Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

“PENGUJIAN AKTIVITAS OBAT SEDATIF HIPNOTIK”

ASISTEN :
Yufita Ratnasari.W, S.Farm., M.Farm.Klin., Apt.

GOLONGAN T (Rabu, 15.30 – 17.30 WIB)


KELOMPOK 5

Wulan Angleliya 2443018346


Dewy Rochimatul Ummah 2443019061
Ana Miftakhul Jannah 2443019272
Silvy Widya Ambonnika 2443019277
Annisa Alifya 2443019278
Mega Fidina Putri 2443019314

Fakultas Farmasi
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Praktikum
Pengujian Aktivitas Obat Sedatif Hipnotik

B. Tujuan Praktikum
1. Memahami efek obat sedatif dan hipnotik pada hewan coba.
2. Mengetahui berbagai instrumen yang dapat digunakan untuk menguji efek sedatif.

C. Landasan teori tentang obat uji


1. Fenobarbital
i. Struktur

ii. Golongan Farmakologi


Fenobarbital (asam 5,5-fenil-etil barbiturat) merupakan obat golongan
barbiturat yang mempunyai efek sedatif-hipnotik. Barbiturat berikatan dengan
reseptor GABAA pada sistem saraf pusat, reseptor ini berfungsi sebagai saluran
ion klorida yang diaktifkan oleh inhibitor neurotransmitter GABA. (Farmakologi
dan Terapi, ed 6. P : 143). Pada konsentrasi tinggi barbiturat dapat mengaktivasi
reseptor GABAA secara langsung meskipun tidak terdapat GABA. Barbiturat
tidak meningkatkan frekuensi pembukaan kanal klorida yang diinduksi GABA,
akan tetapi lebih pada modulasi sistem kanal ion seperti kanal kalsium dan
natrium. (Husna, M. 2018, P : 41)

iii. Farmakokinetik dan Farmakodinamik


Farmakokinetik : Hipnotik-sedatif barbiturat yang biasanya diberikan secara
oral diabsorbsi cepat dan sempurna. Barbiturat bentuk garam natriumnya
diabsorbsi lebih cepat dari pada bentuk asam bebasnya, terutama bila diberikan
sebagai sediaan cair. Mula kerja bervariasi antara 10-60 menit, bergantung kepada
zat serta bentuk formulasinya, dan dihambat oleh adanya makanan di lambung.
Secara suntikan IV, barbiturat digunakan untuk mengatasi status epilepsi, dan
menginduksi serta mempertahankan anestesi umum. Barbiturat didistribusi secara
luas dan dapat lewat plasenta. Eliminasi obat lebih cepat berlangsung pada yang
berusia dewasa muda daripada yang tua dan anak-anak. Waktu paruh meningkat
selama kehamilan dan pada penyakit hati kronik, terutama sirosis. Penggunaan
berulang terutama pada obat fenobarbital mempersingkat waktu paruh akibat
induksi enzim microsomal. Barbiturat yang digunakan sebagai hipnotik dan
sedatif tidak memiliki waktu paruh yang cukup singkat untuk dapat dieliminasi
secara sempurna dalam waktu 24 jam. (Farmakologi dan Terapi, ed 6. P : 152).

Farmakodinamik :
Pada susunan saraf pusat. Menyebabkan depresi SSP. Semua tingkat depresi
dapat dicapai mulai dari sedasi, hypnosis, berbagai tingkat anstesi, koma sampai
kematian. (Farmakologi dan Terapi, ed 6. P : 151).
Efek pada tidur. Meningkatkan total lama tidur dan mempengaruhi tingkatan
tidur yang bergantung pada dosis. Seperti halnya benzodiazepin, barbiturat
mengurangi masa tidur laten, jumlah terbangun, dan lama tidur REM dan tidur
gelombang-pendek. Pada penggunaan ulang setiap malam, toleransi terhadap efek
menidurkan terjadi dalam beberapa hari, dan efeknya terhadap total lama tidur
dapat menurun hingga 50% setelah 2 minggu pemberian Penghentian obat dapat
meningkatkan gejala gejala yang semula diobati (rebound phenomenon).
(Farmakologi dan Terapi, ed 6. P : 151).
Toleransi. Toleransi farmakodinamik lebih berperan dalam penurunan efek
dan berlangsung lebih lama daripada toleransi farmakokinetik. Toleransi terhadap
efek sedasi dan hypnosis terjadi lebih segera dan lebih kuat daripada efek
antikonvulsi. Penderita yang toleransi terhadap barbiturat juga akan toleransi
terhadap senyawa pendepresi SSP lainnya seperti alcohol.
(Farmakologi dan Terapi, ed 6. P : 151).

