Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DASAR

RUTE PEMBERIAN OBAT PADA HEWAN PERCOBAAN

Diajukan untuk memenuhi tugas Praktikum Farmakologi

Yang Dibimbing Oleh:


Ibu Aulia Nurfazri I.,M.Si

Disusun Oleh:

1. Rieztya Aliza (221FF03036)


2. Novela Janah Nurfitri (221FF03038)
3. Hera Hermawati (221FF03039)
4. Siti Nuraini (221FF03041)
5. Intan Meilani (221FF03043)

FA1

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

2023
MODUL 3

RUTE PEMBERIAN OBAT PADA HEWAN PERCOBAAN

1. Tujuan

Kompetensi yang Dicapai :

Mahasiswa mampu menjelaskan tentang metode pemberian zat uji pada hewan.

Tujuan Praktikum :

Setelah praktikum, mahasiswa diharapkan mampu:

Mengetahui dan melakukan metode pemberian zat uji pada hewan percobaan.

2. Prinsip

Prinsip praktikum ini adalah hewan percobaan dipegang dan diberikan perlakuan
dengan baik sehingga hewan merasa tetap tenang dan merasa aman.

3. Pendahuluan/ Dasar Teori

Dalam sebuah percobaan atau penelitian dengan menggunakan hewan uji, rute
pemberian obat menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan. Rute pemberian obat
secara umum dapat dibagi menjadi 2 yaitu rute pemberian enteral (oral, sublingual,
bukal, supositoria) dan rute pemberian parenteral (intravena, intramuskular,
subkutan, topikal, dsb.). Pemberian obat yang baik dan tepat pada hewan percobaan
dengan juga mempertimbangkan rute pemberian yang sesuai menjadi salah satu
kunci keberhasilan mendapatkan data percobaan atau penelitian yang baik.

Rute Oral

Sebagian besar obat yang tersedia saat ini dapat diberikan melalui rute mulut
(oral). Obat-obat yang dapat diberikan secara oral yaitu tablet, kapsul, pil, larutan,
atau suspensi. Obat yang diberikan melalui rute ini biasanya digunakan untuk
mendapatkan efek sistemik (systemic effect).
Rute Parenteral
Rute parenteral dapat didefinisikan sebagai rute pemberian obat yang diberikan
kedalam tubuh tanpa melalui sistem saluran pencernaan. Rute parenteral biasanya
memiliki onset of action yang lebih cepat bila dibandingkan dengan rute lainnya.

Rute pemberian obat (Routes of Administration) merupakan salah satu faktor


yang mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis anatomi
dan biokimia yang berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh karakteristik ini
berbeda karena jumlah suplai darah yang berbeda; enzim-enzim dan getah-getah
fisiologis yang terdapat di lingkungan tersebut berbeda. Hal-hal ini menyebabkan
bahwa jumlah obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan
berbeda, tergantung dari rute pemberian obat (Katzug, B.G, 1989).

Memilih rute penggunaan obat tergantung dari tujuan terapi, sifat obatnya serta
kondisi pasien. Oleh sebab itu perlu mempertimbangkan masalah-masalah seperti
berikut:

Bentuk sediaan yang diberikan akan mempengaruhi kecepatan dan besarnya obat
yang diabsorpsi, dengan demikian akan mempengaruhi pula kegunaan dan efek terapi
obat. Bentuk sediaan obat dapat memberi efek obat secara lokal atau sistemik. Efek
sistemik diperoleh jika obat beredar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah,
sedang efek lokal adalah efek obat yang bekerja setempat misalnya salep (Anief,
1990).

Efek sistemik dapat diperoleh dengan cara:

a. Oral melalui saluran gastrointestinal atau rectal


b. Parenteral dengan cara intravena, intra muskuler dan subkutan
c. Inhalasi langsung ke dalam paru-paru.

Efek lokal dapat diperoleh dengan cara:

a. Intraokular, intranasal, aural, dengan jalan diteteskan ada mata, hidung, telinga
b. Intrarespiratoral, berupa gas masuk paru-paru
c. Rektal, uretral dan vaginal, dengan jalan dimasukkan ke dalam dubur, saluran
kencing dan kemaluan wanita, obat meleleh atau larut pada keringat badan atau
larut dalam cairan badan
Rute penggunaan obat dapat dengan cara:

a. Melalui rute oral

b. Melalui rute parenteral

c. Melalui rute inhalasi

d. Melalui rute membran mukosa seperti mata, hidung, telinga, vagina dsb.

e. Melalui rute kulit (Anief, 1990).

Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil percobaan ialah


faktor internal dan faktor eksternal, adapun faktor internal yang dapat
mempengaruhi hasil percobaan meliputi variasi biologik (usia, jenis kelamin)
pada usia hewan semakin muda maka semakin cepat reaksi yang ditimbulkan,ras
dan sifat genetic, status kesehatan dan nutrisi, bobot tubuh, luas permukaan
tubuh.Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil percobaan meliputi
suplai oksigen, pemeliharaan lingkungan fisiologik (keadaan kandang, suasana
asing atau baru, pengalaman hewan dalam penerimaan obat keadaan ruangan
tempat hidup seperti suhu, kelembaban, ventilaasi, cahaya, kebisingan serta
penempatan hewan), pemeliharaan keutuhan struktur ketika menyiapkan
jaringan atau organ untuk percobaan.

4. Alat dan Bahan

Dalam praktikum ini hal -hal yang perlu dipersiapkan, antara lain:

1. Hewan percobaan (mencit dan tikus)


2. Jas laboratorium,masker, dan sarung tangan
3. Sonde oral, Spuit oral,dan spoit 1mL

Rute Pemberian Melalui Injeksi pada Tikus

Secara umum, rute pemberian obat pada tikus baik melalui rute oral, subkutan,
intramuskular, dan intravena sama seperti pada mencit.
Rute Pemberian dan Volume Maksimal pada Mencit dan Tikus

Rute pemberian dan volume maksimal pada hewan percobaan, yaitu mencit dan
tikus tersaji dalam tabel
Rute pemberian dan volume maksimal pada mencit.
Rute Pemberian Volume Maksimal
Intraperitoneal (IP) 2 ml/100g Bobot Badan (bb)
Subkutan (SK) 2,5 ml/100 g BB
Intramuskular (IM) (tidak disarankan) 0,05 ml/situs
Intravena (IV) 0,125 ml/100g BB
Peroral 1,0 ml/100g BB
Rute pemberian dan volume maksimal pada tikus.
Rute Pemberian Volume Maksimal
Intraperitoneal (IP) 2 ml/100g Bobot Badan (bb)
Subkutan (SK) 2 ml/100 g BB
Intramuskular (IM) 0,3 ml/situs
Intravena (IV) 0,5 ml/100g BB
Peroral 2,0 ml/100g BB; Maks. 5,0 ml
Intradermal 0,05 ml/situs

Cara Menghitung Konversi Dosis


Mencit Tikus Kelinci Manusia
(20g) (200g) (1,5kg) (70kg)
Mencit (20g) 1,0 7,0 27,80 387,9
Tikus (200g) 0,14 1 3,9 56,0
Kelinci (1,5kg) 0,04 0,25 1,0 14,2
Manusia 0,0026 0,018 0,07 1,0
(70kg)

Dalam sebuah percobaan atau penelitian dengan menggunakan hewan uji,


pemberian obat pembanding dan bahan yang akan kita teliti (misal ekstrak) perlu kita
perhitungkan dosis yang diberikan. Oleh karena itu, perlu diketahui konversi dari dosis
manusia ke dosis hewan uji
5. Prosedur Kerjaairan berisi obat diberikan menggunakansonde oral

Rute Pemberian Oral pada Mencit


Cairan yang berisi obat diberikan dengan menggunakan sonde oral.

Sonde oral di tempelkan pada langit- langit mulut atas mencit, secara perlahan di masukan
Sampai ke esofagus (sonde oral harus sejajar dengan esofagus), dan cairan obat segera di
masukkan setelah ada refleks menelan.

Teknik yang tidak tepat adalah leher dan kepala dalam kondisi tertekuk; sonde oral tidak
sejajar dengan esofagus

Rute Pemberian Melalui Injeksi pada Mencit

Injeksi Intraperitoneal (IP)

Harus di pastikan bahwa anda dapat melakukan restrain dengan baik terhadap hewan
percobaan

Posisikan hewan dengan kepala kearah bawah

Memutar area bagian panggul dan mengangkat kaki belakang agar area abdomen terekspose


Masukkan jarum dengan arah 30-40 derajat secara kranial ke arah abdomen, belakang
umbilikal, daerah lateral tubuh/midline. Penyuntikan tidak di lakukan di daerah yang terlalu
tinggi untuk menghindari penyuntikan pada bagian hati


Jika ada cairan teraspirasi: warna kuning menunjukan urin; warna hijau/kecoklatan
menunjukan adanya cairan lambung/saluran pencernaan.Bila ada aspirasi cairan, jarum
suntik hendaknya diganti dengan yang baru dan di lakukan penyuntikan pada sisi yang
berbeda.
Injeksi Subkutan (SK)

Menarik kulit hewan di belakang bahu, sampai terbentuk seperti tenda.

