Anda di halaman 1dari 5

I.

Judul Laporan
Pengaruh pemberian terhadap absobsi pada mencit
II. WaktuPelaksanaan
Hari, Tanggal : Sabtu, 22 Februari 2020
Waktu : Pukul 09.00 – 13.00 WIB
Tempat : LaboratorumFarmakologiStikesAssyifa
Aceh

III. Tujuan Percobaan


 Mengenal cara-cara pemberian obat terhadap kecepatan absorpsinya, menggunakan
data farmakologi sebagai tolak ukurnya.
 Mempraktekkan cara-cara pemberian obat terhadap kecepatan absorpsinya,
menggunakan data farmakologi sebagai tolak ukurnya.
 Membandingkan cara-cara pemberian obat terhadap kecepatan absorpsinya,
menggunakan data farmakologi sebagai tolak ukurnya.

IV. Dasar teori


Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalamdosis
sesuai dapat menyembuhkan, meringankan, atau mencegah penyakit berikutgejalanya.
Beberapa obat dapat menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak
tepat pemberiannya. Rute pemberian obat terutama dipengaruhi oleh sifat obat,kestabilan
obat, tujuan terapi, kecepatan absorbsi yang diperlukan, kondisi pasien, keinginan pasien,
dan kemungkinan efek samping. Pemakaian obat dikatakantidak tepat apabila
kemungkinan untuk memberikan manfaat kecil atau tidak adasama sekali, sedangkan
kemungkinan manfaatnya tidak sebanding dengankemungkinan efek samping atau
biayanya(Nafis, et al, 2013). Perjalanan obat itu sendiri dalam tubuh melalui 4 tahap
(disebut fase farmakokinetik), yaitu : (Anief, 2007).
a) AbsorbsiYaitu pengambilan obat dari permukaan tubuh atau dari tempat-tempat
tertentudalam organ ke dalam aliran darah atau sistem pembuluh limfe. Dari
alirandarah atau sistem pembuluh limfe terjadi distribusi obat ke dalam
organismekeseluruhan. Karena obat baru berkhasiat apabila berhasil
mencapaikonsentrasi yang sesuai pada tempat kerjanya, maka suatu absorbsi yang
cukupmerupakan syarat untuk suatu efek terapeutik, sejauh obat tidak
digunakansecara intravasal atau tidak langsung dipakai pada tempat kerjanya.
Dikatakan cukup apabila kadar obat yang telah diabsorbsi tidak melewati batas
KTM,yaitu Kadar Toksik Minimum, namun masih beraa di dalam batas KEM,
yaituKadar Efektif Minimum.
b) Distribusi
Yaitu proses penyebaran zat aktif yang telah masuk ke peredaran darah keseluruh
tubuh, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
c) Metabolisme dan Ekskresi (Eliminasi)Obat harus melalui proses metabolisme
dahulu agar dapat dikeluarkan dari badan. Dimana pada saat inilah badan berusaha
merubahnya menjadi metabolityang bersifat hidrofil agar mudah dikeluarkan
melalui sistem ekskresi, misallewat anus, paru, kulit, dan ginjal.
Absorbsi sebagian besar obat secara difusi pasif, maka sebagai
barterabsorbsi adalah membran epitel saluran cerna, yang seperti halnya
semuamembran sel di tubuh kita, merupakan lipid bilayer. Dengan demikian,
agardapat melintasi membran sel tersebut, molekul obat harus memiliki
kelarutanlemak (setelah terlebih dulu larut dalam air) (Ganiswara, 2008).
Rute pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan obat yang masuk
kedalam tubuh, sehingga merupakan penentu keberhasilan terapi ataukemungkinan
timbulnya efek yang merugikan. Rute pemberian obat dibagi 2,yaitu enternal dan
parenteral.(Priyanto, 2008)
1) Jalur Enternal
Jalur enternal berati pemberian obat melalui saluran gastrointestinal
(GI),seperti pemberian obat melalui sublingual, bukal, rektal, dan oral.Pemberian
obat melalui oral merupakan jalur pemberian obat yang
paling banya digunakan karena paling murah, paling mudah, dan paling aman.Keru
gian dari pemberian obat melalui jalur enternal adalah absorbsinyalambat, tidak
dapat diberikan pada pasien tidak sadar atau tidak dapatmenelan.
2) Jalur Parenteral
Parenteral berarti tidak melalui enteral. Termasuk jalur parenteral
adalahtransdermal (topikal), injeksi, endotrakeal (pemberian obat ke dalam
trakea menggunakan endotrakeal tube), dan inhalasi. Pemberian obat melalui
jalur ini dapat menimbulkan efek sistemik atau lokal.

