Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN FARMAKOLOGI

PECOBAAN II

UJI ANALGETIK SECARA IN VIVO

Disusun Oleh :
Nama : ICA SANTIKA

Nim : P07120119062

Prodi : D3 KeperawatanTk 2B

POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN MATARAM

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MATARAM

T.A 2019/2020
PERCOBAAN II

UJI ANALGETIKA SECARA IN VIVO

Tujuan:

Mengenal, mempraktekkan dan membandingkan daya analgetika asetosad

parasetamol menggunakan metode rangsang kimia.

A.Tinjauan pustaka

Analgetik Analgetik adalah obatyang digunakan untuk meredakan rasa nyeri. Obat
analgetikdibagi ke dalam dua kelompok, yaitu obat golongan opioiddan NSAID. Golongan Opioid
bekerja pada sistem saraf pusat, sedangkan golongan NSAID bekerja di reseptor saraf perier dan sistem
saraf pusat.
Tramadol merupakan analgetik yang bekerja di sentral yang memiliki afinitas sedang pada
reseptor mu(μ)dan afinitasnya lemah pada reseptor kappa dan delta opioid.Obat golongan opioid sendiri
telah banyak digunakan sebagai obat anti nyeri kronis dan nyeri non-maligna.
Tramadol tergolong dalam opioid sintetik lemah, sehingga dapat berikatandengan reseptor morfin
pada tubuh manusia.Obat ini memiliki efektifitas yang sama dengan morfin atau miperidin walaupun
reseptor tramadol berjumlah lebih sedikit.
Tramadol mengikat reseptor μ-opiod, sehingga menyebabkan potensi kerja tramadol menjadi
lebih rendah bila dibandingkan dengan morfin.Reseptor opioid akan diaktifkan oleh peptide endogen dan
juga eksogen ligand. Reseptor-reseptor ini terdapat pada banyak organ, seperti thalamus, amygdala dan
juga ganglia dorsalis. Melalui pengikatan dengan neuron dopaminergik maka akan memodulasi terjadinya
hiperkarbia, hipoksemia, miosis dan juga pengurangan motilitas pada saluran cerna.Di hati, obat ini akan
mengalami konversi menjadi O-dysmetil tramadol, yang merupakan metabolit aktif yang memiliki
pontensi kerja yang lebih besar dibandingkan dengan tramadol. Obat ini dieksresi melalui ginjal.
Tramadol berwarna putih, pahit, berbentuk kristal dan tidak berbau. Rumus
BangunTramadol18Tramadol dapat diberikan secara oral, i.m. atau i.v. dengan dosis 50-100 mg dan
dapat diulang setiap 6-7 jam dengan dosis maksimal 400 mg per hari.19,20Kadar terapeutik dalam darah
berkisar antara 100-300 ng/ml. Obat ini dapat melakukan penetrasi pada sawar darah dengan baik,
sehingga konsentrasi tramadol dapat dihitung pada cairan serebrospinal.Tramadol 3mg/kg yang diberikan
secara oral, i.m. atau i.v. efektif pada pengobatan nyeri sedang hingga berat. Penurunan yang nyata
keadaan menggigil setelah operasi yang telah tercatat pada pasien yang ditangani dengan obat ini dan efek
depresi pernafasan yang minimal merupakan keuntungan dari obat ini. Tramadol memperlambat
pengosongan lambung, meskipun efeknya kecil dibandingkan dengan opioid lain.Selain itu, tramadol juga
dapat menyebabkan sensasi berputar, konstipasi, pusing, dan penurunan kesadaran. Penggunaan tramadol
sebaiknya dihentikan bila didapatkan gejala seperti kejang, nadi lemah, dan kesulitan bernafas.
Dibandingan dengan analgesik NSAID,Tramadol lebih aman untuk digunakan karena tidak
memiliki efek yang serius terhadap pencernaan, sistem koagulasi, dan ginjal. Obat ini bermanfaat pada
penanganan nyeri kronik karena obat ini tidak menyebabkan toleransi atau adiksi dan tidak berkaitan
dengantoksisitas organ utama atau efek sedatif yang signifikan. Obat ini juga bermanfaat pada pasien
yang mengalami intoleransi pada obat anti inflamasi non steroid. Kerugian tramadol antara lain
interaksinya dengan antikoagulan koumadin dan kejadian kejang. Oleh karena itu pada pasien epilepsi,
penggunaan tramadol sebaiknya dihindari. Selanjutnya efek samping tramadol yang paling sering terjadi
adalah meningkatnya insidensi mual dan muntah pada pasien perioperatif. Odansetron dapat mengganggu
10komponen analgesic pada tramadol karena efek pada reuptake dan pelepasan hydroxytryptamine
.Ketorolak merupakan salah satu obat analgetik dari golongan NSAIDyangmerupakan suatu grup yang
terdiri dari berbagai struktur kima yang memiliki potensi sebagai antiinflamasi, antipiretik dan analgetik.
Obat dengan golongan jenis ini bekerja melalui jalur siklooksigenase yang berdampak pada terjadinya
pencegahan sensitisasi nosiseptor perifer karena terjadinya hambatan biosintesis prostaglandin.Ketorolak
dapat diberikan secara oral, intramuskularatau intravena. Pemberian secara intratekal dan epidural tidak
dianjurkan. Obat ini memiliki potensi yang besar dalam menanggulangi nyeri berat akut, namun memiliki
aktifitas anti inflamasi yang sedang bila diberikan secara intra muscular dan intra vena. Ketorolak dapat
diberikan sebagai analgesik pasca operatif atau sebagai kombinasi bersama opioid.