Masukkan jarum suntik kedalam jaringan subkutan dengan menggunakan jarum ukuran
27G/0,4mm.

Anda harus hati-hati untuk tidak menusukan jarum sampai melampaui batas kulit
subkutan.

Injeksi Intramuscular (IM)

Injeksi intramuscular pada hewan percobaan dilakukan dengan cara menyuntikan cairan obat
pada bagian paha posterior dengan jarum suntik No 24

Injeksi Intravena (IV)

Mencit di masukan ke dalam kandang restriksi (restrainer) mencit, dengan kondisi ekor yang
menjulur keluar.

Ekor dari mencit di elupkan kedalam air hangat (temperatur 28-30) agar pembuluh vena
ekor mengalami pelebaran/dilatasi, sehingga mempermudah pemberian obat ke dalam
pembuluh darah vema.C

Pemberian obat dilakukan dengan menggunakan jarum suntik No 24 sebelum menyuntikan


kedalam pembuluh darah vena.
Rute Pemberian Melalui Injeksi pada Tikus

Secara umum, rute pemberian obat pada tikus baik melalui rute Oral,subkutan
,intramuskular,dan intravena sama seperti pada mencit

Rute Pemberian dan Volume Maksimal pada Mencit dan Tikus

Rute pemberian dan volume maksimal pada hewan percobaan,yaitu mencit dan tikus tersaji
dalam tabel 3.1 dan tabel 3.2
6. Hasil Pengamatan

Rute Pemberian Dilakukan Tidak Boleh Dilakukan

Pemberian Obat menggunakan Teknik yang tidak tepat


jarum suntik yang ujungnya adalah leher dan kepala
tumpul dan Memegang mencit dalam kondisi tertekuk;
dengan menjepit bagian tekuk sonde oral tidak sejajar
menggunakan ibu jari dan jari dengan esofagus.
telunjuk, dan ekornya dijepit
diantara jari manis dan
kelingking

Rute Oral

Menarik kulit hewan dibelakang Apabila terdapat cairan


bahu, sampai terbentuk seperti keluar artinya titik injeksi
tenda. keliru, belum tepat di dalam
kulit mencit.
Masukkan jarum suntik kedalam
jaringan subkutan dengan
menggunakan jarum ukuran 27
G/0,4 mm.

Injeksi Subkutan (SK)

Harus dipastikan bahwa anda Penyuntikan tidak


dapat melakukan restraint dilakukan di daerah yang
dengan baik terhadap hewan terlalu tinggi untuk
percobaan. menghindari penyuntikan
pada bagian hati.
Posisikan hewan dengan kepala
kearah bawah

Memutar area bagian panggul


dan mengangkat kaki belakang
agar area abdomen terekspose.

Digunakan alkohol diaplikasikan


dengan kapas agar bagian kulit
jelas terlihat

Injeksi Intraperitoneal
7. Lampiran

1. Rute Obat secara Oral

2. Rute secara Injeksi Subkutan (SK)

3. Rute secara Injeksi Intraperitoneal (IP)


8. Pembahasan

Pada praktikum kali ini telah dilakukannya metode pemberian zat uji pada hewan. Rute
pemberian obat yang digunakan antara lain Rute Oral, Rute Intraperitoneal (IP), dan Rute Subcutan
(SC). Hewan yang digunakan berupa mencit. Mencit dipilih karena metabolisme dalam tubuhnya
berlangsung cepat sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai objek pengamatan. Sebelum
dilakukannya uji coba praktikkan diperlihatkan terlebih dahulu cara yang baik dalam
menghandling mencit. Dikarenakan apabila handling dilakukan dengan keliru, berpengaruh
dapat menimbulkan rasa sakit pada hewan mencit tersebut .

