Anda di halaman 1dari 18

LABORATORIUM BIOFARMASI FARMAKOLOGI

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM 4

TEKNIK PEMBERIAN SEDIAAN OBAT

OLEH :

NAMA : NURUL FAIZA MAHMUD

STAMBUK : 15020200099

KLS / KLP : C9C10 / 2 (DUA)

PJ MATERI : ULFAH AYU NINSIH

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2022
TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM 4

TEKNIK PEMBERIAN SEDIAAN OBAT

Petunjuk : Kerjakan tugas pendahuluan ini pada file Word !

1. Sebutkan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan saat melakukan pemberian obat
secara oral, intraplantar dan intraperitonial
 Oral
injeksi peroral yang seharusnya masuk ke saluran cerna tetapi justru masuk ke
paru-paru yang menyebabkan hewan coba lemas dan mati mendadak. Keadaan ini
tanpa disadari adalah sebuah perlakuan yang menyiksa hewan coba, walaupun
dilakukan tanpa kesengajaan. Untuk mencegah salah masuknya injeksi oral pada
saluran yang tidak diinginkan pada perlakuan. Pemberian injeksi secara oral pada
hewan coba dilakukan dengan alat suntik yang dilengkapi jarum oral atau sonde
oral (berujung tumpul). Hal ini untuk meminimalisir terjadinya luka atau cedera
ketika hewan uji akan diberikan sedian uji. Sonde oral ini dimasukkan ke dalam
mulut, kemudian perlahan lahan diluncurkan melalui langit-langit ke arah
belakang sampai esophagus kemudian masuk ke dalam lambung. Sebaiknya
sebelum memasukkan sonde oral, posisi kepala hewan coba adalah menengadah
dan mulutnya terbuka sedikit, sehingga sonde oral akan masuk secara lurus ke
dalam tubuh hewan coba. Cara pemberian yang keliru, masuk ke dalam saluran
pernafasan atau paru-paru dapat menyebabkan gangguan pernafasan dan
kematian pada hewan coba. (Filu Marwati Santoso Putri. 2018)
 Intraplantar
penyuntikan secara intraplantar pada telapak kaki kiri, spoit yang digunakan untuk
pemberian obat tidak boleh sampai ditembus kulit kakinya. Harus tembus pada daging
hewan coba.
 Intraperitonial
persatu kali pemberian setelah sampel darah diperoleh. Kalium Oksonat diinjeksikan
kedalam rongga perut tanpa mengenai organ lain, karena di dalam rongga perut kalium
oksonat akan langsung diabsorbsi ini dikarenakan rongga peritoneum mempunyai
permukaan absorbsi yang sangat. (Defritsevani Y. Umboh, dkk. 2019)

2. Jelaskan tahapan pemberian obat secara oral, intraperitonial, dan intraplantar pada
hewan coba tikus dan kelinci
1) Tikus dan Mencit
 Oral: Cairan obat diberikan dengan menggunakan sonde oral. Sonde oral
ditempelkan pada langit-langit mulut atas mencit, kemudian perlahan-lahan
dimasukkan sampai ke esofagus dan cairan obat dimasukkan. (Hendra
Stevani,2016)
 Intra peritonial: Pada saat penyuntikan, posisi kepala lebih rendah dari abdomen.
Jarum disuntikkan dengan sudut sekitar 100 dari abdomen pada daerah yang
sedikit menepi dari garis tengah, agar jarum suntik tidak
mengenai kandung kemih. Penyuntikan tidak di daerah yang terlalu tinggi untuk
menghindari terjadinya penyuntikan pada hati.(Hendra Stevani,2016)
 Intraplantar: Tikus ditimbang berat badannya terlebih dahulu kemudian diukur
volume kaki

 tikus sebelum perlakuan sebagai volume awal. Kemudian sediaan diberikan


peroral dan 1 jam kemudian setelah diberikan perlakuan, masing-masing telapak
kaki tikus diinduksi karagenan 1% sebanyak 0,2 ml secara subplantar sebelumnya
kaki tikus dibersihkan dengan alkohol 70%. Setelah 1 jam disuntikan karagenan,
volume kaki tikus diukur dengan menggunakan alat plestismometer untuk setiap
selang waktu 30 menit selama 3 jam pengamatan. Dicatat setiap hasil
pengukuran dan dihitung persentase penghambatan udem. Selanjutnya data
yang diperoleh dianalisis secara statistik terhadap volume telapak kaki tikus.
(Muhammad Isrul, dkk. 2020)
2) Kelinci
 Oral: Pemberian obat dengan cara oral pada kelinci dilakukan dengan
menggunakan alat penahan rahang dan feeding tube no 6-8. (Hendra
Stevani,2016)
 intraplantar :Cara penyuntikkan secara intraplantar hewan uji
denganpenginduksi seperti karagen, antigen asing dan asam arakidonat, yang
dapat mencetus proses inflamasi (ditandai dengan pembengkakan pada telapak
kaki hewan inflamasi).
 Intra peritoneal: Posisi diatur sedemikian rupa sehingga letak kepala lebih
rendah daripada perut. Penyuntikan dilakukan pada garis tengah di muka
kandung kencing. (Hendra Stevani,2016)

3. Isilah tabel volume maksimum larutan obat yang diberikan pada hewan coba , di
bawah ini
Cara pemberian dan volume maksimum dalam mililiter
Jenis Hewan dan BB
i.v i.m i.p s.c p.o

Mencit (20 – 30 g) 0.5 0.05 1.0 0.5-1.0 1.0

Tikus (100 g) 1.0 0.1 2.0-5.0 3.0-5.0 5.0

Hamster (50 g) - 0.1 1.0-5.0 2.5 2.5

Marmut (250 g) - 0.25 2.0-5.0 5.0 10.0

Merpati (300 g) 2.0 0.5 2.0 2.0 10.0

Kelinci (2,5 kg) 5.0-10.0 0.5 10.0-20.0 5.0-10.0 20.0

Kucing (3 kg) 5,0-10,0 1.0 10.0-20.0 5.0-10.0 50.0

Anjing (5 kg) 10.0-20.0 5.0 20.0-50.0 10.0 100.0

(Hendra Stevani, 2016)


DAFTAR PUSTAKA

Isrul Muhammad, dkk. 2020. “Uji Efek Antiinflamasi Infusa Daun Bayam Merah (Amaranthus
tricolor L.) Terhadap Tikus Putih (Rattus norvegicus) Yang Diinduksi Karagenan” dalam Jurnal Mandala
Pharmacon Indonesia Volume 6 Nomor 2. Kendari: STIKES Mandala Waluya Kendari.

Marwati Santoso Putri Filu. 2018. “Urgensi Etika Medis Dalam Penanganan Mencit Pada
Penelitian Farmakologi” dalam Jurnal Kesehatan Madani Medika Volume 9 Nomor 2. Yogyakarta:
STIKes Madani Yogyakarta

Stevani, Hendra. 2016. Praktikum Farmakologi. Jakarta: KEMENKES RI Pusdik SDM Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Umboh Defritsevani Y, dkk. 2019. “Uji Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Daun Gedi
Hijau (Abelmoschus manihot (L.) Medik) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus)”
dalam Jurnal Pharmacon Volume 8 Nomor 4. Manado: – Program Universitas Sam Ratulangi.

Anda mungkin juga menyukai