benjana untuk pengamatan
4. Timbangan hewan
5. Stop watch
6. Kendang restriksi
B. Obat :
 Fenobarbital 100 mg/70 kgaBB manusia
C. Hewan Percobaan :
 Mencit putih ( 5 ekor ), bobot tubuh 20-30 g
D. Prosedur :
1. Siapkan mencit, sebelum pemberian obat, amati kelakuan normal masing-
masing mencit selama 10 menit.
2. Hitung dosis dan volume pemberian obat dengan tepat untuk masing-masing
mencit.
3. Berikan larutan fenobarbital 100 mg/ 70 kgBB manusia secara PO, 1V, IP, IM
dan SC catat waktu pemberiannya.
4. Tempatkan mencit ke dalam benjana untuk pengamatan.
5. Catat dan tabelkan pengamatan masing-masing kelompok, bandingkan
hasilnya.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
1. Perhitungan
Dalam percobaan ini menggunakan 5 ekor mencit yang akan diberikan fenobarbital
melalui rute pemberian yang berbeda.
Mencit Berat Badan Rute Pemberian Dosis Pemberian Volume
(gram) (mg) Pemberian (ml)
1 25 Per Oral 0,33 mg 0,065 ml
2 23 Subcutan 0,3 mg 0,06 ml
3 30 Intra Vena 0,4 mg 0,078 ml
4 26 Intra Peritonial 0,34 mg 0,068 ml
5 24 Intra Muskular 0,31 mg 0,062 ml
Sedian Fenobarbital Injeksi 50mg/ml

Hasil Pengamatan :
Pengamatan

Hewan Obat Dosis Rute Waktu Waktu Waktu Onset Durasi


pemberia hilang Kembal kerja kerja
n Obat Rightin i obat obat
(menit) g Reflex Rightin (menit (menit)
(menit) g Reflex )
(menit)
Mencit Fenobarbital 100 mg/ 1. 20 2.34
70 PO 08.30 09.50 12.24
kgBB
manusia
Mencit Fenobarbital 100 mg/ 00.32 04.03
70 SC 08.35 09.07 13.10
kgBB
manusia
Mencit Fenobarbital 100 mg/ 01.12 01.58
70 IV 08.40 09.52 11.50
kgBB
manusia
Mencit Fenobarbital 100 mg/ 00.15 03.02
70 IP 08.45 09.00 12.02
kgBB
manusia
Mencit Fenobarbital 100 mg/ 00.19 03.33
70 IM 08.50 09.09 12.42
kgBB
manusia
2. Pembahasan
Praktikum kali ini mempelajari tentang pengaruh rute pemberian terhadap obat
sedative hipnotik dalam tubuh (dalam hal ini pada tubuh hewan uji). Hewan yang
digunakan pada praktikum ini yaitu mencit, mencit dipilih sebagai hewan uji karena
proses metabolism dalam tubuhnya berlangsung cepat sehingga cocok untuk dijadikan
sebagai objek pengamatan. Pemberian obat pada hewan uji yaitu pertama melalui cara
oral, kemudian intravena, subkutan, intraperitional, dan intramuscular.
Pada awalnya mencit dilakukan adaptasi terlebih dahulu dengan menaruhnya pada
rotarod agar dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang akan dilakukan selama proses
praktikum ini berlangsung dan hasilnya mencit bersifat normal (aktif berlali, memanjat,
dll),. Kemudia disuntikkan obat fenobarbital ke masing-masing menceit dengan berbagai
macam cara pemeberian obat, yaitu oral, intra vena, intra peritional, intra muscular, dan
subcutan yang diberi tanda berbeda-beda dengan spidol pada ekornya agar dapat
diketahui perbedaan pemberian obatnya. Dosis yang diberikan kepada masing-masing
mencit berbeda-beda, sesuai dengan berat badan mencit masing-masing.
Setelah pemberian obat, efek yang ditimbulkan obat ini adalah tidur tidak bereaksi
perbedaan cara pemberian obat ke dalam tubuh akan mempengaruhi onset dan durasi dari
obat. Dimana onset berarti waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa kerjanya.
Sangat tergantung rute pemberian dan farmakokinetik obat. Sedangkan durasi kerja
adalah lama obat menghasilkan suatu efek terapi (dari awal obat bereaksi hingga obat
tersebut sudah tidak bereaksi lagi). Dengan kata lain, perbedaan cara pemberian obat
akan memberikan efek yang berbeda-beda. (Gunawan, 2009)
Obat yang diinjeksikan pada mencit merupakan larutan fenobarbital yang
kerjanya membatasi penjalaran aktivitas bangkitan dan menaikkan ambang rangsang.
Fenobarbital masih merupakan obat antikonvulsi dengan potensi terkuat, tersering di
gunakan, dan termurah. Dosisefektif relative rendah, efek sedative, dalam hal ini
dianggap efek samping,
Dari hasil pengamatan , diperoleh onset dan durasi yang berbeda. Onsen
merupakan waktu mulai timbulnya efek setelah pemberian obat. Durasi adalah waktu
lamanya efek sampai efek obat tersebut hilang. Dari pengamatan berdasarkan onsetnya,
injeksi dengan cara intraperitional memiliki waktu yang tercepat dan yang paling lambat
adalah injeksi dengan pemberian oral. Injeksi intraperitional yaitu injeksi suatu zat ke
dalam peritoneum (rongga tubuh). Sedangkan cara oral merupakan cara pemberian obat
melalui pencernaan sehingga prosesnya berjalan lambat. Untuk durasinya, hasil
pengamatan efek obat yang paling cepat hilang yaitu cara intravena dan efek yang lama
yaitu cara subcutan.
Pemberian obat pada hewan percobaan
1. Pemberian Per Oral
Hal ini dilakukan dengan bantuan jarum suntik yang ujungnya tumpul atau
berbentuk bola (jarum sonde). Jarum sonde dimasukkan mulut, secara pelan-pelan
melalui langit-langit kearah belakang esophagus, kemudian cairan dimasukkan. Jika
terasa ada hambatan mungkin melukai saluran nafas. Maka dari itu jarum sonde di
Tarik dan dimasukkan Kembali hingga taka ada hambatan.
2. Pemberian Intra Peritoneal
Penyutikan pada bagian perut dimana jarum disuntikkan dengan kemiringan
30-45 derajat dengan abdomen agak kegaris tengah.
3. Pemberian Intra Vena
Dengan cara memasukkan hewan uji ke dalam holder atau sangkar
selanjutnya celupkan ekornya ke air hangat (dilatasi vena lateralis). Setelah vena
mengalami pelebaran pegang ekor hewan coba tersebut. Dimana posisi vena berada di
permukaan ebelah atas. Tusukkan jarum suntik dengan ukuran yang sesuai sejajar
vena kemudian alirkan secara perlahan-lahan zat yang terdapat di dalam suntik.
4. Pemberian Intramuskular
Penyuntikan dilakukan dalam otot misalnya, penyuntikan antibiotika atau
dimana tidak banyak terdapat pembuluh darah dan syarat. Misalnya otot pantat atau
lengan atas.
5. Pemberian Subcutan
Penyuntikan dibawah kulit, obatnya tidak merangsang dan larut dalam air atau
minyak. Efeknya agak lambat dan dapat digunakan sendiri misalnya : penyuntikan
insulin pada penderita diabetes.
BAB V
KESIMPULAN
1. Onset kerja yang paling cepat yaitu melalui Intra Parenteral sedangkan yang paling
lambat yaitu melalui per Oral.
2. Durasi kerja obat yang paling cepat yaitu melalui Intra Vena dan yang paling lambat
melalui Subcutan
3. Cara pemberian obat berpengaruh terhadap proses absorbs obat oleh tubuh karena
sangat menentukan efek biologis suatu obat termasuk cepat atau lambatnya obat
mulai kerja (Onset of Action)
4. Phenobarbital memberikan efek yang bervariasi pada mencit mulai dari normal,
reaktif, gerak lambat dan bahkan tidur.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh., 1990,Perjalanan dan Nasib Obat dalam Badan, Gadjah Mada University
Press, D.I Yogayakarta.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia. Edisi ketiga, Dapartemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Farmakope Indonesia, Edisi,IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Ganiswara, Sulistia G (Ed), 1995,Farmakologi dan Terapi, Edisi IV. Balai Penerbit
Falkultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Ganiswara, Gan Sulistia, 2009, Farmakope dan Terapi 5, Dapartemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Katzung, Bertram G.,Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai