Anda di halaman 1dari 16

PERCOBAAN I

PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan

Setelah menyelesaikan percobaan ini mahasiswa diharapkan :

1. Mampu menangani hewan mencit, tikus, kelinci, marmot dan katal


untuk percobaan farmakologi.
2. Mengetahui cara menangani hewan secara manusiawi serta faktor-
faktor yang mempengaruhi responnya.
3. Mengetahui sifat-sifat hewan percobaan

Teori

Dalam praktikum farmakologi, percobaan dilakukan terhadap


hewan hidup, karena itu hewan harus di perlakukan secara manusiawi,
yaitu antara lain dengan mengetahui sifat-sifat hewan tersebut. Perlakuan
yang tidak wajar terhadap hewan percobaan dapat menimbulkan
penyimpangan-penyimpangan dalam hasil pengamatan.

Karakteristik beberapa hewan percobaan yang sering digunakan dalam


praktikum farmakologi.

1. Mencit
- Penakut dan fotofobik
- Cenderung sembunyi dan berkumpul dengan sesamanya
- Mudah ditangani
- Lebih aktif pada malam hari
- Aktifitas terganggu dengan adanya manusia
- Suhu normal badan 37,4 ᵒC
- Laju respirasi : 163 / menit
2. Tikus
- Sangat cerdas
- Mudah ditangani
- Tidak begitu bersifat fotofobik
- Lebih resisten terhadap infeksi
- Kecenderungan berkumpul dengan sesama sangat kurang
- Jika makanan kurang atau diperlakukan secara kasar akan
menjadi liar, galak dan menyerang si pemegang
- Suhu normal badan 37,5ᵒC
- Laju respirasi 210 / menit
3. Kelinci
- Jarang bersuara kecuali merasa nyeri
- Jika merasa tak aman akan berontak
- Suhu rektal umumnya 38 - 39,5˚C
- Suhu berubah jika ada perubahan lingkungan
- Laju respirasi 38 - 65 / menit, umumnya 50 / menit pada
kelinci dewasa normal
4. Marmot
- Jinak, mudah ditangani, jarang menggigit
- kulit halus dan berkilat
- bila dipegang, bulu tebal dan kuat tapi tidak kasar
- tidak mengeluarkan cairan di hidung dan telinga
- laju denyut jantung 150 – 160 / menit
- laju respirasi 110 – 150 / menit
- suhu rektal 39 – 40ᵒC
5. Katak
- kulit lembab dan licin

Volume pemberian obat pada hewan percobaan


Volume cairan yang diberikan pada hewan percobaan harus
diperhatikan tidak melebihi jumlah tertentu.
Dalam Tabel 1 diberikan beberapa jumlah batas volume yang dapat
diberikan pada hewan percobaan.
Tabel 1. Batas Maksimal volume untuk rute pemberian pada hewan
percobaan
Hewan Batas maksimal (ml) untuk rute pemberian
percobaan
Iv Lm Ip Sc Po
Mencit 0,5 0,05 1 0,5 1
Tikus 1 0,1 3 2 5
Kelinci 5-10 0,5 10 3 20
Marmot 2 0,2 3 3 10
( M. Boucard, et al, Pharmacodynamics, Guide de Travaux Pratiques,
1981 – 1982)
Untuk senyawa yang tidak larut di buat suspensi dengan gom arab dan
diberikan dengan rute pemberian oral.

Penggunaan dosis pada hewan percobaan


Untuk memperoleh efek farmakologis yang sama dari suatu
obat pada setiap spesies hewan percobaan, diperlukan data mengenai
penggunaan dosis secara kuantitatif. Hal demikian akan lebih diperlukan
bila obat akan dipakai pada manusia, dan pendekatan terbaik adalah
dengan menggunakan perbandian luas permukaan tubuh. Beberapa
spesies hewan percobaan yang sering digunakan, dipolakan perbandingan
luas permukaannya seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan
(Untuk Konversi Dosis)
20g 200 g 400 g 1,5 kg 2 kg 4 kg 12 kg 70 kg

Mencit Tikus Marmot Kelinci Kucing Kera Anjing Manusia

20 g
Mencit 1,0 7,0 12,29 27,8 23,7 64,1 124,2 387,9
200 g
Tikus 0,14 1,0 1,74 3,3 4,2 9,2 17,8 56,0
400 g
Marmot 0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5

1,5 kg
Kelinci 0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2
2 kg
Kucing 0,03 0,23 0,41 0,92 1 2,2 4,1 13,0
4 kg
Kera 0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1
12 kg
Anjing 0,008 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1
70 kg
Manusia 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,13 0,16 0,32 1,0

( Laurence and Bacharach, A.L., Evalution o, Drug Activities :


Pharmacometris, 1964)

Cara penggunaan tabel :


Bila diinginkan dosis absolut pada manusia 70 kg dari data
dosis pada anjing 10 mg/kg (untuk anjing dengan bobot badan 12 kg),
maka dihitung terlebih dahulu dosis absolut pada anjing, yakni (10 x 12) =
120 mg.
Dengan mengambil faktor konversi pada Tabel 2, diperoleh dosis untuk
manusia, yaitu ( 120 x 3,1 ) = 372 mg. Dengan demikian dapat diramalkan
efek farmakologis suatu obat yang timbul pada manusia dengan dosis 372
/ 70 kg BB adalah sama dengan yang timbul pada anjing dengan dosis 120
/ 12 kg BB dari obat yang sama.

Faktor- faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil


percobaan:
1. Faktor Internal
- Variasi biologik ( usia,jenis kelamin )
- Ras dan sifat genetik
- Status kesehatan dan nutrisi
- Bobot tubuh
- Luas permukaan tubuh
2. Faktor Eksternal
- Suplai oksigen
- Pemelihara lingkungan fisiologik dan isoosmosis
- Pemelihara keutuhan struktur ketika menyiapkan jaringan atau
organ untuk percobaan
3. Faktor lainnya
- Keadaan kandang
- Suasana asing atau baru
- pengalaman hewan dalam penerimaan obat
- keadaan ruang tempat hidup (suhu, kelembaban, ventilasi, cahaya,
kebisingan)
- penempatan hewan

Bahan dan alat


Hewan percobaan : -mencit - sarung tangan
- tikus - alat suntik
Prosedur
1 Mencit
1.1 Cara Perlakuan
- Mencit diangkat ujung ekornya dengan tangan kanan, letakan
pada permukaannya tidak licin misalnya kasa, ram kawat,
sehingga kalau ditarik mencit akan mencengkram, seperti
terlihat pada Gambar 1.1.
- Telunjuk dan ibu jari tangan kiri menjepit kulit tengkuk
sedangkan ekornya masih di pegang dengan tangan kanan.
Kemudian posisi tubuh mencit dibalikan sehingga permukaan
perut menghadap kita dan ekor di jepitkan antara jari manis dan
kelingking tangan kiri, seperti terlihat pada Gambar 1.1 di
bawah ini.

Gambar 1.1
Sumber : The Laboratory Mouse
1.2 Cara pemberian obat
- Oral : Diberikan dengan sonde oral yang ditempelkan
pada langit-langit atas mulut mencit, kemudian
masukan pelan- pelan sampai ke esopagus.

Gambar 1.2.1
Sumber : The Laboratory Mouse

- Sub kutan : Diberikan di bawah kulit dan di daerah tengkuk


dengan suntikan.

Gambar 1.2.2
Sumber : The Laboratory Mouse

- Intravena : Diberikan melalui vena ekor dengan jarum


suntik no.24

Gambar 1.2.3
Sumber : The Laboratory Mouse
- Intramuskular : Disuntikan pada paha posterior seperti Gambar
1.2.4
- Intraperitonial : Mencit dipegang dengan cara seperti Gambar
1.2.5 tetapi kepala agak kebawah abdomen.
Jarum suntik dengan sudut 10ᵒ dari abdomen
agak ke pinggir, untuk mencegah tertekannya
kandung kemih dan apabila terlalu tinggi akan
mengenai hati.

1.3. Anestesi

Gambar 1.2.4. Intramuskular Gambar 1.2.5. Intraperitonial


(Sumber : The Laboratory Mouse

Volume penyuntikkan untuk mencit umumnya 1ml/100 gBB. Kepekatan


larutan obat yang disuntikkan disesuaikan dengan volume yang dapat
disuntikkan tersebut.

1.1. Anastesi
Senyawa-senyawa dan cara yang dapat digunakan adalah: eter dan
karbondioksida. Letakan obat dalam wadah deksikator, kemudian hewan
dimasukan kedalam wadah tertutup. Bila hewan sudah kehilangan
kesadaran maka hewan dikeluarkan dan siap dibedah. Penambahan
selanjutnya bisa diberikan dengan bantuan kapas sebagai masker.

Halotan
Didigunakan untuk anestesi yang lebih lama.

Pentobarbital natrium dan heksobarbital natrium.


Dosis pentobarbital natrium adalah 45 mg – 60 mg / kg untuk pemberian
intraperitonial, dan 35 mg / kg untuk cara pemberian intravena. Dosis
heksobarbital natrium adalah 75 mg / kg untuk intra peritonial dan 47 mg
/ kg untuk pemberian intra vena.
Uretan (etil karbamat)
Bentuk larutan 25% dalam air diberikan dengan dosis 1000 – 1250 mg /
kg secara intraperitonial.

1.4. Cara mengorbankan


- Pemberian dosis CO₂ YANG MEMATIKAN
- Pemberian Pentobarbital-Na tiga kali dosis normal (135 – 180
mg / kg BB)
- Dislokasi leher
Hewan dipegang pada ekornya, kemudian ditempatkan pada
permukaan yeng bisa dijangkaunya. Dengan demikian hewan
tersebut, akan meregangkan badannya. Pada tengkuknya kemudian
ditempatkan suatu penahan, misalnya pensil yang di pegang dengan
satu tangan. Tangan lainnya kemudian menarik ekornya dengan
keras, sehingga lehernya akan terdislokasi dan mencit akan
terbunuh, seperti Gambar 1.4.

Gambar 1.4.
(Sumber : The Laboratory Mouse)
2. Tikus
2.1. Cara perlakuan
- bisa dilakukan seperti ini, tetapi pegangannya pada bagian tengkuk
bukan dengan memegang kulitnya, bisa juga dengan menjepit leher
dengan jari tengah dan telunjuk. Lihat gambar 2.1 dan gambar 2.2.

Gambar 2.1 Gambar 2.2

2.2. Cara pemberian obat


- oral, iv, im, ip seperti pada mencit
- sub kutan : Dibawah kulit abdomen, dibawah telapak kaki.
Volume penyuntikkan paling baik untuk tikus adalah 0,2-0,3 ml /
100gram bobot badan.

2.3. anastesi
Senyawa dan caranya sama dengan anastesi pada mencit.

2.4. cara pengorbankan


- cara kimia : Dengan menggunakan CO₂ Eter dan pentobarbital
dengan dosis yang sesuai
- Cara fisik :
Letakkan tikuss di atas sehelai kain, kemudian bungkuslah badan
tikus termasuk kedua kaki depannya. Bunuhlah dengan salah satu
cara berikut :
Pukullah bagian belakang telinganya dengan tongkat.
Peganglah tikus dengan perutnya menghadap keatas, kemudian
pukullah bagian belakang kepalanya pada mermukaan yang keras
seperti meja atau permukaan logam, dengan sangat keras.
3. Kelinci
3.1. cara perlakuan
Harus perlakuan halus tapi sigap, karena ia cenderung berontak.
Untuk menangkap atau memperlakukan kelinci jangan dengan
mengangkat pada telinganya, tetapi dengan cara memegang kulit
dengan tangan kiri, kemudian pantatnya di angkat dengan tangan
kanan dan didekapkan ke dekat tubuh seperti gambar 3.1 dan 3.2

Gambar 3.1 Gambar 3,2

3.2. Cara pemberian obat


Oral : dengan sonde oral dengan bantuan alat penahan rahang
dan feeding tube no.6-8.
Subkutan : di kulit bagian pinggang atau tengkuk. Caranya angkat
kulit dan tusukkan jarum dengan arah anterior.
Gambar 3.3
.(Sumber : The Norwegian Reference Centre for Laboratory Animal Science & Alternative)

Intravena : di vena marginalis seperti terlihat pada gambar 3.2.


sebelumnya telinganya dibasahi dengan alkohol atau air panas.
Intramuskular : dilakukan pada otot kaki belakang
Intraperitoneal : posisi kelinci diatur sedemikian rupa sehingga letak
kepala lebih rendah daripada perut. Penyuntikan
dilakukan pada garis tengah di muka kandung kencing,

Gambar 3.3.
.(Sumber : The Norwegian Reference Centre for Laboratory Animal Science & Alternative)

3.3. Anastesi
Senyawa dan cara yang digunakan adalah pentobarbital natrium
disuntikan secara perlahan-lahan. Dosis untuk anastesi umum adalah 22
mg / kg BB. Untuk anastesi singkat diambil ½ dari dosis di atas, ditambah
eter.

3.4. Cara mengorbankan


- Dengan CO₂
- Injeksi pentobarbital-Na 350 mg
- Dislokasi leher
Caranya : pegang kaki belakan kelinci dengan tangan kiri sehingga
badan dan kepalanya tergantung ke bawah menghadap kekiri.
Pukullah sisi telapak tangan kanan dengan keras pada tengkuk
kelinci. Seperti terlihat pada gambar 3.3. selain itu dapat juga
digunakan alat, misalnya tongkat.

4. Marmot
4.1. Cara pemberian
Marmot dapat diangkat dengan jalan memegang badan bagian atas dengan
tangan yang satu dan memegang bagian belakangnya dengan tangan yang
lain seperti pada Gambar 4.1

Gambar 4.1.
4.2. Cara pemberian obat
Oral : Dengan sonde oral (hewan harus di anastesi ) volume
5 ml atau enam bahan makanan lain.
Intradermal : Bulu marmot pada daerah yang akan disuntikan
dicukur dulu. Suntikkan sedalam ± 2 cm ke dalam kulit.
Subkutan : Angkat bagian kulit dengan mencubit. Tusukkan
jarumnya ke bawah kulit dengan arah paralel dengan
otot dibawahnya.
Intraperitoneal : Marmot dipegang perutnya sedemikian sehingga
perutnya agak menjolok ke muka. Jarum suntik di
suntikan seperti subkutan, tetapi sesudah masuk
kedalam kulit, jarum akan ditegakkan sehingga
menembus lapisan otot masuk ke dalam daerah
peritonium.
Intramuskular : jarum dimasukkan melalui kulit dan diarahkan pada
jaringan otot, jangan terlalu dalam sampai menyentuh
tulang paha. Daerah penyuntikan adalah otot paha
bagian posterior – lateral
Intravena : jarang digunakan

4.3. Anastesi
Yang digunakan biasanya eter dan pentobarbital natrium. Eter digunakan
untuk anastesi singkat, setelah hewan dipuasakan selama 12 jam. Dosis
pentobarbital natrium adalah 28 mg / kg.

4.4. Cara mengorbankan


Dapat dilakukan secara kimiawi dengan CO₂, tetapi cara yang paling
umum dan cepat adalah dengan mematahkan lehernya.
Caranya :-dengan pukulan keras pada tengkuk
-dengan memukul belakang kepalanya pada permukaan
horizontal keras
-dislokasi dengan tangan

5. Katak
5.1. Cara perlakuan
Katak dipegang pada leher / punggung, karena kulit licin harus
menggunakan lap kasar.
5.2. Cara pemberian obat
Oral : dengan memakai spatula, mulutnya di tutup, diurut – urut
sedikit agar obatnya masuk
Lokal : absorpsi pada kulit, misalnya uretan
Parental : Cairan obat disuntikkan ke dalam lambung limfa ventral /
dorsal memakai jarum hipodermik no 12/177 ke bagian tengah
tubuh secara perlahan

5.3. Anestesi
Katak direndam dalam 1% uretan sampai teranestesi sempurna, atau
disuntikan larutan uretan 35% secara intra peritonial.

5.4. Cara mengorbankan


Pegang kaki belakang, peganglah pada ujung logam atau permukaan yang
keras.
Pertanyaan
1. Sebutkan keuntungan serta kerugian pemakaian masing-masing hewan
tersebut diatas.
2. Mencit adalah hewan yang paling banyak digunakan dalam percobaan
di laboratorium, mengapa ?

3. Faktor-faktor apa yang perlu diperhatikan dalam memilih spesies


hewan percobaan yang bersifat skrining ataupun pengujian suatu efek
khusus

Telah diperiksa asisten


Tanggal :
Nilai :
Paraf Asisten :

Anda mungkin juga menyukai