B.Pendahuluan

Analgetika adalah obat atau senyawa yang dapat mengurangi rasa sakit atau nyerI.Secara

umum analgetika dibagi menjadi 2 golongan yaitu analgetika non narkotika atau

ntegumental analgesics (misalnya asetosal dan parasetamol) dan analgetika narkotika atau

visceral analgesics (misalnya morfin).

. Rasa nyeri tersebut terjadi akibat terlepasnya mediator nyeri (misalnya bradikinin, prostaglandin
Analgetika yang diberikan kepada penderita untuk mengurangi rasa nyeri, yang

ditimbulkan oleh berbagai rangsang nyeri seperti rangsang mekanis, kimia dan fisika)

dari nyeri diujung syaraf perifer atau tempat lain. Dari tempat-tempat ini selanjutnya

rangsang nyeri diteruskan ke pusat nyeri di korteks serebri oleh araf sensori melalui

sumsum tulang belakang dan talamus.Berdasarkan atas rangsang nyeri yang dipergunakan,

maka terdapat berbagai metode penetapan daya analgetika suatu obat. Salah satu diantaranya

menggunakan rangsang kimia sebagai penimbul rasa nyeri, seperti yang akan dipraktekkan

disini.

C. Bahan dan Alat

Bahan: Larutan CMC Na dalam air 1 %, supensi asetosal 1 % dalam CMCNa 1 %

atau suspensi parasetamol dalam CMCNa 1 %, larutan sterii asam asetat 1 % dan
hewan uji yang berupa mencit, umur 40-60 hari dengan berat 20-30 gram.

Alat: beker glass 1-2 liter dan stop watch , spuid nendle oral ukuran (27) ,kapas alkohol,handscoon.

D. Cara Percobaan

1. Mencit 15 ekor dibagi menjadi 3 kelompok.

2. Mencit kelompok I diberi suspensi parasetamol 1% dalam CMC Na 1%, dosis

konversi terapi pada manusia, melalui oral.

3. Mencit kelompok IIL, diberi suspensi asetosal 1% dalam CMC Na 1%, dosis

konversi terapi pada manusia, melalui oral

4. Mencit kelompok III (kontrol). diberi larutan CMC Na peroral dengan vo

dosis obat pada kelompok mencit perlakuan. volume

E. Pengumpulan Data

Setelah ketiga kelompok hewan uji mendapat perlakuan sesuai kelompOknya,

menit kemudian, seluruh hewan uii disuntik secara intra peritoneal larutan asam

asetat steril 1% v/v dosis 50 mg/kg BB. Beberapa menit kemudian mencit akan

menggeliat (perut kejang dan kaki depan ditarik ke depan ,kaki belakang ditarik ke

belakang,)

Dicatat kumulatif geliat yang timbul setiap selang 5 menit selama 60 menit.

Dihitung % proteksi terhadap asam asetat dengan rumus:

% Proteksi = 100 -(P/K x 100)

dimana

P= Jumlah kumulatif geliat mencit diberi obat analgetika

K= Jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi CMC Na (kontrol)


DATA PENGAMATAN UJI ANALGETIK

KELOMPOK Jumlah geliat mencit 60 menit

Paracetamol 17,6%
Asetamol 50%
CMC- Na 0%

F. Analisis Hasil

Bandingkan % proteksi asetosal dan parasetamol dengan uji t taraf kepercayaan 95%.

P
% proteksi = 100 ( - X 100 )
K

PEMBAHASAN

Analgetik adalah obat atau senyawa yang digunakan untuk mengurangi atau menghalau rasa sakit atau
nyeri.tujuan dari percobaan kali ini adalah mengenal ,mempraktikan,dan membandingkan daya analgetik
dari obat paracetamol dan asetosal menggunakan metode rangsangkimia. Percobaan ini dilakukan
terhadap hewan percobaan,yaitu tikus. Metode rangsang kimia digunakan berdasarkan atas rangsang nyeri
yang ditimbulkan oleh zat-zat kimia yang digunakan untuk penetapan gaya analgetik.

Percobaan menggunakan metode rangsangan kimia yang ditujukan untuk melihat respons tikus terhadap
steril asam asetat 50% yang dapat menimbulkan respons menggeliat dan menarik kaki ke belakang dari
tikus ketika menahan nyeri pada perut.

KESIMPULAN

Analgetik Analgetik adalah obatyang digunakan untuk meredakan rasa nyeri. Obat
analgetikdibagi ke dalam dua kelompok, yaitu obat golongan opioiddan NSAID. Golongan Opioid
bekerja pada sistem saraf pusat, sedangkan golongan NSAID bekerja di reseptor saraf perier dan sistem
saraf pusat.
Tramadol merupakan analgetik yang bekerja di sentral yang memiliki afinitas sedang pada reseptor
mu(μ)dan afinitasnya lemah pada reseptor kappa dan delta opioid.Obat golongan opioid sendiri telah
banyak digunakan sebagai obat anti nyeri kronis dan nyeri non-maligna
DAFTAR PUSTAKA

1. Domer, F.R., 1971, Animal Experiment in Pharmacologycal Analisys, 1 st ed., Charles

and Thomas Publisher, Illionis, pp. 275-316

2. H. Gerhard Vogel, 2002. Drug Discovery and Evaluation, Pharmacological Assays,

Springer, Jerman

Anda mungkin juga menyukai