Anda di halaman 1dari 3

20

Warta Tumbuhan Obat Indonesia

1999

- Untuk hasil perakaran campuran media tanah + pupuk - Secara umum perlakuan tanah dengan dicampur pupuk
kandang (2: 1) merupakan media terbaik untuk pertumbuhan tanarnan talinum. kandang (2: 1) memberikan hasil yang tertinggi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Hesse PR. Potential of organic materials for soil. Improvement organic matter and rice. 1984: 35-36. 2. Gaur AC. Recycling of organic waste in agriculture. IARI, New Delhi. 1980.

3. Nurhayati Hakim, AM Lubis, Mamat A Pulung, Yusuf Nyakpa, M Gaffar Amrah, Go Ban Hong. Pupuk dan Pemupukan. BKS-PTNRISAID WUAE Proiect. Universitas Lam~una. 1986:3-13-37. . 4, lndra Dwipa. Pengaruh komposisidan media penanamandan jumlah daun terhadap pertumbuhanstek tanaman lada (PipernigrumL.) . Prosiding Seminar Sehari PenanggulanganMasalah Lada di Lampung. Bandar Lampung, 19 September 1991. 5. Russell RS. The Soil Environment. Plant Root System. Their function and interactionwiththe soil. McGraw Hill, England. 1977: 144-168. 6. Aman Baru. Djoko Santoso dan Sudiarto. Pengaruh pupuk kandang terhadap pertumbuhandan produksi jahe gajah dalam tanaman obat. ProsidingSimposium I Hasil Penelitiandan Pengembangan Tanaman Industri. Buku VI Puslitbangri. Caringin Bogor. 1989: 855-864.

EFEK STIMULAN SUSUNAN SYARAF PUSAT INFUS AKAR SOM JAWA (TALZNUM PANZCULATUM GAERTN.) PADA MENCIT PUTIH

ABSTRAKTelahdilakukan penelitianaktivifas farmakologi infus Som Jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) sebagai stimulan terhadap susunan syaraf pusat (SSP) pada mencit putih. Efek yang diamati adalah waktu kelelahan mencit berenang, dibandingkan kontrol dan Heptamil39 mglkg bb sertawaktu induksi tidur dan lama tidur akibat pemberian Lurninal60 mgl kg bb, dibandingkankontrol. Pemberian infus Som Jawasecara

oral 70mg; 7mg, dan 0,7 mg120 g bb pada mencit berenang; efek stimulan bermakna (P = 0,05) terlihat pada dosis 70 mg/ 209 bb. Pemberian infus secara oral 35mg; 70mg dan 105 mgl20g bb pada kelompok mencit yang diinduksi tidur oleh fenobarbital; efek stimulan bermakna (P=0,01) terlihat pada dosis 70 dan 105 mgl20 g bb, yaitu memperlambat waktu induksi tidur.

PENDAHULUAN om Jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) termasuk suku Portulacaceae,merupakan tanaman terna tahunan yang telah banyak dimanfaatkan sebagai penguat (tonik) seperti halnya dengan ginseng dan penambah nafsu seksual (1). Tanaman ini sekarang telah dibudidayakan secara luas di Indonesia, sebab tanaman ini mudah tumbuh, baik pada daerah dingin maupun panas, bahkan dapat sebagai tanaman hias (2). Untuk mengetahui apakah tanaman ini bekerja sebagai stimulan sistem syaraf pusat, perlu dilakukan penelitian. Sediaan yang digunakan adalah infus akar Som Jawa.

BAHAN DAN CARA


Bahan Akar tanaman Talinumpaniculatum Gaetrn. diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu, Solo. Simplisia akar tanaman Som Jawa dibuat infus sesuai cara yang tertera dalam Farmakope Indonesia 111. Hewan percobaan Digunakan mencit putih betina, bobot rata-rata 20 g berasal dari Pusat Penelitian Penyakit Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Penelitian efek farmakologi dilakukan pada mencit yang belum pernah dicoba dalam percobaan yang sama untuk menguji aktivitas motorik dengan uji ketahanan renang serta waktu induksi dan lama tidur.

Cara Uji ketahanan (uji renang) (3,4) Percobaan ini digunakan untuk pengujian anti kelelahan (stimulan), dengan hewan percobaan mencit. Seekor mencit yang diberikan beban tertentu pada lehernya dimasukkan ke dalam bak berisi air. Mencit secara spontan akan berusaha berenang. Ketahanan berenang merupakan ukuran nilai arnbang kelelahan. Ketahanan berenang diukur dari waktu mencit berenang sampai tenggelam. Tanda tenggelam adalah mencit berada di bawah permukaan air 4-5 detik tanpa bernafas. Pemberian obat stimulan akan memperpanjang ketahanan berenang atau menaikkan nilai ambang kelelahan. Hewan yang sudah siap pakai dibagi dalam 5 kelompok percobaan masing-masing 6 ekor hewan coba. Tiap kelompok diberi bahan dengan dosis sebagai berikut: Kelompok K : akuades 1 mL/10 g bb., sebagai kontrol Kelompok DI : infus, akar Talinum paniculatum Gaertn. 0,7 mgl20 g bb. Kelompok DII : infus akar Talinum paniculatum Gaertn. 7 mgl20 g bb. Kelompok DIII: infus akar Talinum paniculatum Gaertn. 70 mgl20 g bb. Kelompok P : Heptamil 39 mglkg bb, sebagai pembanding. Pemberian dilakukan secara oral 45 menit sebelum mencit dimasukkan ke bak air. Waktu mencit tenggelam dicatat.

Puslitbang Farmasi, Badan Litbangkes, Dep.Kes. RI.

Uji waktu induksi tidur dun lama tidur (5,6) Induksi tidur adalah waktu di antara saat penyuntikan barbiturat sampai mencit mulai tidur (hilangnya righting

Volume 5 Nornor4

Warta Tumbuhan Obat Indonesia

21

reflex). Waktu tidur adalah waktu di antara hilangnya righting reflex dimana mencjt mulai tidur sampai timbulnya kembali righting reflex. Hewan yang sudah siap pakai dibagi dalam 4 kelompok masing-masing 6 ekor hewan coba. Tiap kelompok diberi bahan dengan dosis sebagai berikut: Kelompok K : akuades 1 mL110 g bb, sebagai kontrol. Kelompok DI : infus akar Talinum paniculatum Gaetrn. 35 mgI20 g bb. Kelompok DII : infus akar Talinum paniculatum Gaetrn. 70 mgl20 g bb. Kelompok DIII: infus akar Talinum paniculatum Gaetrn. 105 mgl20 g bb.
Pemberian dilakukan secara oral 45 menit sebelum pemberian fenobarbital secara oral 60 mgkg bb. Waktu induksi tidur dan lama tidur dicatat. Data dianalisis dengan Analisa Varian dan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

Dari uji BNT, ternyata dosis tertinggi, yaitu 70 mgl 20 g bb berbeda sangat nyata dengan kontrol, dosis 0,7 mgl20 g bb, 7 mgl20 g bb, dan pembanding Heptamil39 mgkg bb; Khasiat dosis 70 mgl20 g bb masih di bawah Heptamil. Sedangkan dosis 0,7 mgl20 g bb dan 7 mg120 g bb tidak berbeda dengan kontrol pembanding Heptamil berbeda sangat nyata dengan semua perlakuan.
Tabel 3. Waktu induksi tidur dan lama tidur mencit (dalam menit) akibat pemberian TalinumpaniculatumGaetrn.
No mencit K

D l
Lama
> > > >

D I
Lama
95

Dlll
Lama
95 96 105 180 90 170

I n d
1. 2. 3.
4.

I n d
7
2

I n d
20 16
19

I n d
15 11 15 11 15 15 13,6

Lama

5. 6.

10 12 10 10 10 10

>
335

> >

10 2 2 2 4,2

367 247 > 340 >

>
214 335 >

15
15

22

Rata-rata 10,3 + 0,81 >

+ 0,81

>

17.3 22.92 122,6

+ 2,06

>

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Waktu lelah (dalarnmenit) mencit akibat pembelian infus akarTalinum paniculatumGaertn.

No, m e n c i t
1 2 3 4 5 6 R a t a r a t a

K
70

D l

0 1 1

0 1 1 1

P 1 7 5 180 190 130 190 240 184,20+53,3

30
55

70 80
$1

105
$1

120

93
1 3 0 125 80
130

Kelerangan : K : Pemberian akuades 1 mVlOg b b 5m g / 2 O gb b D l : Pemberian dosis 3 D I : Pemberiandosis70 mg/2Og b b b Dll : Pemberiandosis 105 mg/lO g b Ird : Waktu induksi tidur Lama : Waktu lama tidur > : Lebihdari 5 jam

70

65
70 75
60,83+16,5

80 70

65
55 70

6
74,20+6.6

77,50+22,9 112,50+29,8

Keterangan: K : Kontrol akuades ImU2O g bb D l : Dosis 0,7 md20 Q bb Dll : Dosis 7 mg/20 g b b Dll : Dosis 7 0 mg/ZO g b b P : Heptamil39mg/kgbb

Data Tabel 3 dianalisis secara statistik dengan Analisa Varian. F hitung adalah 28, sedangkan F tabel untuk derajat kemaknaan 5% adalah 3,10; dan untuk derajat kemaknaan 1% adalah 4,94. Dengan demikian F1% hitung yang lebih besar dari F1% tabel, menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata pada waktu induksi tidur. Untuk mengetahui perbedaan bermakna antar tiap kelompok, maka dilakukan Uji Beda Nyata Terkecil.
Tabel 4. HargaM a NyataTerkecl masing-masing kelompok dibandingkan dengan kelompoklainnya Kelompok K Dl DII Dlll Rata-rata 10,3+0,81 4,16+0,81 17,3+2,92 13,6+2,06 K Dl DII Dlll

Data Tabel 1 dianalisis secara statistik dengan Analisa Varian. F hitung adalah 63 sedangkan F tabel untuk derajat kemaknaan 5% adalah 2,70; dan untuk derajat kemaknaan 1% adalah 4,04. Dengan demikian F hitung yang jauh lebih besar dari F tabel, menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata pada waktu kelelahan. Untuk mengetahui perbedaan bermakna antar tiap kelompok, maka dilakukan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Tabel 2. HargaM a NyataTerkecil masing-masingkelompokdibandingkan dengan kelompok lainnya: Kelompok Rata-rata K Dl DII Dlll p 60,83+16,5 74,20+ 6,6 77,50+22,9 112,50+29,8 184,2+53,3 K Dl 13,37 3,30 38,30** 110,00** DII Dlll P

5,5** 8,17** 3,34* 6,7** 8,84**

4,03**

Keterangan : LSD5% =3,2 LSD 1% = 4,36 * berbedanyata ** berbeda sangat nyata

16,67 51,67** 123,37** 35,00** 106,70**

71,70**

Keterangan : BNTl% = 18,63 BNT5% = 24,67 **berbeda sangat nyata.

Dari Uji BedaNyata Terkecil untuk waktu induksi tidur, semua perlakuan dosis berbeda nyata dengan kontrol. Antar perlakuan dosispun berbeda nyata. Lama tidur tercepat terlihat pada dosis 70 mgl20 g bb, sedangkan pada dosis 35mg dan 105 mgI20 g bb dan kontrol, mencit masih dalam keadaan tidur setelah 3 jam pengamatan. Secara fisiologi aktivitas motorik mengandung komponen emosi, karena untuk dapat bergerak dibutuhkan inisiatif sebagai stimulus. Obat stimulan cenderung

Warta Tumbuhan Obat Indonesia

1999

mempengaruhi emosi dan aktivitas motorik (7). Secara logis jika inisiatif bertambah maka gerakan juga akan bertambah. Pada uji ketahanan renang, dari data yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan nilai ambang kelelahan secara bermakna dibandingkan kontrol. Dosis 70 mgI2Og bb adalah yang terbaik dapat meningkatkan nilai ambang kelelahan, tetapi khasiatnya masih di bawah Heptamil. Pada percobaan waktu induksi tidur pada mencit yang diinduksi dengan fenobarbital, ternyata pemberian bahan uji dosis 70 mgl20g bb dapat mempengmhi waktu induksi, tetapi dari 3 dosis yang dicoba, tidak terlihat adanya hubungan dosis efek. Hal seperti ini sebetulnya tidak dapat digunakan untuk menentukan efek obat, karena senyawa dikatakan berkhasiat jika memperlihatkan profil aktivitas dosis respons, dimana semakin besar dosis yang diberikan, respons akan meningkat. Demikian pula dengan waktu lama tidur, pada dosis 70 mgl20 g bb terlihat bahwa lama tidur adalah yang terpendek dibandingkan kelompok lain dan kontrol. Pengamatan tidak dilanjutkan dengan lama tidur lebih dari 5 jam. Dari pengamatan ini tidak dapat dihitung secara statistik, akan tetapi sudah terdapat kesan bahwa lama tidur akibat pemberian fenobarbital, diperpendek. Melihat waktu tidur yang cukup lama, maka sebaiknya untuk percobaan seperti ini, sebagai penginduksi tidur digunakan Pentotal. Hal ini mengingat bahwa Pentotal termasuk golongan barbiturat dengan kerja singkat. Sifat seperti ini relatif menguntungkan karena waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengamatan adalah lebih singkat (8). Adanya peningkatan aktivitas dari hewan percobaan pada pengujian infus akar Talinum paniculatum Gaetrn., menunjukkan kesan bahwa infus tersebut mengandung zat yang berkhasiat stimulan.

Dalam tanaman Som Jawa telah diketahui bahwa kandungan lumia adalah saponin, flavonoid, tanin, triterpen steroid, polifenol dan minyak atsiri (9). Melihat ha1 tersebut di atas, kemungkinan memang terlihat adanya zat aktif yang berkhasiat sebagai stimulan.

KESIMPULAN DAN SARAN Dari dua percobaan untuk melihat efek stimulan, terlihat bahwa efek stimulan susunan syaraf pusat terlihat pada dosis 70 mg/20 g bb. Disarankan untuk melakukan penelitian tentang uji spesifik lain dari khasiat stimulan infus akar Talinum paniculatum Gaetrn., misalnya percobaan "Automatic Hole Board", Percobaan "Chimmey" dan percobaan "Tedeschi's Actograph" (10).
DAFTAR PUSTAKA
1. Peny LM. "Medical Plants of East and South East Asia", The Mit Press, Cambridge, Massachusetts, London, England. 1980. 2. Sjamsuhidajat SS, Johnny RH. lnventarisasi Tanaman Obat Indonesia I, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Deaprtemen Kesehatan RI. 1991. 3. Erlina Rustam. Evaluasi efek stimulan susunan syaraf pusat ekstrak daun dan batangTalinum triangulare (Jacq.) Willd. Skripsi Sarjana Farmasi, Jurusan Farmasi FMlPA ITB, 1991. 4. Boisen JR, Simon I? "Test d'exploration Chez la Souris" Arch, Int. Pharmacodyn,1964; 147,372-378. 5. Turner RA. Screening Methods in Pharmacology,Academic Press. 1965. 6. Agung Triono, Pengaruh meniran (Phyllanthus nirur,) terhadap waMu tidur penthothal pada mencit dengan pra perlakuan karbon tetraklorida. Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada. 1993. 7. Ganong WF. Review of Mdical Physiology, 9th Ed, Lange Medical Pub., MaruzenAsia Lid.. California, 1979; 124-134. 8. Gan S. Farmakologi dan Terapi, edisi ketiga, Bagian Farmakologi Kedokteran UI. 9. Yuliati Subiakto. Studi dan lsolasi salah satu kandungan kimia tumbuhan Talinum paniculatum Gaetrn. Skripsi Fakultas FArmasi Universitas Airlangga, 1989. 10. Soegiarso NC. Metoda Farmakologi Bahan Alam, Pusat Antar Universitas Bidang Hayati ITB, Bandung, 1989.

Anda mungkin juga menyukai