Pernafasan. Barbiturat menyebabkan depresi nafas yang sebanding dengan


besarnya dosis. Pemberian barbiturat dosis sedatif hampir tidak berpengaruh
terhadap pernafasan, sedangkan dosis hipnotik oral menyebabkan pengurangan
frekuensi dan amplitude nafas, ventilasi alveol sedikit berkurang, sesuai dengan
keadaan tidur fisiologis. (Farmakologi dan Terapi, ed 6. P : 151).
Sistem Kardiovaskular. Pada dosis oral sedatif atau hipnotik, barbiturate
tidak memberi efek yang nyata terhadap system kardiovaskular. Frekuensi nadi
dan tekanan darah sedikit menurun seperti terjadi dalam keadaan tidur fisiologis.
Barbiturat dosis sangat tinggi berpengaruh langsung terhadap kepiler sehingga
menyebabkan syok kardiovaskular. (Farmakologi dan Terapi, ed 6. P : 151).
Hati. Efek terhadap sistem metabolisme obat di mikrosom. Barbiturat
bersama-sama dengan Sitokrom P450 secara kompetitif mempengaruhi
biotransformasi obat serta zat endogen dalam tubuh misalnya hormone steroid.
Sebaliknya beberapa senyawa dapat menghambat biotransformasi barbiturate.
(Farmakologi dan Terapi, ed 6. P : 151).

iv. Efek samping dan reaksi obat yang tidak diinginkan


a. Hangover/After Effects, gejala ini merupakan residu depresi SSP setelah efek
hipnotik berakhir. Dapat terjadi beberapa hari setelah pemberian obat dihentikan.
Efek residu mungkin berupa vertigo, mual, muntah, atau diare. Kadang kadang
timbul kelainan emosional dan fobia dapat tambah hebat. (Farmakologi dan
Terapi, ed 6. P : 152).
b. Eksitasi Paradoksal, pada beberapa individu pemakaian ulang barbiturat
(terutama fenobarbital dan N-desmetil barbiturat) lebih menimbulkan eksitasi dari
pada depresi. Idiosinkrasi ini relatif umum terjadi diantara pasien usia lanjut dan
terbelakang. (Farmakologi dan Terapi, ed 6. P : 152).
c. Rasa Nyeri, barbiturat sesekali menimbulkan mialgia, neuralgia, artrargia,
terutama pada pasien psikoneuritik yang menderita insomnia. Bila diberikan
dalam keadaan nyeri, dapat menyebabkan gelisah, eksitasi, dan bahkan delirium.
(Farmakologi dan Terapi, ed 6. P : 153).
d. Hipersensitivitas, reaksi alergi terutama terjadi pada individu yang menderita
asma, urtikaria, angioedema, dan keadaan serupa. Segala bentuk hipersensitivitas
dapat terjadi, terutama dermatosis. (Farmakologi dan Terapi, ed 6. P : 153).

v. Dosis dan Indikasi obat


Dosis : Ansietas : Oral 30 – 120 mg perhari
Insomnia : Oral 100 – 320 mg; IM 100 – 320 mg. ( AHFS, 2011)
Indikasi : Fenobarbital digunakan untuk mengobati hiperbilirubinemia dan
kernicterus pada neonates, karena penggunaannya dapat menaikkan
glukoroniltransferase hati dan ikatan bilirubin γ protein. Efek fenobarbital pada
metabolisme dan ekskresi garam empedu telah dipakai untuk pengobatan kasus
kolestasis tertentu. (Farmakologi dan Terapi, ed 6. P : 154).

Kontra indikasi : Barbiturat tidak boleh diberikan pada penderita alergi


barbiturat, penyakit hati atau ginjal, hipoksia, dan penyakit Parkinson.
(Farmakologi dan Terapi, ed 6. P : 154).
BAB 2

LANDASAN TEORI

A. Metode Penelitian
Pada dosis terapi, obat sedative menekan aktivitas mental, menurunkan respon terhadap
rangsangan emosi sehingga menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah
tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis. Obat yang digunakan pada
praktikum ini adalah obat sedatif-hipnotik golongan barbiturat, yaitu Fenobarbital-Na.
1. Hewan Percobaan :

Mencit jantan

2. Alat

a. Platform
Yang diamati pada metode uji platform adalah aktivitas, sikap tubuh, jumlah
jengukan/menit, dan kecepatan napas/menit. Efek sedatif ditunjukan dengan mencit yang
malas bergerak (jarang menjengukan kepala keluar dari platform dan mencit cenderung tidak
perduli dengan kondisi eksternal seperti bunyi-bunyian.
b. Rotarod
Yang diamati pada metode uji rotarod adalah selisih waktu sejak mencit diletakkan hingga
terjatuh dari rotarod. Mencit diletakkan diatas silinder yang dapat diatur kecepatan
putarannya dan dibawah silinder tersebut terdapat papan panel yang merupakan tombol
penghitung waktu lamanya mencit bertahan diatas silinder yang berputar. Bila mencit jatuh,
mencit akan menekan papan panel sehingga menghentikan hitungan waktu. Jika mencit jatuh
dalam waktu kurang dari 3 menit (180 detik), maka mencit tersebut mengalami efek sedasi.
c. Hole Board
Yang diamati pada metode uji Hole board adalah jumlah jengukan kepala mencit ke dalam
lubang. Hole board digunakan untuk menguji rasa penasaran pada hewan percobaan,
semakin sedikit jumlah jengukan hewan percobaan dalam kurun waktu tertentu berarti
semakin besar efek sedatifnya.

3. Bahan

Fenobarbital Natrium 5%

B. Klasifikasi Hewan Coba

Kingdom : Animalia

Filum : Chordate
Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Subfamily : Murinae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

C. Perhitungan Dosis

1. Dosis pada mencit : 40mg/kgBB(ip), berat mencit : 30 gram sediaan Fenobarbital :


100 mg/mL
Jawab :

F40 =
Volume Pemberian =

FP =

2. Faktor Pengenceran = 0,012 ml 5 = 0,06 m Dosis pada mencit : 80mg/kgBB(ip),


berat mencit : 30 gram sediaan Fenobarbital : 100 mg/mL

Jawab :

F80 =

Volume Pemberian =

FP =
Faktor Pengenceran = 0,024 ml 3 = 0,072 ml
BAB 3

SKEMA KERJA

Mengambil mencit dari Melakukan perhitungan


Menara toples 120 gram kandang, dan letakkan dosis dan pengenceran
didalam toples kemudian karena volume pemberian
timbang (150 g). Artinya tidak memenuhi
berat mencit adalah 30 mg persyaratan yaitu minimal
0,05 ml

Suntikan ke rongga Ambil mencit dan Mengambil mencit dari


peritonial (suntik disebelah pegang dibagian toples dengan cara
kiri bawah saat sudah tengguk, selipkan memegang ekornya, dan
terbalik). Pastikan bahwa ekernya dijari kelinging. letakan diatas. Pastikan
jarum masuk tepat di bahwa mencitnya tenang.
rongga peritorial.

Masukkan obat Cabut jarum suntik, dan


perlahan lahan dan kembalikan mencit
pastikan bawha semua kedalam toplesnya
obat masuk.

SKEMA KERJA UJI AKTIVITAS

Ambil mencit dari toples Amati aktivitas mencit, sikap


Amati di platforem dan letakkan diatas tubuh, jumlah jengukan /
platforem selama 20 menit menit, kecepatan nafas /
menit.

Setelah uji dengan Hitung berapa lama waktu


rotarot, ambil mencit dan yang dibutuhkan mencit Setelah diamati selama 20
letakkan pada instrument sejak mulai diletakkan di menit diplatforem, ambil
holebrod. Lihat berapa rotarod hingga mencit jatuh mencit dan letakkan di
banyak mencit (waktu pengamatan rotarod
melakukan jengukan maksimal adalah 3 menit)
(waktu pengamamatan
maksimal adalah 5 menit)
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Chart Title
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Sikap Kecepatan
Aktifitas
Aktif Aktif Jengukan
Tubuh nafas
Kontrol 0 35 21 148
Dosis 40 mg/KgBB 0 17 20 140
Dosis 80 mg/KgBB 0 10 16 120

Platform ( 10 menit )
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Kecepatan
Aktivitas Sikap Tubuh Jengukan
nafas
Kontrol 0 24 20 136
Dosis 40 mg/KgBB 0 8 13 130
Dosis 80 mg/KgBB 0 7 6 110

Platform ( 15 menit )
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Aktif Aktif Kecepatan
Aktivitas Sikap Tubuh Jengukan
nafas
Kontrol 0 22 20 136
Dosis 40 mg/KgBB 0 1 8 110
Dosis 80 mg/KgBB 0 2 1 100
Platform ( 20 menit )
140
120
100
80
60
40
20
0
Aktif Kurang Kecepatan
Aktivitas Sikap Tubuh Jengukan
Aktif Tidak Nafas
Kontrol 0 20 19 131
Dosis 40 mg/KgBB 0 0 0 102
Dosis 80 mg/KgBB 0 0 0 82

Rotaroad
200
180
160
140
120
Detik

100
80
60
40
20
0
Rotaroad
Kontrol 180
Dosis 40 mg / KgBB 32
Dosis 80 mg / KgBB 2

Hole Board
20
Jumlah jengukan

15
10
5
0
Jengukan
Kontrol 18
Dosis 40 mg/KgBB 10
Dosis 80 mg/KgBB 0
4.2 Pembahasan

Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat (SSP)
yang relatif tidak selektif, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau
kantuk, menidurkan, hingga yang berat (kecuali benzodiazepin) yaitu hilangnya
kesadaran, keadaan anestesi, komi dan mati, bergantung kepada dosis. pada dosis
terapi obat sedatif menekan aktivitas, menurunkan respons terhadap merangsangan
emosi dan menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah
tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis. (Farmakologi dan
terapi ed 4, 1995)

Pada pratikum sedatif hipnotik ini, digunakan obat golongan barbiturat untuk
melihat efek sedatif dan hipnotik pada mencit. Obat ini diberikan melalui injeksi
intraperitonial dengan cara menyuntikan dosis obat kedalam abdomen bawah
disebelah garis midsagital dari mencit. Intraperitonial memungkinkan absorbsi dari
tempat penyimpanan dalam waktu yang cukup lama. Senyawa uji yang diberikan
secara intraperitonial akan diabsorbsi melalui sirkulasi hepatik sebelum terdistribusi
ke organ lainnya.

Pengujian aktivitas obat sedatif hipnotik dari obat golongan barbiturat yaitu
Na-Fenobarbital dengan pemberian dosis yang berbeda-beda untuk mengetahui
bagaimana respon yang muncul pada mencit dengan pelakuan khusus platform,
rotarod, dan hole board. Dosis obat yang diberikan yaitu 40 mg/kgBB dan 80
mg/kgBB. Mekanisme kerja fenorbarbital berikatan dengan subunit-subunit GABA A
spesifik disinaps neuron susunan sistem saraf pusat yang meningkatkan durasi
terbukanya saluran ion kanal yang diperantai oleh GABA sehingga dapat
meningkatkan hiperpolarisasi membrane. Hal ini berhubungan dengan hasil data pada
uji pada pengujian aktivitas.

Pengujian aktifitas sedative hipnotik menggunakan uji platform, uji rotarod dan uji
holeboard menggunakan mencit kontrol pada kelompok 1, pada mencit kelompok 2
diberikan Fenobarbital secara interperitonial dengan dosis 40 mg/kgBB, dan mencit
pada kelompok 3 diberikan Fenobarbital dengan dosis 80 mg/kgBB. Pengujian
platform dilakukan pengamatan pada aktivitas, sikap tubuh, jumlah jengukan/menit,
dan kecepatan napas/menit masing-masing pada menit ke-5, 10, 15, dan 20.

Pada uji flatfrom kelompok 1 mencit kontrol pada menit ke 5 memperoleh


hasil aktivitas aktif dengan jumlah sikap tubuh (grooming) 35, jumlah jengukan 21,
kecepatan nafas/menit 148. Pada menit ke 10 aktivitas masih aktif dengan jumlah
sikap tubuh (grooming) 24, jumlah jengukan 20, kecepatan nafas/menit 136. Pada
menit ke 15 aktivitas masih aktif dengan jumlah sikap tubuh (grooming) 22, jumlah
jengukan 20, kecepatan nafas/menit 136. Pada menit 20 aktivitas masih aktif dengan
sikap tubuh (grooming) 20, jumlah jengukan 19, kecepatan nafas/menit 131. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa aktivitas dari menit ke-5, 10, 15, 20 masih tetap aktif, dan
sikap tubuh (grooming) mengalami penurunan dari 35, 24, 22, 20, dan jumlah
jengukan juga mengalami penurunan dari 21, 20, 20, 19, dan kecepatan nafas/menit
mengalami penurunan juga dari 148, 136, 136, 131.

Dan dapat dilihat pada mencit kelompok 2 diberikan Fenobarbital dengan


dosis 40 mg/kgBB pada menit ke 5 memperoleh hasil aktivitas aktif dengan jumlah
sikap tubuh (grooming) 17, jumlah jengukan 20, kecepatan nafas/menit 140. Pada
menit ke 10 aktivitas masih aktif dengan jumlah sikap tubuh (grooming) 8, jumlah
jengukan 13, kecepatan nafas/menit 130. Pada menit ke 15 aktivitas masih aktif
dengan jumlah sikap tubuh (grooming) 1, jumlah jengukan 8, kecepatan nafas/menit
110. Pada menit ke 20 aktivitas kurang aktif dengan jumlah sikap tubuh (grooming) 0,
jumlah jengukan 0, kecepatan nafas/menit 102. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
aktivitas dari menit ke-5, 10, 15, 20 semakin lama menjadi kurang aktif, dan sikap
tubuh (grooming) mengalami penurunan dari 17, 8, 1, 0, dan jumlah jengukan juga
mengalami penurunan dari 20, 13, 8, 0, dan kecepatan nafas/menit mengalami
penurunan dari 140, 130, 110, 102. Hal ini disebabkan karena efek dari fenobarbital
pada yang dapat mengakibatkan gelisah dan depresi jika diberikan pada beberapa
individu dalam menit yang berbeda.

Dapat dilihat juga pada mencit kelompok 3 diberikan Fenobarbital dengan dosis 80
mg/kgBB pada menit ke 5 memperoleh hasil aktivitas aktif dengan jumlah sikap
tubuh (grooming) 10, jumlah jengukan 16, kecepatan nafas/menit 120. Pada menit ke
10 aktivitas masih aktif dengan jumlah sikap tubuh (grooming) 7, jumlah jengukan 6,
kecepatan nafas/menit 110. Pada menit ke 15 aktivitas kurang aktif dengan jumlah
sikap tubuh (grooming) 2, jumlah jengukan 1, kecepatan nafas/menit
100. Pada menit ke 20 aktivitas tidak aktif dengan jumlah sikap tubuh (grooming) 0,
jumlah jengukan 0, kecepatan nafas/menit 82. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
aktivitas dari menit ke-5, 10, 15, 20 semakin lama menjadi kurang aktif sampai tidak
aktif, dan sikap tubuh (grooming) mengalami penurunan dari 10, 7, 2, 0, dan jumlah
jengukan juga mengalami penurunan dari 16, 6, 1, 0, dan kecepatan nafas/menit
mengalami penurunan dari 120, 110, 100, 82. Dapat disimpulkan pada mencit bahwa
semakin tinggi dosis yang diberikan, obat sedatif hipnotik golongan barbiturate dapat
menekan pernapasan dan vasomotor di medula, menyebabkan koma dan kematian.