V. Alat, bahan dan hewan uji


a) Bahan :
Alprazolam 25mg
b) Alat :
 Wadah.
 Sarung tangan.
 Spuit injeksi dan jarum (1 ml).
 Stopwatch

c) Hewan uji :
Mencit dengan bobot badan sekitar 20-25 g

VI. Cara kerja


 Hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok, masing - masing 2 ekor.
 Hewan uji ditimbang untuk memperhitungkan volume diazepam yang akan diberikan.
 Diazepam diberikan pada hewan uji ditiapkelompok dengan cara oral, s.c., i.m.,
i.p., dan i.v.
 Hewan uji diamati dan dicatat waktuhilangnya reflek badan serta waktu
kembalireflek balik badan.
 Hewan uji dihitung onset dan durasi waktutidur Diazepam dari masing-masing kelompok.
 Bandingkan dengan uji statistik “analisavarian pola searah” dengan taraf
kepercayaan 95%.

VII.Hasil dan pembahasan


a) Hasil

Ket. Pemberian No. Hewan BB Vol. Pengamatan Perilaku Hewan


Pemberian
30 60 90 120 180 240
Oral III 23,82 0,12 1 2 3 4
Farenteral(Intra -1 14,12 0,09 1 3 4 4
peritonial)

b) Grafik

4.5
4
3.5
3
Aktivitas

2.5
Oral
2 Intra feritonial
1.5
1
0.5
0
0 30 60 90 120 180

Menit(Waktu)

c) Pembahasan

Pada pratikum ini melakukan percobaan pengaruh cara pemberian terhadap


absorbsi obat dengan hewan uji yaitu mencit. Obat yang diberikan yaitu diazepam yang
sifatnya larut dalam lemak, dengan dua cara pemberian yaitu peroral dan peritoneal.
Dari hasil pengamatan masing-masing kelompok diperoleh onset dan durasi yang
berbeda. Onset merupakan waktu mulai timbulnya efek setelah pemberian obat,
sedangkan durasi adalah waktu lamanya efek sampai efek obat tersebut hilang.
Berdasarkan teoritis onset yang paling cepat adalah intra peritoneal, 
dan per oral(Anief,2007). Sedangkan pada percobaan ditemukan yang memiliki onset
paling cepat yaitu intraperitoneal dengan rata-rata membutuhkan waktu 1 menit
dibandingkan oral 5menit. Sementara itu durasi yang paling singkat yaitu intra peritoneal 4
menit, dan per oral 6 menit.

Berdasarkan pengamatan maka hal ini tidak sesuai dengan teoritis. Adanya variasi onset


dan durasi dari tiap-tiap cara pemberian dapat disebabkan oleh beberapa hal, meliputi :

1. Kondisi hewan uji dimana masing-masing hewan uji sangat bervariasi


yangmeliputi produksi enzim, berat badan dan luas dinding usus, serta
prosesabsrobsi pada saluran cerna.
2. Faktor teknis yang meliputi ketetapan pada tempat penyuntikan dan banyaknya
volume pemberian pada hewan uji.

Dari pengamatan yang dilakukan didapatkan bahwa mencit yang telah kehilangan
reflek balik badan, kadang bangun dan melanjutkan aktivitasnya namun kemudian tidur
kembali. Hal inilah yang disebut dengan proses redistribusi obat dalam tubuh, yaitu proses
dimana obat dari tempat kerjanya menuju ke jaringan-jaringan yang lain merupakan
salah satu faktor yang dapat menghentikan kerja obat.

Dari test yang dilakukan pada percobaan terhadap homogenitas serta normalitas
terdapat homogenitas yang kurang dari 0,05 dan homogenitas lebih dari 0,05,
kemungkinan ada terjadi perbedaan yang bermaknaatau sentifikan pada pemberian dari
kelima rute pemberian terhadap onset dan hal ini sesuai dengan teoritis berdasarkan hasil
statistik. Apabila homogenitas dan normalitas didapatkan hasil yang lebih dari 0,05 maka
tidak ada perbedaan yang bermaknadari kelima rute pemberian tersebut.

VIII. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :


a) Cara pemberian obat berpengaruh terhadap kecepatan absorbsi obat, hal ini juga
berpengaruh terhadap onset dan durasi.
b) Onset yang paling cepat dari kelima cara pemberian secara berturut-turutyaitu oral
dengan rata-rata membutuhkan waktu 1 menit dibandingkan intra peritoneal 6 menit.
c) Durasi yang paling singkat dari kelima cara pemberian secara berturut-turut yaitu
intra muskular dengan rata-rata membutuhkan waktu kurangdari 1 menit, intra
peritoneal 4menit, dan per oral 6 menit.
d) Cara pemberian obat yang baik apabila onset yang dihasilkan cepat dan durasi dalam
obat panjang.
IX. Daftar pustaka

Anief.2007.  Farmasetika. UGM Press:Yogyakarta


Ganiswara,Sulistia G.2008.  Farmaologi dan Terapi Edisi Revisi  V. Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:Jakarta
 Nasif,H.,Yuned,M., dan Muchtar,H.(2013). Kajian Penggunaan Obat Intravena di SMF
Penyakit Dalam Dr. Achmad Mochtar Bukit tinggi. Jurnal Sains danTeknologi
Farmasi(Vol.18 No.1 ISSN 1410-0177). Fakultas Farmasi Universitas Andalas :
Padang
Priyanto.2008. Farmakologi Dasar Edisi II. Leskonfi:Depok

Anda mungkin juga menyukai