Anda di halaman 1dari 10

LABORATORIUM BIOFARMASI FARMAKOLOGI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

TUGAS PENDAHULUAN

TEKNIK PEMBERIAN SEDIAAN OBAT

OLEH :

NAMA : MUHAMMAD IRMANSYAH

STAMBUK : 15020200145

KELAS : C10

KELOMPOK :1

ASISTEN : ULFAH AYU NINSIH

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2022
TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM 4

TEKNIK PEMBERIAN SEDIAAN OBAT

Petunjuk : Kerjakan tugas pendahuluan ini pada file Word !

1. Sebutkan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan saat melakukan pemberian obat
secara oral, intraplantar dan intraperitoneal
JAWABAN :
 Pemberian secara oral
Percobaan dengan menggunakan hewan mencit atau tikus, pemberian obat
maupun sediaan dapat menggunakan teknik per oral. Pemberian obat secara
oral merupakan teknik paling umum dilakukan karena relatif mudah, praktis dan
murah. Namun ada beberapa kerugiannya yaitu: banyak faktor dapat
mempengaruhi bioavailabilitasnya (faktor obat, faktor penderita dan adanya
interaksi dalam absorbsi di saluran cerna). Sifat absorbsi obat mempunyai sifat-
sifat tersendiri.
(Nugroho, 2018)
 Pemberian secara intraplantar
Cara penyuntikkan secara intraplantar hewan uji (tikus atau mencit) dengan
penginduksi seperti karagen, antigen asing dan asam arakidonat, yang dapat
mencetus proses inflamasi (ditandai dengan pembengkakan pada telapak kaki
hewan inflamasi).
(Tim Penyusun Departemen Farmakologi Farmasi, 2019)
 Pemberian secara intraperitoneal
Teknik intraperitonial sering dilakukan mencit. Dengan menggunakan teknik
ini, mencit dipegang. Saat penyuntikkan berlangsung posisi kepala hewan uji
harus lebih rendah dari bagian abdomen.
(Nugroho, 2018)
2. Jelaskan tahapan pemberian obat secara oral, intraperitonial, dan intraplantar pada
hewan coba tikus dan kelinci.
JAWABAN :
Untuk Tikus
 Oral
Diberikan dengan alat suntik yang dilengkapi dengan jarum/kanula berujung
tumpul dan berbentuk bola. Jarum/kanula dimasukkan ke dalam mulut
perlahan-lahan, diluncurkan melalui langit-langit ke belakang sampai asofagus.
(Harmita & Maksum Radji, 2008)
 Intraperitonial
Pada saat penyuntikan, posisi kepala lebih rendah dari abdomen. Jarum
disuntikkan dengan sudut sekitar 100 dari abdomen pada daerah yang sedikit
menepi dari garis tengah, agar jarum suntik tidak mengenai kandung kemih.
Penyuntikan tidak didaerah yang terlalu tinggi untuk menghindari terjadinya
penyuntikan pada hati.
(Hendra Stevani, 2016)
 Intraplantar
Tikus yang telah dikelompokkan kemudian ditimbang dan diberi kode. Kaki tikus
diukur sebelum diberi pelakuan, dinyatakan sebagai volume awal. Tikus
disuntikkan karagenan 1% sebanyak 1 ml intraplantar kemudian volume kaki
tikus diukur menggunakan plestimometer setiap 1 jam selama 9 jam dan
dinyatakan sebagai volume tiap waktu.
(Ismail, dkk., 2022)
Untuk kelinci
 Oral
Pemberian oral pada kelinci dilakukan dengan pertolongan “mouth block” (alat
penahan rahang), berupa pipa kayu/plastic yang berlubang, panjang 12 cm
diameter 3 cm, dan diameter lubang 7 mm. Letakkan mouth block di antara gigi-
gigi depan dengan rahang dengan ibu jari dan telunjuk. Masukkan kateter
melalui lubang pada mouth block sekitar 20-25 cm. Untuk memeriksa apakah
kateter benar masuk ke esophagus dan bukan ke trakea, celupkan ujung luar
kateter masuk ke trakea
(Harmita & Maksum Radji, 2008)
 Intraperitonial
Posisi diatur sedemikian rupa sehingga letak kepala lebih rendah daripada
perut. Penyuntikkan dilakukan pada garis tengah di muka kandung kencing
(Hendra Stevani, 2016)
 Intraplantar
Cara penyuntikkan secara intraplantar hewan uji (tikus atau mencit) dengan
penginduksi seperti karagen, antigen asing dan asam arakidonat, yang dapat
mencetus proses inflamasi (ditandai dengan pembengkakan pada telapak kaki
hewan inflamasi).
(Tim Penyusun Departemen Farmakologi Farmasi, 2019)

3. Isilah tabel volume maksimum larutan obat yang diberikan pada hewan coba , di
bawah ini :
JAWABAN :
Cara pemberian dan volume maksimum dalam milliliter
Jenis Hewan dan BB
i.v i.m i.p s.c p.o

Mencit (20 – 30 g) 0,5 0,1 1,0 1,0 1,0

Tikus (100 g) 1,0 0,2 5,0 5,0 5,0

Hamster (50 g) 0,5 0,1 2,0 2,5 2,5

Marmut (250 g) 1,0 0,25 5,0 5,0 10,0

Merpati (300 g) 2,0 0,5 2,0 2,0 10,0

Kelinci (2,5 kg) 10,0 2,0 20,0 10,0 20,0

Kucing (3 kg) 10,0 1,5 20,0 10,0 50,0

Anjing (5 kg) 20,0 5,0 50,0 10,0 100,0

(Siswandono, 2016) & (Diah Kusumawati, 2004)


DAFTAR PUSTAKA

Diah Kusmawati. 2004. Bersahabat Dengan Hewan Coba. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press
Harmita, dan Radji, M., 2008. Buku Ajar Analisis Hayati Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Ismail, R., & Abdullah, A. (2022). Analisis Efektivitas Pleiotropik Antiinflamasi Simvastatin Pada
Tikus Putig (Rattus Norvegicus). Jurnal Kesehatan Tambusai, 3(2), 304-308.
Nugroho, R.A., 2018. Mengenal Mencit Sebagai Hewan Laboratorium. Samarida : Universitas
Mulawarman Press
Stevani, Hendra. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi : Farmakologi. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan
Siswandono. 2016. Kimia Medisinal 1 Edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press
Tim Penyusun Departemen Farmakologi Farmasi. 2019. Farmakologi dan Toksikologi Fakultas
Farmasi USU. Medan : Universitas Sumatera Utara
BUKTI LITERATUR

Anda mungkin juga menyukai