Pada uji rotarod, dilakukan pencatatan selisih waktu sejak mencit diletakkan
hingga jatuh dari rotarod dan memperoleh hasil data pada mencit kontrol >180 detik,
mencit kelompok 2 memperoleh hasil 32 detik, dan mencit kelompok 3 memperoleh
hasil 2 detik. Pada mencit kontrol bisa lebih bertahan lama lebih mencit kelompok 2
dan mencit kelompok 3, hal ini dikarenakan tidak adanya interaksi obat di dalam
tubuh mencit, sedangkan pada mencit kelompok 2 dengan dosis 40 mg/kgBB dapat
diamati bahwa penggerakan mencit disertai dengan semboyongan dikarenakan efek
sedatif hipnotik mulai berkerja dan pada mencit kelompok 3 dengan dosis lebih besar
dari mencit kelompok 2 yaitu 80 mg/kgBB, dapat dilihat bahwa mencit hanya mampu
bertahan pada rotarod selama 2 detik. Terjadi penurunan waktu yang dibutuhkan
mencit untuk jatuh lebih cepat apabila dosis obat dinaikan dan didapatkan hasil
mencit yang kurang aktif dan lemas karena efek dari fenobarbital. Hal ini
menunjukkan bahwa fenobarbital memiliki aktifitas sedasi pada mencit, sehingga
mencit dapat jatuh dari rotarod dengan cepat. Jatuhnya mencit akibat efek sedasi
terjadi karena menurunnya aktifitas motorik akibat proses depresi pada sistem saraf
pusat.

Pada uji hole board, mencit diletakkan di tengah hole board. Dilakukan
penghitungan jumlah jengukan kepala mencit ke dalam lubang selama 5 menit. Pada
mencit kontrol dapat dilihat bahwa mencit menjegukan kepala ke dalam lubang
sebanyak 18 kali, pada mencit kelompok 2 dengan dosis 40 mg/kgBB menjegukan
kepala ke dalam lubang sebanyak 10 kali, dan pada mencit kelompok 3 dengan dosis
80 mg/kgBB mencit sama sekali tidak menjengukan kepala ke dalam lubang. Hal ini

dikarenakan bahwa despresi sistem saraf pusat menyebabkan penurunan efektifitas


motorik sehingga rasa ingin tahu mencit melakukan jengukan berkurang.
BAB 5
KESIMPULAN DAN USULAN PENELITIAN

5.1 Kesimpulan
1. Kenaikan pemberian dosis Na-Phenobarbital dapat menyebabkan penurunan dari
keaktifan, sikap tubuh, jumlah jengukan, kecepatan nafas dari hewan coba mencit
dan memberikan efek sedatif dan hipnotik padan hewan coba mencit.
2. Fenobarbital merupakan obat sedatif hipnotik golongan barbiturat. Pemberian
pada individu lain pada keadaan tertentu dapat mengakibatkan timbulnya efek
samping yang tidak diinginkan sebelum timbulnya efek utama obat.
5.2 Usulan Penelitian
Dibutuhkan percobaan lain dengan metode yang berbeda agar hasil semakin
valid. Contoh 2 metode pengujian lain untuk mendapatkan hasil yang semakin
valid:
a. Metode Traction Test
Lengan hewan uji digantung pada sebuah kawat yang telah direntangkan secara
horizontal. Hasil yang di dapatkan seharusnya pada hewan uji yang abnormal akan
memerlukan waktu yang lama untuk membalikkan badan dan jatuh dari kawat,
sedangkan yang normal seharusnya lebih cepat reaksinya.
b. Metode Fireplace Test
Hewan diletakkan pada gelas silinder. Apabila hewan coba yang di uji normal
maka hewan uji akan segera kabur dari gelas silinder, sedangkan yang mendapat
efek sedasi akan tetap tinggal dalam waktu yang lama.
DAFTAR PUSTAKA

Nadzifa, I. 2010. Pengaruh air perasan bawang lanang (Allium sativum) terhadap kadar
glukosa darah dan gambaran histologi pankreas pada mencit (Mus musculus) diabetes
militus. Malang : Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2016. Farmakologi dan Terapi. 6th ed, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Husna, et al. 2017. Biomolecular Mechanism Of Anti Epileptic Drugs. Malang : Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 1995. Farmakologi dan Terapi 4th ed. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal : 124
Lampiran
pnnbuman keatdx mm+gkmD4n m<umanc
Eogm#ne ddak meibeh Nondu Iona fv7
inggaK Benyk kmn# Kv7 d obk meupeken
hsteomm Kv72/Kv 73 Eng sensMf ienhadap

Frome wk.2/gv7.3 adalah dT t t/prake ka dads neuron dan set g¥a meNTu\
dlbentuk oM segmen bra 55 danl satu transporter GABA yang Mezak dl membran [GAS
sulk dvsegmeo membran S6 dark subunit dl Terdapat ik«a c ga or str, v1 ›, lorww-
sebeNhnya. Rwbukaan kanaT akan membuat seas irong›orivry Bsz-:lYcAT-z, cA1 a, dan
for+er terpapar seh a ezogabk dapat zerk‹at GAT•#. ves/War GAS berfungsJ dalam
dan selan ya akan mensNbTW konformasJ transpo GABA dasNm vesJM sWpbk sebagâ
kanaT v T n per sw Ttosb sJnaptk‹. GAY1
dk‹ode oleh gen 5LC6AI, banyak dldapazW pada

wBA mengsakan neurotransmTter /nh/b+sJ Procdn \n\ terTeNk dT tennAal neuron GABA•ergk‹
/nterneuw IokaT, aga]a melalui resepto GABA• dan @aesus sB @Ta yang dekaz w sJnaps
A dan GABA•& fiase cor GABA•A mengsakan GB Y/agabTne pakan /nMbtO GAT •1
neuron dan gTN yaw sangat spesJM. InMtfls\ GAT •1
nerupaCan la‹get dark banyak OAK Resmgor oM dagab\ne mensupres\ transbkasT GABA
GABA•B merugeksn resegnr heDmnodFner G Wtrasel |tu Spleen Int user,
gmomh.cougMd yang mengakthas Canal kafum sehingga katkan kadar GABA ekszraseL

tmlgpCkstompok erssbutbsrpsenpendng daam


nmngnneoQgnMg omdan*aCuitrlnsum,

menjadi st/cdn/c semD/defiydz dv @utamag

transamRase Jan cigabatrin (GABA y •uiny9


domazepann, baflbtturat/'feaobaMta) beke#a pada aLzn menpbabRn ngLztan G48A dalam otak
tesegzor GABA•A sebagai n›oduIac‹x aThasWk yang berm&nz Vlg iatfin ddak meninJatfan
poutlt. Pada konsettttesl W@ I:•rbIturat dapn atau niempcrponjang respon s&tfik gag
ze$e EA . WgsUng d antarai olefi reseller GABAw batrR
wesupvn o4a wN«pn na »i adk dmat menlJatLzn ams tonlk no sinaptk reseller
GAB4•A. Nadu GAB4 Rtrasei yang dnggl akan
sgesD untuk sngp ‹esptoz GABAvt Eng
nmengendung subunt y2 dan secsra ak›steHk GABAekm mMngketdanmenngtatkenai
.+. uumJ rdor tssebtt ssWngga toim‹nes GABAA fabian angmda
REVIEW

’labo‹atorium$‹•ufo FaLutas RéOo#/ean|UnivesaasBcavñianm Watang lndones›a

antiepiiepsi masifi wrup>tan terapi utama untuls epilegsi. eémahamau nangenai farmacodinamik dan
farmakoXir 'tie obat-o6at tersebut can sangat memaantu aalam memiI;r oaat yant tepat sarta
mengembangkan peralitian untuk mengetahui iTiai‹anisme kerja obat lebir lanjut. klekanisme kerja aAE
dagat dikategz<ikan dalam empat J‹elr<npok utama: l i} moaulasi vantage-goted ia channels. termasuk
natnium,LaIsium. dan kalium ; tz) peningJcaan ‹nhiaisi cAaA m+laiui efek gada resaptQr cABx-A,
trar sponer sxz i sxBx, azau cx8/t trar saminue, j3l modu as a«gsung terhadap pofegasan s ncpt k
aperti SUZA dan A26; in {¥ i nhibisi Nina p eksitAsi M¥lâJMi W9gtor gIubdm#t iorwu spit I asu¥
.w AiaPA. aAE bekerja untuk” menyeimbarskan proses inhibisi aan aMirasi di dalam otax, Zahir ga

xata kunti: a E, mekanisme kerja, 4piIegsi

ore oii fns mninsfy at I heznpy /nr *props. zn ndeutmidirid- ‹J the p6orrri6eo mice and
plarr»nzori»erici @ rfim drugs wou/a £e cniy Inf in tfimn9 the zip r meat niion end develop n

i‹aresA‹•*te. nsi: Iuwhu sña@vm.ai!,tom

Anda mungkin juga menyukai