Pada pemberian zat uji melalui Rute Oral, alat yang digunakan untuk pemberian obat pada
mencit berupa jarum sonde, yang khusus untuk pemberian secara oral pada mencit, dengan ukuran
yang lebih kecil daripada jarum sonde untuk tikus. Diberikan cairan sebanyak 0,2ml menggunakan
sonde tersebut kepada mencit. Sonde perlu ditempatkan hingga ke esofagus, apabila ditempatkan
keliru mencit akan bereaksi dengan muntaj. Pemberian secara oral merupakan pemberian obat yang
paling mudah diantara pemberian obat yang lain, namun kerugiannya ialah banyak faktor yang dapat
mempengaruhi bioavailabilitasnya sehingga waktu onset yang didapat cukup lama.

Pada pemberian zat uji melalui Rute Intraperitoneal (IP), alat yang digunakan berupa
suntikan, dan disuntikan cairan berupa NaCl sebanyak 0,2ml melalui otot di perut kiri bawah mencit.
Jarum disuntikkan dari abdomen, yaitu pada daerah yang menepi dari garis tengah, dengan
tujuan agar jarum suntik tidak terkena kandung kemih dan tidak terlalu tinggi supaya tidak
terkena penyuntikan pada hati. Rute Intraperitoneal (IP) merupakan rute yang memberikan hasil
paling cepat kedua setelah intravena. Namun suntikan IP tidak dapat dilakukan pada manusia
dikarenakan bahaya injeksi dan adhesi terlalu besar.

Pada pemberian zat uji uji melalui Rute Subcutan (SC), alat yang digunakan berupa suntikan,
dan disuntikan cairan berupa NaCl sebanyak 0,2ml melalui bawah kulit pada daerah tengkuk dengan
mencubit tengkuk di antara jempol dan telunjuk. Rute Subcutan (SC) bila pada manusia dilakukan
untuk pemberian insulin dan vaksin, dan dilakukan pada paha bagian dalam, perut bagian bawah,
lengan atas bagian luar, lengan bawah bagian dalam. Perlu dilakukan dengan cepat untuk
menghindari pendarahan yang terjadi pada kepala mencit.

Khusus pada penyuntikan Rute Intravena (IV), dilakukan pada tikus. Dikarenakan bila
dilakukan pada mencit, ekor mencit terlalu kecil sehingga vena dari mencit tidak cukup jelas untuk
dipakai dalam praktikum penyuntikan intravena.

Cara pemberian obat melalui oral (mulut), subkutan, dan intraperitoneal, melibatkan proses
penyerapan obat yang berbeda-beda. Proses penyerapan dasar penting dalam menentukan aktifitas
farmakologis obat. Kegagalan atau kehilangan obat selama proses penyerapan akan mempengaruhi
aktifitas obat dan menyebabkan kegagalan pengobatan. (Siswandono dan Soekardjo, B., 1995)
9. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai rute pemberian obat pada
hewan coba, dapat disimpulkan setelah dilakukannya praktikum, praktikkan dapat
mengetahui dan melakukan metode pemberian zat uji pada hewan percobaan dengan baik.
Selain itu, pada praktikum kami melakukan dengan uji rute pemberian obat tiga cara
yaitu melalui oral, subcutan, dan intraveritonial. Kami melakukan pemberian obat pada
hewan coba mencit (Mus Musculus) ketika melalukan pemberian obat jangan ragu-ragu
karena jika kita ragu dalam memberikan obat pada mencit, akan menyebabkan mencit
menjadi stres kemungkinan mati.
Daftar Pustaka

Anief, M., 1990, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Citra Nur Mutiarahmi, Tyagita Hardaty, Rony Lesmana 2021. Penggunaan Mencit
Sebagai Hewan Coba di Laboratorium yang Mengacu pada Prinsip Kesejahteraan
Hewan. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran,

Hedrich, H. (Ed.) .2004. The laboratory mouse. Academic Press.

Katzung, B. G., 1989, Farmakologi Dasar dan Klinik, diterjemahkan oleh Staf Pengajar
Laboratorium Farmakologi, 287, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, EGC,
Jakarta.

Linus Seta Adi Nugraha. 2011. Cara dan Rute Pemberian Obat Pada Hewan Percobaan
Mencit. Laboratorium Farmakologi, Akademi Farmasi Theresiana, Semarang.

Putri Khair. Pemberian obat pada mencit

Siswandono dan Soekardjo, B., 1995, Kimia Medisinal, 230, Airlangga University Press,
Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai