Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

Eksperimen Dasar
Faktor yang Mempengaruhi Efek Farmakologi
(Variasi Biologi dan Kelamin)

Disusun Oleh :
Nama : Esa Yuni Milenia
Nim : 18330098
Kelas : C

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI S1
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Percobaan


Metabolisme obat secara normal melibatkan lebih dari satu proses enzimetik
& kimiawi sehingga metabolit yang dihasilkan lebih dari satu. Jumlah metabolit
ditentukan oleh kadar & aktivitas enzim yang berperan pada proses metabolisme.
Kecepatan metabolisme dapat menentukan intensitas & memperpanjang kerja obat.
Kecepatan metabolisme ini kemungkinan berbeda-beda pada masing-masing individu.
Penurunan kecepatan metabolisme akan meningkatkan intensitas & memperpanjang
masa kerja obat, dan kemungkinan meningkatkan toksisitas obat. Kenaikan kecepatan
metabolisme akan memperpendek masa kerja & menurunkan intensitas obat sehingga
obat menjadi tidak efektif pada dosis normal. Faktor-faktor yang mempengaruhi
metabolisme obat antara lain yaitu : induksi enzim metabolisme, faktor
genetik/keturunan, perbedaan umur, perbedaan spesies & galur, perbedaan jenis
kelamin, penghambatan enzim metabolisme, dan faktor-faktor lainnya.
Variasi-variasi metabolisme obat yang tergantung pada jenis kelamin telah
dikenal baik pada tikus tetapi tidak ditemukan pada binatang pengerat yang lain.
Tikus-tikus jantan muda dewasa mempunyai metabolisme obat yang jauh lebih cepat
daripada tikus-tikus betina muda dewasa ataupun tikus jantan pubertas. Perbedaan ini
disebabkan oleh horman androgenik. Beberapa laporan klinis menyatakan bahwa
perbedaan matabolisme yang sex dependent terjadi juga pada obat-obat seperti
benzodiazepin, etanol, estrogen, propanolol, & salisilat. Wanita cenderung memiliki
presentase dari lemak tubuh yang lebih tinggi & memiliki presentase cairan tubuh
yang lebih rendah daripada pria pada berat badan yang sama.
B. Tujuan Percobaan
Setelah menyelesaikan percobaan ini, mahasiswa dapat mengenal &
mengamati berbagai faktor yang memodifikasi obat serta mengajukan hal-hal yang
melandasi pengaruh faktor-faktor tersebut secara teoritis & praktis.

C. Prinsip Percobaan
Variasi biologi mempengaruhi respon obat pada tubuh sehingga akan
mempengaruhi dosis obat yang diberikan kepada setiap individu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Banyak faktor yang berpengaruh pada efek obat yang diberikan. Dalam eksperimen
rute pemberian obat, telah ditelaah faktor ini pada efek obat. Kalau dikatakan bahwa berbagai
faktor mempengaruhi dosis obat, maka hal ini hendaknya dilihat dalam kaitan pengaruh
faktor ini terhadap efek obat, sehingga dengan demikian dosis obat perlu disesuaikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efek obat dapat dikelompokkan dalam 2 kelompok
besar yaitu : faktor-faktor lingkungan luar tubuh penerima obat & faktor-faktor internal pada
penerima obat. Kedua faktor ini pada dasarnya saling berkaitan. Faktor-faktor lingkungan
luar tubuh penerima pbat dapat membawa perubahan fundamental dalam diri penerima obat,
yang kemudian memilik perubahan yang permanen sebagai ciri khasnya, atau memperoleh
perubahan sementara yang reversibel.
Faktor-faktor pada penerima obat yang dapat mempengaruhi efek obat antara lain :
usia, status fungsional & struktural (kondisi patologis dari penerima obat yang dapat
memodifikasi fungsi dan/atau struktur sel, jaringan, organ maupun sistem tubuhnya dan
faktor genetiknya), jenis kelamin, bobot tubuh & luas permukaan, suasana kejiwaan penerima
obat & kondisi mikroflora saluran pencernaan,
Pada umumnya faktor-faktor yang sama antara penerima obat (misalnya usia, jenis
kelamin, bobot tubuh, luas permukaan tubuh & ras) pada pemberian obat yang sama dengan
dosis sama & rute pemberian sama masih dapat diamati efek farmakoligi secara kuantitatif
berbeda, meskipunstatus fungsional & struktural penerima obat adalah sama. Oleh karena itu,
diambil kesimpulan bahwa yang menyebabkan perbedaan ini adalah variasi biologik anatar
penerima obat. Sebagai makhluk hidup yang dinamis, selalu ada perbedaan sesaat atau tetap
antara sesamanya, karena pengalaman yang berbeda maupun yang ditanggapi secara bersama.
Jenis kelamin dapat mengakibatkan perbedaan yang kualitatif dalam efek farmakologi
obat. Perbedaan yang kadang kala fundamental dalam pola fisiologi & biokimia antara jenis
jantan & betina menyebabkan hal ini.
BAB III
ALAT, BAHAN, DAN METODE KERJA

Hewan Coba : Mencit putih, jantan & betina (jumlah masing-masing 3 ekor), usia 2
bulan, bobot tubuh 20-30 g
Obat : Fenobarbital 100 mg / 70 kg BB manusia secara IP
Alat : Spuit injeksi 1 ml, jarum suntik No. 27 (3/4-1 inch), timbangan hewan,
bejana untuk pengamatan, stopwatch

Prosedur :
1. Siapkan mencit. Sebelum pemberian obat, amati kelakuan normal masing-masing
mencit selama 10 menit
2. Hitung dosis & volume pemberian obat dengan tepat untuk masing-masing mencit
3. Berikan larutan fenobarbital 100 mg / 70 kg BB manusia secara IP & catat waktu
pemberiannya
4. Tempatkan mencit kedalam bejana untuk pengamatan
5. Amati selama 45 menit
6. Catat & tabelkan pengamatan masing-masing kelompok.
Bandingkan hasilnya
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Mencit Berat Badan Rute Dosis Pemberian Volume
(gram) Pemberian (mg) Pemberian (ml)
Jantan
1 28 Intra Peritonial 0,364 0,072
2 22 Intra Peritonial 0,286 0,057
3 30 Intra Peritonial 0,39 0,078
Betina
1 32 Intra Peritonial 0,416 0,083
2 27 Intra Peritonial 0,351 0,07
3 21 Intra Peritonial 0,273 0,054
Sediaan Fenobarbital Injeksi 50 mg/ml

Hewan Obat Dosis Rute Pengamatan Onset Durasi


Waktu Waktu Waktu Kerja Kerja
Pemberian Hilang Kembali Obat Obat
Obat Righting Righting (menit) (menit)
(menit) reflex Reflex
(menit) (menit)
Mencit Fenobarbital 100mg / IP 08.00 08.45 12.43 45 242
Jantan 70kg BB
manusia
Mencit Fenobarbital 100mg / IP 08.05 08.43 11.59 38 196
Jantan 70kg BB
manusia
Mencit Fenobarbital 100mg / IP 08.10 08.59 12.22 49 3.33
Jantan 70kg BB
manusia
Mencit Fenobarbital 100mg / IP 08.00 08.40 12.17 40 213
Betina 70kg BB
manusia
Mencit Fenobarbital 100mg / IP 08.05 08.37 11.57 32 200
Betina 70kg BB
manusia
Mencit Fenobarbital 100mg / IP 08.10 08.45 11.45 35 180
Betina 70kg BB
manusia

Righting reflex adalah refleks mencit yang apabila tubuhnya dibalik dan
berada pada posisi terlentang, maka akan kembali tertelungkup.
Onset kerja adalah mula kerja obat (diamati waktu antara pemberian obat
sampai timbulnya efek hilangnya refleks balik badan jika ditelentangkan selama 30
detik hingga tidur).

Durasi kerja adalah lama kerja obat (diamati waktu antara timbulnya efek
hilangnya reflex balik badan jika ditelentangkan selama 30 detik hingga tidur,
sampai hilangnya efek tersebut)

B. Pembahasan
Mencit jantan 1 dengan berat badan 28g disuntikkan fenobarbital secara intra
peritonial sebanyak 0,072 ml mengalami perubahan aktivitas dengan durasi selama
242 menit. Mencit jantan 2 dengan berat badan 22g disuntikkan fenobarbital secara
intra peritonial sebanyak 0,057 ml mengalami perubahan aktivitas dengan durasi
selama 196 menit. Mencit jantan 3 dengan berat badan 30g disuntikkan fenobarbital
secara intra peritonial sebanyak 0,078 ml mengalami perubahan aktivitas dengan
durasi selama 213 menit.
Mencit betina 1 dengan berat badan 32g disuntikkan fenobarbital secara intra
peritonial sebanyak 0,083 ml mengalami perubahan aktivitas dengan durasi selama
201 menit. Mencit betina 2 dengan berat badan 27g disuntikkan fenobarbital secara
intra peritonial sebanyak 0,07 ml mengalami perubahan aktivitas dengan durasi
selama 200 menit. Mencit betina 3 dengan berat badan 21g disuntikkan fenobarbital
secara intra peritonial sebanyak 0,054 ml mengalami perubahan aktivitas dengan
durasi selam 180 menit.
Dari keenam hewan coba diatas, didapatkan perbedaan durasi yang dicapai
pada masing-masing hewan coba. Hal ini disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin &
berat badan dari masing-masing hewan coba.
BAB V
KESIMPULAN
 Variasi biologi mempengaruhi pemberian dosis obat
 Semakin tinggi dosis yang diberikan maka efek yang ditimbulkan akan semakin cepat
 Adanya perbedaan jenis kelamin hewan coba mempengaruhi penyerapan obat &
metabolismenya
 Jenis kelamin akan memperngaruhi respon obat yang diberikan, dimana jantan lebih
cepat memberikan respon daripada betina karena pengaruh hormon androgen
BAB VI
DAFTAR ISI

Tim Dosen Praktikum Farmakologi. Petunjuk Praktikum Farmakologi. Jakarta : ISTN 2018
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK-UI. (2007). ” Farmakologi Dan Terapi ”. Edisi
5.Gaya Baru; Jakarta, Hal 886, 894-895
Katzung, B.G. (2002). “Farmakologi Dasar dan Klinik”. Edisi VIII. Penerbit Buku Salemba
Medika ; Jakarta. Halaman 44-46.
Maksum Radji. (2005). ”Pendekatan Farmakogenomik Dalam Pengembangan Obat Baru”
Gan, S. (1980). ” Farmakologi Dan Terapi ”. Edisi 2, Penerbit buku Bagian Farmakologi,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta. Halaman 120-122
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Farmakope Indonesia,ed.IV,1995

Anda mungkin juga menyukai