Anda di halaman 1dari 4

Diagnosis Stroke Hemoragik

Seorang pasien dapat didiagnosis mengalami stroke hemoragik berdasarkan gejala,


yang ditunjang dengan pemeriksaan. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah:

 CT scan atau MRI untuk mengetahui seberapa besar kerusakan jaringan pada
otak, serta angiografi otak untuk mengetahui perkembangan perdarahan yang
terjadi.
 Pemeriksaan cairan serebrospinal dengan mengambil cairan dari area otak dan
tulang belakang. Pemeriksaan ini hanya dilakukan jika hasil CT scan atau MRI
masih tidak memadai.
Penyakit epilepsi atau ayan adalah gangguan sistem saraf pusat akibat pola aktivitas listrik
otak yang tidak normal. Hal itu menimbulkan keluhan kejang, sensasi dan perilaku yang
tidak biasa, hingga hilang kesadaran.
Gangguan pada pola aktivitas listrik otak saraf dapat terjadi karena beberapa hal. Baik
karena kelainan pada jaringan otak, ketidakseimbangan zat kimia di dalam otak, ataupun
kombinasi dari beberapa faktor penyebab tersebut.

Gejala Epilepsi

Kejang merupakan gejala utama penyakit epilepsi yang terjadi saat timbul impuls
listrik pada otak melebihi batas normal. Kondisi tersebut menyebar ke area
sekelilingnya, dan menimbulkan sinyal listrik yang tidak terkendali. Sinyal tersebut
terkirim juga pada otot, sehingga menimbulkan kedutan hingga kejang.

Tingkat keparahan kejang pada tiap penderita epilepsi berbeda-beda. Ada yang hanya
berlangsung beberapa detik dan hanya seperti memandang dengan tatapan kosong,
atau terjadi gerakan lengan dan tungkai berulang kali.

Penyebab Epilepsi

Kejang pada penderita epilepsi dapat dipicu karena beberapa kondisi, contohnya stres,
kelelahan, atau konsumsi obat. Berdasarkan penyebabnya, epilepsi dapat digolongkan
menjadi:

 Epilepsi idiopatik, yaitu epilepsi yang penyebabnya tidak diketahui.


 Epilepsi simptomatik, yaitu epilepsi yang terjadi akibat suatu penyakit yang
menyebabkan kerusakan pada otak.

Epilepsi bisa terjadi pada semua usia, baik wanita atau pria. Namun, umumnya
epilepsi bermula pada usia anak-anak, atau malah mulai pada saat usia lebih dari 60
tahun. Epilepsi merupakan penyakit saraf yang paling banyak terjadi. Berdasarkan
data WHO tahun 2018, sekitar 50 juta penduduk di dunia mengalami gangguan ini.

Diagnosis Epilepsi

Diagnosis epilepsi dapat ditetapkan setelah dokter melakukan pemeriksaan fisik,


terutama kondisi saraf pasien, serta serangkaian tes untuk memastikan kondisi yang
abnormal pada otak. Setelah epilepsi terdiagnosis, penting untuk memulai pengobatan
secepatnya, dengan pengaturan pola makan dan pemberian obat.

Pengobatan Epilepsi

Pemberian obat secara tepat dapat menstabilkan aktivitas listrik dalam otak, serta
dapat mengendalikan kejang pada penderita epilepsi. Obat untuk menangani epilepsi
adalah obat jenis antiepilepsi.
Komplikasi Epilepsi

Epilepsi yang terjadi pada penderita di tempat-tempat yang tidak terduga, dapat
membuat penderita berisiko menderita cedera atau patah tulang akibat terjatuh saat
kejang. Selain bahaya cedera, penderita epilepsi dapat mengalami komplikasi seperti
epileptikus dan kematian mendadak.

Pemeriksaan fisisk umum dan neurologik


Hal – hal yang perlu diperiksa antara lain adanya tanda – tanda
dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi, misalnya
trauma kepala, infeksi telingan atau sinus, gangguan kongenital,
gangguan neurologik fokal atau difus, kecanduan alkohol atau
obat terlarang, dan kanker.
3) Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai dengan bukti – bukti
klinik dan/atau indikasi, serta bila keadaan memungkinkan untuk
pemeriksaan penunjang.
a) Pemeriksaan Elektroensefalografi (EEG)
b) Pemeriksaan pencitraan otak (brain imaging)
c) Pemeriksaan laboratorium

Anda mungkin juga menyukai