PERCOBAAN I
“PENGARUH CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORBSI OBAT”
Oleh :
Kuspuji Rahmatul Nazila
(NIM. 518020023)
A. Tujuan :
B. Pendahuluan
Untuk mencapai efek farmakologis seperti yang diharapkan, obat dapat diberikan
dengan berbagai cara. Diantaranya oral, subkutan, intra muskular, intra peritoneal,
rektal, dan intra vena. Masing-masing cara pemberian ini memiliki keuntungan dan
manfaat tertentu. Suatu senyawa atau obat efektif bila diberikan melalui salah satu
pemberian tetapi tidak atau kurang efektif jika diberikan melalui cara lain. Perbedaan ini
salah satunya disebabkan oleh adanya perbedaan dalam hal kecepatan absorbsi dari
berbagai cara pemberian tersebut, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap efek
atau aktivitas farmakologisnya.
Obat adalah bentuk sediaan tertentu dari bahan obat yang digunakan pada
organisme hidup dan dapat menimbulkan respon pada pemakainya. Beberapa obat
menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat pemberiannya. Rute pemberian obat
terutama dipengaruhi oleh sifat obat, kestabilan obat, tujuan terapi, kecepatan absorbs
yang diperlukan, kondisi pasien, keinginan pasien, dan kemungkinan efek samping.
a. Absorbsi, yaitu pengambilan obat dari permukaan tubuh atau dari tempat-
tempat tertentu dalam organ kedalam aliran darah atau sistem pembuluh
limfe. Dari aliran darah atau sistem pembuluh limfe terjadi distribusi obat
kedalam organism keseluruhan. Apabila berhasil mencapai konsentrasi yang
sesuai pada tempat kerjanya, maka suatu absorbs yang cukup merupakan
syarat untuk suatu efek terapeutik, sejauh obat tidak digunakan secara
intervasal atau tidak langsung dipakai pada tempat kerjanya. Dikatakan
cukup apabila kadar obat yang telah diabsorbsi tidak melewati batas KTM,
yaitu Kadar Toksik Minimum, namun masih berada di dalam batas KEM,
yaitu Kadar Efektif Minumum.
b. Distribusi, yaitu proses penyebaran zat aktif yang telah masuk ke peredaran
darah ke seluruh tubuh, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
c. Metabolisme dan Ekskresi (Eliminasi), yaitu proses yang dilalui obat agar
dapat keluar dari badan. Dimana pada saat inilah badan berusaha
merubahnya menjadi metabolit yang bersifat hidrofil agar mudah
dikeluarkan melalui sistem ekskresi, missal lewat kulit, anus dan ginjal
Absorbsi sebagian besar obat secara difusi pasif, maka sebagian barter absorbsi
adalah membrane epitel saluran cerna, yang seperti halnya semua membran sel ditubuh
kita adalah lipid bilayer. Agar dapat melintasi membran sel tersebut, molekul obat harus
memiliki kelarutan lemak (setelah terlebih dahulu larut dalam air) (Ganiswara, 2008)
Rute pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan obat yang masuk ke
dalam tubuh, sehingga merupakan penentu keberhasilan terapi atau kemungkinan
timbulnya efek yang merugikan. Rute pemberian obat dibagi menjadi 2, yaitu enternal
dan parenteral (Priyanto, 2008).
a. Jalur enternal, berarti pemberian obat melalui saluran gastrointestinal (GI)
seperti pemberian obat melalui sublingual, bukal, rectal dan oral. Pemberian
obat melalui oral merupakan jalur yang pemberian obat yang paling sering
digunakan karena paling murah, paling mudah dan paling aman. Kerugian
pemberian obat melalui enternal adalah absorbsinya lambat, tidak dapat
diberikan pada pasien tidak sadar atau tidak dapat menelan.
b. Jalur parenteral, berarti tidak melalui enternal. Termasuk jalur parenteral
adalah transdermal (topikal), inejksi, endotrakeal (pemberian obat kedalam
trakea menggunakan endotrakeal tube) dan inhalasi. Pemberian obat melalui
jalur ini dapat menimbulkan efek sistemik atau lokal.
C. Cara Kerja
Percobaan ini terdiri dari 2 bagian :
I. Mahasiswa melihat video tentang jalannya percobaan kemudian
mendiskusikannya.
II. Mahasiswa mengerjakan sendiri percobaan yang sama.
a. Bahan : Pentotal 1% b/v
b. Alat : Spuit injeksi dan jarum(1ml), jarum berujung tumpul (untuk
oral), sarung tangan dan Stopwacth.
c. Hewan Uji : Mencit atau tikus
d. Cara Kerja :
Dibagi menjadi 4
kelompok, masing-
masing kelompok
mendapat 5 mencit
Mencit ditimbang,
hitung volume obat
yang diberikan dengan
dosis 80mg/Kg BB
hilangnya reflek balik badan serta waktu kembalinya reflek balik badan. Hilangnya
reflek balik badan ditandai dengan hilangnya kemampuan hewan uji untuk
membalikkan badannya jika ia ditelentangkan (30 detik). Kembalinya reflek balik badan
telentang. Onset dihitung mulai waktu obat diberikan sampai timbul efek yang ditandai
dengan hilangnya reflek balik badan dari hewan uji, sedangkan durasi dihitung dari
mulai efek timbul sampai efek hilang yang ditandai dengan kembalinya reflek balik
badan dari hewan uji. Hitung onset dan durasi waktu tidur obat dari masing-masing
SPSS.
1. Hasil
Intramuscullar
Pada praktikum ini dilakukan pemberian obat pada mencit dengan rute yang
berbeda-beda yakni rute oral, intramuscullar, intraperitoneal, subcutan dan intravena.
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengenal, mempraktikkan dan
membandingkan pengaruh dari masing-masing rute pemberian terhadap kecepatan onset
dan durasinya. Obat yang digunakan pada praktikum ini adalah obat fenobarbital yang
telah disesuaikan dengan dosis konsepsi yang memiliki efek hipnotik, sedatif dan dapat
menekan sistem saraf pusat (SSP) yang menyebabkan hewan uji kehilangan kesadaran
sehingga onset dan durasi dari masing-masing rute pemberian lebih mudah untuk
diamati. Fenobarbital adalah obat golongan psikotropika yang penggunannya harus
dengan resep dokter. Obat ini memberikan efek sedative (meneangkan) terutama jika
dikonsumsi pada malam hari.
Onset adalah waktu antara pemberian obat hingga timbulnya efek, sedangkan
durasi adalah lama obat menghasilkan suatu efek terapi hingga hilangnya efek terapi.
Onset dan durasi ini sangat tergantung pada rute pemberian dan farmakokinetik obat
(ADME. Fase ini berperan dalam menentukan seberapa besar efek obat dalam tubuh.
Suatu obat mungkin lebih efektif jika diberikan melalui salah satu cara pemberian,
tetapi tidak atau kurang efektif melalui pemberian cara yang lain. Perbedaan ini salah
satunya dapat disebabkan oleh adanya perbedaan kecepatan absorpsi dari berbagai cara
pemberian obat tersebut. Konsekuensinya, efek farmakologi yang ditimbulkan juga
berbeda untuk masing-masing pemberian.
Hal pertama yang dilakukan adalah mempersiapkan alat dan bahan, yang
meliputi :
1. 5 ekor mencit, dimana masing-masing mencit akan diberikan rute pemberian
obat yang berbeda. Mencit dipilih sebagai hewan uji karena memiliki sistem
fisiologis yang mirip dengan manusia dan lebih mudah untuk diamati.
2. Obat fenobarbital yang sudah dibuat sesuai dengan dosis konsepsi
3. Spuit injeksi 5 buah untuk masing-masing rute pemberian.
4. Jarum sonde untuk pemberian oral.
5. Kapas alkohol untuk mensterilkan lokasi penyuntikan.
6. Sarung tangan untuk melindungi tangan dari gigitan mencit dan hal-hal
berbahaya lainnya.
Langkah kedua adalah melakukan penyuntikan terhadap masing-masing
mencit dengan rute pemberian yang berbeda, antara lain ;
1. Oral
Penyuntikan dilakukan dengan jarum suntik yang ujungnya tumpul untuk
menghindari dan meminimalisir terjadinya infeksiluka oleh jarum suntik. Jarum suntik
dimasukkan melalui mulut mencit secara perlahan melalui langit-langit kearah belakang
esophagus. Apabila jarum sudah masuk maka jarum tersebut didiamkan tanpa ditekan
akan masuk sendiri kedalam mulut mencit. Cairan kemudian dimasukkan sampailarutan
dalam jarum suntik habis.
Kondisi mencit sebelum diinjeksikan adalah sehat dan bergerak aktif. Waktu
onset dihitung dari saat pemberian obat hingga timbulnya efek pada mencit yang
ditandai dengan mencit sudah tidak bisa lagi membalikkan dirinya ketika
ditelentangkan. Sedangkan durasinya dihitung dari obat menimbulkan efek hingga
hilangnya efek pada obat tersebut.
Berdasarkan hasil percobaan, setelah diamati kurang lebih selama 3 jam, oral
merupakan rute pemberian obat yang memiliki onset paling lambat dan durasi paling
singkat. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa oral memiliki onset paling
lama karena obat harus melewati rute yang panjang dan mengalami berbagai peristiwa
sebelum mencapai tempat aksinya. Obat terlebih dahulu akan mengalami metabolism
pertama dilambung dan usus berupa perusakan enzim-enzim pencernaan.
- Keuntungan :
1. Relatih aman
2. Praktis, ekonomis
3. Meminimalisir ketidaknyamanan pada pasien dan dengan efek
samping yang kecil.
- Kerugian :
1. Bioavailibilitasnya dipengaruhi oleh banyak faktor
2. Iritasi pada saluran cerna
3. Kerja obat lebih lambat dan efeknya lambat
4. Obat yang terurai oleh cairan lambung/usus tidak bermanfaat
5. Absorpsi secara difusi pasif
2. Subcutan
Penyuntikan dilakukan dibawah kulit yang telah dilatasi dengan kapas alcohol
dengan jarum runcing. Penginjeksian subcutan hanya boleh dilakukan untuk obat yang
tidak menyebabkan iritasi jaringan. Cara ini termasuk cara pemberian parenteral (diluar
saluran pencernaan) sehingga setelah obat disuntikkan kebawah kulit, obat langsung
menuju ke saluran sistemik, Pada pemberian ini obat tidak mengalami metabolism
pertama karena tidak melalui pencernaan.
Injeksi dilakukan pada rongga perut mencit dengan sudut kontak agak miring
terhadap permukaan perut dari menit yang telah dilatasi kapas alkohol dengan spuit
berujung runcing. Jarum yang dimasukkan tidak boleh terlalu dalam agar tidak
menembus organ usus dan dapat berakibat kebocoran usus hingga berujung kematian.
Didalam rongga perut, obat akan diabsorbi dengan cepat karena mesentrium (sebagian
dari selaput perut) banyak pembuluh darah sehingga permukaan absorpsnya lebih luas.
Keuntungan : efek yang ditimbulkan lebih cepat dan teratur, dapat diberikan
pada penderita yang tidak sadar. Kerugian : Tidak dapat dilakukan pada manusia,
kemungkinan infeksi sangat besar.
5. Intravena
E. KESIMPULAN