Anda di halaman 1dari 15

LABORATORIUM BIOFARMASI FARMAKOLOGI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM 4

“TEKNIK PEMBERIAN SEDIAAN OBAT”

OLEH :

NAMA MAHASISWA : M. YUSRIL

NIM : 15020200036

ASISTEN : ULFA AYU NINGSIH

LABORATORIUM BIOFARMASI FARMAKOLOGI


PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
2022
TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM 4

TEKNIK PEMBERIAN SEDIAAN OBAT

1. Sebutkan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan saat melakukan pemberian obat
secara oral, intraplantar dan intraperitonial
Jawab:
a. Oral :
Kebanyakan obat tersedia saat ini dapat diberikan melalui oral (mulut).
Obat dapat diberikan secara oral dalam benuk tablet, kapsul, bubuk, larutan
atau suspensi. Obat yang diberikan melalui rute oral biasanya digunakan
untuk mendapatkan efek sistemik. Obat-obat ini harus melalui saluran
pencernaan dan biasanya mengalami first pass metabolism.
b. Intraplantar :
Penyuntikan secara intraplantar dengan penginduksi seperti karagen.
c. Intraperitonial :
Walaupun metode ini jarang digunakan secara klinis, cara ini selalu
digunakan untuk memberikan obat pada hewan kecil. Dinding otot di
peritoneum (dibawah abdomen) sangat tipis dan usus memiliki banyak
pembuluh darah vaskuler. Ini berarti suntikan pada bagian tersebut akan
menyebabkan sedikit kesakitan, akan tetapi obat mudah diserap ke dalam
sistem peredaran darah. Tambahan lagi, obat yang bersifat iritan dan
bervolume besar dapat disuntikkan dibanding dengan cara-cara pemberian
lainnya.
(Lestari, 2016)
2. Jelaskan tahapan pemberian obat secara oral, intraperitonial, dan intraplantar pada
hewan coba tikus dan kelinci.
Jawab :
a. Oral
Mencit dan tikus :
Cairan obat diberikan dengan menggunakan sonde oral. Sonde
oral itempelkan pada langit-langit mulut atas mencit/tikus,
kemudian perlahan- lahan dimasukkan sampai ke esofagus dan
cairan obat dimasukkan.

Kelinci :
Pada umumnya pemberian obat dengan cara ini dihindari, tetapi bla dipakai
juga maka digunakan alat penahan rahang (mouth block) berupa pipa
kayu/plastic ang berlubang, panjang 12 cm, diameter 3 cm, dan diameter
lubang 7 mm. Mouth block diletakkan diantara gigi depan dengan cara
menahan rahang dengan ibu jari dan telunjuk. Masukkan kateter melalui
lubang pada mouth block sekitar 20-25 cm. untuk memeriksa apakah
kateter benar masuk ke esofagus buka ke trakea, celupkan ujung luar
kateter masuk ke trakea.
d. Intraperitonial
Mencit dan tikus :
Pada saat penyuntikan, posisi kepala lebih rendah dari abdomen. Jarum
disuntikkan dengan sudut sekitar 100 dari abdomen pada daerah yang sedikit
menepi dari garis tengah, agar jarum suntik tidak mengenai kandung kemih.
Penyuntikan tidak di daerah yang terlalu tinggi untuk menghindari terjadinya
penyuntikan pada hati.
Kelinci :
Pada kelinci diatur sedemikian sehingga letak kepala lebih rendah dari perut.
Penyuntikkan dilakukan pada garis tengah kandun kencing.
(Stevani, 2016)
e. Intraplantar
Cara penyuntikkan secara intraplantar hewan uji (tikus atau mencit) dengan
penginduksi seperti karagen, antigen asing dan asam arakidonat, yang
dapat mencetus proses inflamasi (ditandai dengan pembengkakan pada
telapak kaki hewan inflamasi).
(Tim Penyusun Departemen Farmakologi Farmasi, 2019)

3. Isilah tabel volume maksimum larutan obat yang diberikan pada hewan coba , di
bawah ini
Cara pemberian dan volume maksimum dalam mililiter
Jenis Hewan dan BB
i.v i.m i.p s.c p.o

Mencit (20 – 30 g) 0.5 0.05 1.0 0.5 – 1.0 1.0

Tikus (100 g) 1.0 0.1 2.0 – 5.0 3.0 – 5.0 5.0

Hamster (50 g) - 0.1 1.0 – 5.0 2.5 2.5

Marmut (250 g) - 0.25 2.0 – 5.0 5.0 10.0

Merpati (300 g) 2.0 0.5 2.0 2.0 10.0

Kelinci (2,5 kg) 5.0 – 10.0 0.5 10.0 – 20.0 5.0 – 10.0 20.0

Kucing (3 kg) 5.0 – 10.0 1.0 10.0 – 20.0 5.0 – 10.0 50.0

Anjing (5 kg) 10.0 – 20.0 5.0 20.0 – 50.0 10.0 100.0


DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2022.” Penuntun Farmakologi dan Toksikologi”.Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indinesia:


Makassar.

Lestari, Sitti. 2016. “Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi : Farmakologi dalam Keperawatan”. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, Pusdik SDM Kesehatan : Jakarta

Stevani, Hendra. 2016. “Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi : Farmakologi”. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Pusdik SDM Kesehatan : Jakarta

Tim Penyusun Departemen Farmakologi Farmasi. 2019. “Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi
USU”. Universitas Sumatera Utara : Meda

Anda mungkin juga menyukai