ASISTEN :
Yufita Ratnasari.W, S.Farm., M.Farm.Klin., Apt.
Fakultas Farmasi
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Praktikum
Pengujian Aktivitas Obat Sedatif Hipnotik
B. Tujuan Praktikum
1. Memahami efek obat sedatif dan hipnotik pada hewan coba.
2. Mengetahui berbagai instrumen yang dapat digunakan untuk menguji efek sedatif.
Farmakodinamik :
Pada susunan saraf pusat. Menyebabkan depresi SSP. Semua tingkat depresi
dapat dicapai mulai dari sedasi, hypnosis, berbagai tingkat anstesi, koma sampai
kematian. (Farmakologi dan Terapi, ed 6. P : 151).
Efek pada tidur. Meningkatkan total lama tidur dan mempengaruhi tingkatan
tidur yang bergantung pada dosis. Seperti halnya benzodiazepin, barbiturat
mengurangi masa tidur laten, jumlah terbangun, dan lama tidur REM dan tidur
gelombang-pendek. Pada penggunaan ulang setiap malam, toleransi terhadap efek
menidurkan terjadi dalam beberapa hari, dan efeknya terhadap total lama tidur
dapat menurun hingga 50% setelah 2 minggu pemberian Penghentian obat dapat
meningkatkan gejala gejala yang semula diobati (rebound phenomenon).
(Farmakologi dan Terapi, ed 6. P : 151).
Toleransi. Toleransi farmakodinamik lebih berperan dalam penurunan efek
dan berlangsung lebih lama daripada toleransi farmakokinetik. Toleransi terhadap
efek sedasi dan hypnosis terjadi lebih segera dan lebih kuat daripada efek
antikonvulsi. Penderita yang toleransi terhadap barbiturat juga akan toleransi
terhadap senyawa pendepresi SSP lainnya seperti alcohol.
(Farmakologi dan Terapi, ed 6. P : 151).
LANDASAN TEORI
A. Metode Penelitian
Pada dosis terapi, obat sedative menekan aktivitas mental, menurunkan respon terhadap
rangsangan emosi sehingga menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah
tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis. Obat yang digunakan pada
praktikum ini adalah obat sedatif-hipnotik golongan barbiturat, yaitu Fenobarbital-Na.
1. Hewan Percobaan :
Mencit jantan
2. Alat
a. Platform
Yang diamati pada metode uji platform adalah aktivitas, sikap tubuh, jumlah
jengukan/menit, dan kecepatan napas/menit. Efek sedatif ditunjukan dengan mencit yang
malas bergerak (jarang menjengukan kepala keluar dari platform dan mencit cenderung tidak
perduli dengan kondisi eksternal seperti bunyi-bunyian.
b. Rotarod
Yang diamati pada metode uji rotarod adalah selisih waktu sejak mencit diletakkan hingga
terjatuh dari rotarod. Mencit diletakkan diatas silinder yang dapat diatur kecepatan
putarannya dan dibawah silinder tersebut terdapat papan panel yang merupakan tombol
penghitung waktu lamanya mencit bertahan diatas silinder yang berputar. Bila mencit jatuh,
mencit akan menekan papan panel sehingga menghentikan hitungan waktu. Jika mencit jatuh
dalam waktu kurang dari 3 menit (180 detik), maka mencit tersebut mengalami efek sedasi.
c. Hole Board
Yang diamati pada metode uji Hole board adalah jumlah jengukan kepala mencit ke dalam
lubang. Hole board digunakan untuk menguji rasa penasaran pada hewan percobaan,
semakin sedikit jumlah jengukan hewan percobaan dalam kurun waktu tertentu berarti
semakin besar efek sedatifnya.
3. Bahan
Fenobarbital Natrium 5%
Kingdom : Animalia
Filum : Chordate
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Subfamily : Murinae
Genus : Mus
C. Perhitungan Dosis
F40 =
Volume Pemberian =
FP =
Jawab :
F80 =
Volume Pemberian =
FP =
Faktor Pengenceran = 0,024 ml 3 = 0,072 ml
BAB 3
SKEMA KERJA
4.1 Hasil
Chart Title
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Sikap Kecepatan
Aktifitas
Aktif Aktif Jengukan
Tubuh nafas
Kontrol 0 35 21 148
Dosis 40 mg/KgBB 0 17 20 140
Dosis 80 mg/KgBB 0 10 16 120
Platform ( 10 menit )
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Kecepatan
Aktivitas Sikap Tubuh Jengukan
nafas
Kontrol 0 24 20 136
Dosis 40 mg/KgBB 0 8 13 130
Dosis 80 mg/KgBB 0 7 6 110
Platform ( 15 menit )
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Aktif Aktif Kecepatan
Aktivitas Sikap Tubuh Jengukan
nafas
Kontrol 0 22 20 136
Dosis 40 mg/KgBB 0 1 8 110
Dosis 80 mg/KgBB 0 2 1 100
Platform ( 20 menit )
140
120
100
80
60
40
20
0
Aktif Kurang Kecepatan
Aktivitas Sikap Tubuh Jengukan
Aktif Tidak Nafas
Kontrol 0 20 19 131
Dosis 40 mg/KgBB 0 0 0 102
Dosis 80 mg/KgBB 0 0 0 82
Rotaroad
200
180
160
140
120
Detik
100
80
60
40
20
0
Rotaroad
Kontrol 180
Dosis 40 mg / KgBB 32
Dosis 80 mg / KgBB 2
Hole Board
20
Jumlah jengukan
15
10
5
0
Jengukan
Kontrol 18
Dosis 40 mg/KgBB 10
Dosis 80 mg/KgBB 0
4.2 Pembahasan
Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat (SSP)
yang relatif tidak selektif, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau
kantuk, menidurkan, hingga yang berat (kecuali benzodiazepin) yaitu hilangnya
kesadaran, keadaan anestesi, komi dan mati, bergantung kepada dosis. pada dosis
terapi obat sedatif menekan aktivitas, menurunkan respons terhadap merangsangan
emosi dan menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah
tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis. (Farmakologi dan
terapi ed 4, 1995)
Pada pratikum sedatif hipnotik ini, digunakan obat golongan barbiturat untuk
melihat efek sedatif dan hipnotik pada mencit. Obat ini diberikan melalui injeksi
intraperitonial dengan cara menyuntikan dosis obat kedalam abdomen bawah
disebelah garis midsagital dari mencit. Intraperitonial memungkinkan absorbsi dari
tempat penyimpanan dalam waktu yang cukup lama. Senyawa uji yang diberikan
secara intraperitonial akan diabsorbsi melalui sirkulasi hepatik sebelum terdistribusi
ke organ lainnya.
Pengujian aktivitas obat sedatif hipnotik dari obat golongan barbiturat yaitu
Na-Fenobarbital dengan pemberian dosis yang berbeda-beda untuk mengetahui
bagaimana respon yang muncul pada mencit dengan pelakuan khusus platform,
rotarod, dan hole board. Dosis obat yang diberikan yaitu 40 mg/kgBB dan 80
mg/kgBB. Mekanisme kerja fenorbarbital berikatan dengan subunit-subunit GABA A
spesifik disinaps neuron susunan sistem saraf pusat yang meningkatkan durasi
terbukanya saluran ion kanal yang diperantai oleh GABA sehingga dapat
meningkatkan hiperpolarisasi membrane. Hal ini berhubungan dengan hasil data pada
uji pada pengujian aktivitas.
Pengujian aktifitas sedative hipnotik menggunakan uji platform, uji rotarod dan uji
holeboard menggunakan mencit kontrol pada kelompok 1, pada mencit kelompok 2
diberikan Fenobarbital secara interperitonial dengan dosis 40 mg/kgBB, dan mencit
pada kelompok 3 diberikan Fenobarbital dengan dosis 80 mg/kgBB. Pengujian
platform dilakukan pengamatan pada aktivitas, sikap tubuh, jumlah jengukan/menit,
dan kecepatan napas/menit masing-masing pada menit ke-5, 10, 15, dan 20.
Dapat dilihat juga pada mencit kelompok 3 diberikan Fenobarbital dengan dosis 80
mg/kgBB pada menit ke 5 memperoleh hasil aktivitas aktif dengan jumlah sikap
tubuh (grooming) 10, jumlah jengukan 16, kecepatan nafas/menit 120. Pada menit ke
10 aktivitas masih aktif dengan jumlah sikap tubuh (grooming) 7, jumlah jengukan 6,
kecepatan nafas/menit 110. Pada menit ke 15 aktivitas kurang aktif dengan jumlah
sikap tubuh (grooming) 2, jumlah jengukan 1, kecepatan nafas/menit
100. Pada menit ke 20 aktivitas tidak aktif dengan jumlah sikap tubuh (grooming) 0,
jumlah jengukan 0, kecepatan nafas/menit 82. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
aktivitas dari menit ke-5, 10, 15, 20 semakin lama menjadi kurang aktif sampai tidak
aktif, dan sikap tubuh (grooming) mengalami penurunan dari 10, 7, 2, 0, dan jumlah
jengukan juga mengalami penurunan dari 16, 6, 1, 0, dan kecepatan nafas/menit
mengalami penurunan dari 120, 110, 100, 82. Dapat disimpulkan pada mencit bahwa
semakin tinggi dosis yang diberikan, obat sedatif hipnotik golongan barbiturate dapat
menekan pernapasan dan vasomotor di medula, menyebabkan koma dan kematian.
Pada uji rotarod, dilakukan pencatatan selisih waktu sejak mencit diletakkan
hingga jatuh dari rotarod dan memperoleh hasil data pada mencit kontrol >180 detik,
mencit kelompok 2 memperoleh hasil 32 detik, dan mencit kelompok 3 memperoleh
hasil 2 detik. Pada mencit kontrol bisa lebih bertahan lama lebih mencit kelompok 2
dan mencit kelompok 3, hal ini dikarenakan tidak adanya interaksi obat di dalam
tubuh mencit, sedangkan pada mencit kelompok 2 dengan dosis 40 mg/kgBB dapat
diamati bahwa penggerakan mencit disertai dengan semboyongan dikarenakan efek
sedatif hipnotik mulai berkerja dan pada mencit kelompok 3 dengan dosis lebih besar
dari mencit kelompok 2 yaitu 80 mg/kgBB, dapat dilihat bahwa mencit hanya mampu
bertahan pada rotarod selama 2 detik. Terjadi penurunan waktu yang dibutuhkan
mencit untuk jatuh lebih cepat apabila dosis obat dinaikan dan didapatkan hasil
mencit yang kurang aktif dan lemas karena efek dari fenobarbital. Hal ini
menunjukkan bahwa fenobarbital memiliki aktifitas sedasi pada mencit, sehingga
mencit dapat jatuh dari rotarod dengan cepat. Jatuhnya mencit akibat efek sedasi
terjadi karena menurunnya aktifitas motorik akibat proses depresi pada sistem saraf
pusat.
Pada uji hole board, mencit diletakkan di tengah hole board. Dilakukan
penghitungan jumlah jengukan kepala mencit ke dalam lubang selama 5 menit. Pada
mencit kontrol dapat dilihat bahwa mencit menjegukan kepala ke dalam lubang
sebanyak 18 kali, pada mencit kelompok 2 dengan dosis 40 mg/kgBB menjegukan
kepala ke dalam lubang sebanyak 10 kali, dan pada mencit kelompok 3 dengan dosis
80 mg/kgBB mencit sama sekali tidak menjengukan kepala ke dalam lubang. Hal ini
5.1 Kesimpulan
1. Kenaikan pemberian dosis Na-Phenobarbital dapat menyebabkan penurunan dari
keaktifan, sikap tubuh, jumlah jengukan, kecepatan nafas dari hewan coba mencit
dan memberikan efek sedatif dan hipnotik padan hewan coba mencit.
2. Fenobarbital merupakan obat sedatif hipnotik golongan barbiturat. Pemberian
pada individu lain pada keadaan tertentu dapat mengakibatkan timbulnya efek
samping yang tidak diinginkan sebelum timbulnya efek utama obat.
5.2 Usulan Penelitian
Dibutuhkan percobaan lain dengan metode yang berbeda agar hasil semakin
valid. Contoh 2 metode pengujian lain untuk mendapatkan hasil yang semakin
valid:
a. Metode Traction Test
Lengan hewan uji digantung pada sebuah kawat yang telah direntangkan secara
horizontal. Hasil yang di dapatkan seharusnya pada hewan uji yang abnormal akan
memerlukan waktu yang lama untuk membalikkan badan dan jatuh dari kawat,
sedangkan yang normal seharusnya lebih cepat reaksinya.
b. Metode Fireplace Test
Hewan diletakkan pada gelas silinder. Apabila hewan coba yang di uji normal
maka hewan uji akan segera kabur dari gelas silinder, sedangkan yang mendapat
efek sedasi akan tetap tinggal dalam waktu yang lama.
DAFTAR PUSTAKA
Nadzifa, I. 2010. Pengaruh air perasan bawang lanang (Allium sativum) terhadap kadar
glukosa darah dan gambaran histologi pankreas pada mencit (Mus musculus) diabetes
militus. Malang : Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2016. Farmakologi dan Terapi. 6th ed, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Husna, et al. 2017. Biomolecular Mechanism Of Anti Epileptic Drugs. Malang : Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 1995. Farmakologi dan Terapi 4th ed. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal : 124
Lampiran
pnnbuman keatdx mm+gkmD4n m<umanc
Eogm#ne ddak meibeh Nondu Iona fv7
inggaK Benyk kmn# Kv7 d obk meupeken
hsteomm Kv72/Kv 73 Eng sensMf ienhadap
Frome wk.2/gv7.3 adalah dT t t/prake ka dads neuron dan set g¥a meNTu\
dlbentuk oM segmen bra 55 danl satu transporter GABA yang Mezak dl membran [GAS
sulk dvsegmeo membran S6 dark subunit dl Terdapat ik«a c ga or str, v1 ›, lorww-
sebeNhnya. Rwbukaan kanaT akan membuat seas irong›orivry Bsz-:lYcAT-z, cA1 a, dan
for+er terpapar seh a ezogabk dapat zerk‹at GAT•#. ves/War GAS berfungsJ dalam
dan selan ya akan mensNbTW konformasJ transpo GABA dasNm vesJM sWpbk sebagâ
kanaT v T n per sw Ttosb sJnaptk‹. GAY1
dk‹ode oleh gen 5LC6AI, banyak dldapazW pada
wBA mengsakan neurotransmTter /nh/b+sJ Procdn \n\ terTeNk dT tennAal neuron GABA•ergk‹
/nterneuw IokaT, aga]a melalui resepto GABA• dan @aesus sB @Ta yang dekaz w sJnaps
A dan GABA•& fiase cor GABA•A mengsakan GB Y/agabTne pakan /nMbtO GAT •1
neuron dan gTN yaw sangat spesJM. InMtfls\ GAT •1
nerupaCan la‹get dark banyak OAK Resmgor oM dagab\ne mensupres\ transbkasT GABA
GABA•B merugeksn resegnr heDmnodFner G Wtrasel |tu Spleen Int user,
gmomh.cougMd yang mengakthas Canal kafum sehingga katkan kadar GABA ekszraseL
antiepiiepsi masifi wrup>tan terapi utama untuls epilegsi. eémahamau nangenai farmacodinamik dan
farmakoXir 'tie obat-o6at tersebut can sangat memaantu aalam memiI;r oaat yant tepat sarta
mengembangkan peralitian untuk mengetahui iTiai‹anisme kerja obat lebir lanjut. klekanisme kerja aAE
dagat dikategz<ikan dalam empat J‹elr<npok utama: l i} moaulasi vantage-goted ia channels. termasuk
natnium,LaIsium. dan kalium ; tz) peningJcaan ‹nhiaisi cAaA m+laiui efek gada resaptQr cABx-A,
trar sponer sxz i sxBx, azau cx8/t trar saminue, j3l modu as a«gsung terhadap pofegasan s ncpt k
aperti SUZA dan A26; in {¥ i nhibisi Nina p eksitAsi M¥lâJMi W9gtor gIubdm#t iorwu spit I asu¥
.w AiaPA. aAE bekerja untuk” menyeimbarskan proses inhibisi aan aMirasi di dalam otax, Zahir ga
ore oii fns mninsfy at I heznpy /nr *props. zn ndeutmidirid- ‹J the p6orrri6eo mice and
plarr»nzori»erici @ rfim drugs wou/a £e cniy Inf in tfimn9 the zip r meat niion end develop n