Sebelum diberi perlakuan lebih lanjut, mencit ditimbang terlebih dahulu, untuk
mengetahui berat badan masing-masing mencit.Berat mencit 1 sebesar 26,0 g, mencit
2 sebesar 32,2 g, mencit 3 sebesar 23,7 g, dan mencit 4 sebesar 23,5 g. Data berat
badan ini digunakan dalam perhitungan volume pemberian obat terhadap masing-
masing mencit, karena semua bentuk sediaan larutan yang akan diberikan memiliki
volume maksimal untuk setiap cara pemberian. Volume pemejanan tiap mencit
adalah, pada mencit 1 sebesar 0,65 mL, mencit 2 sebesar 0,483mL, mencit 3 sebesar
0,237 mL(Diberi praperlakuan simetidin 1 jam sebelum) + Na-pentobarbital 0,592
mL, dan mencit 4 sebesar 0,587 mL. Semakin panjang rute penggunaan suatu obat,
maka semakin kecil konsentrasi obat yang mencapai sel target, sehingga volume yang
diberikan juga berbeda. Masing-masing mencit yang telah ditimbang diberi nomor
untuk memudahkan dalam pembedaan cara pemberian. Pada perhitungan, kelompok
kami salah melakukan perhitungan dosis dikarenakan kesalahan membaca larutan
stok Na-pentobarbital dan fenobarbital, sehingga volume yang dihitung sangat tidak
sesuai.
- Pada mencit 3, diberikan simetidin dengan dosis 100mg/kg BB secara peroral, 1 jam
sebelum pemberian obat pentobarbital. Simetidin digunakan sebagai inhibitor
senyawa tersebut dapat berperan sebagai inhibitor kompetitif bagi substrat (senyawa
yang akan dimetabolisme). Sehingga Simetidin tersebut dapat menduduki sisi aktif
dari enzim-enzim pemetabolisme secara kompetitif. Hal ini menyebabkan
metabolisme dari substrat menjadi terhenti.
- Pada mencit 4, Fenobarbital diberikan selama 3 hari tiap 24 jam sebelum dilakukan
perlakuan. Hal ini karena fenobarbital termasuk golongan barbiturat yang memiliki
aksi panjang. Diharapkan saat hari ketiga, fenobarbital sudah dapat berefek atau
berinteraksi dengan pentobarbital yang akan diberikan secara intraperitoneal.
Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori yaitu laju metabolisme akan
berlangsung lebih cepat bila diberi suatu induktor enzim pemetabolisme, sehingga
durasi efek farmakologinya berkurang. Mencit 1,2, dan 3 kelompok kami mengalami
kematian, diduga karena jumlah dosis yang diberikan tidak sesuai (overdosis) karena
kesalahan perhitungan dosis.
Menurut teori, laju metabolisme suatu senyawa eksogen akan berlangsung lebih
lambat bila diberi suatu inhibitor enzim pemetabolisme. Hasil yang diperoleh tidak
sesuai dengan teori, penyimpangan ini disebabkan beberapa hal antara lain:
1. Dosis simetidin yang diabsorsi lebih sedikit.
2. Cara pemberian obat secara p.o merupakan cara yang tidak nyaman, karena obat
diberikan dengan menggunkan jarum tumpul dan disemprotkan melalui kerongkongan
mencit, sehingga ada beberapa mencit yang memuntahkan kembali obat yang
diberikan.
2. Mencit sering buang air besar dan mengeluarkan urin. Pentobarbital pusat kerja
sebagian di perifer dan sebagian di pusat tergantung dosisnya. Obat ini cenderung
mempercepat tonus otot usus dan mempercepat amplitudo gerakan kontraksinya.
Dosis hipnotik mempercepat waktu pengosongan lambung. Seringnya mencit
mengeluarkan urin disebabkan efek pentobarbital terhadap ginjal yang merupakan
organ eksresi utama. Olliguri dapat terjadi akibat keracunan akut barbiturat.
Mencit yang telah bangun dapat tidur kembali hal ini disebabkan terjadinya 2 tahap
dalam rute obat, yaitu:
1. Redistribusi
Pentobarbital sangat mudah larut dalam lemak sehingga dengan cepat didistribusikan
ke jaringan otak atau sistem saraf pusat yang mengandung banyak jaringan lemak,
sehingga kadar di dalam otak lebih besar di banding kadar dalam plasma dan terjadi
efek anastesi (awal kerja obat cepat).
Pentobarbital yang berada dalam plasma darah dengan cepat terdistribusi dan
dihimpun dalam depo lemak. Hal ini menyebabkan penurunan kadar obat dalam
plasma dan otak secara cepat, sehingga kadar anastesi tidak dicapai lagi dan efeknya
segera berakhir. Setelah 3 jam pemberian, kadar pemberian dalam depo lemak 10 kali
lebih besar dibanding kadar obat dalam pasma dan pentobarbital perlahan-lahan
dilepaskan kembali setelah efek berakhir.
2. Reabsorpsi
Pentobarbital terdapat dalam bentuk tidak terionisasi lebih kurang 50% yang
mempunyai kelarutan dalam lemak cukup besar. Dalam bentuk tidak terdisosiasi,
Pentobarbital mudah terabsorpsi kembali dalam tubulus ginjal melalui proses difusi
pasif.
1. Metabolisme presistemik Obat yang diberikan peroral bila obat melintasi dinding
usus kecil dan melalui hati (sirkulasi portal) akan mengalami metabolisme sebelum
mencapai jantung dan selanjutnya mengalami sirkulasi sistemi. Metabolisme obat
presistemik sangat berpengaruh terhadap ketersediaan hayati obat, seperti isoprenalin,
propanolol, imipramin, dan lignokain.
2. Bentuk stereoisomer
Obat yang mempunyai bentuk isomer mengalami rute dan kecepatan metabolisme
obat dapat berbeda di antara bentuk-bentuk isomernya, misalkan heksobarbital dan
warfarin akan mengalami metabolisme yang lebih cepat daripada bentuk isomernya.
4. Umur
Waktu paruh beberapa obat bayi lebih lama dibanding pada orang dewasa. Hal ini
disebabkan pada bayi yang baru lahir kekurangan enzim mikrosomal termasuk
sitokrom P-450 dan UDP-glukuronil-transferase. Oleh karena itu obat memiliki waktu
yang lama dan kuat serta reaksi yang berlawanan dapat pula baik.
Adanya interaksi bersaing dua substrat untuk enzim menimbulkan hambatan enzim
memetabolisme obat.
Setelah didapatkan data dan berbagai hasil indeks maupun durasi, dilakukan uji
statistika dengan menggunakan SPSS dengan taraf kepercayaan 95%. Dengan
hipotesis, H0 yaitu tidak terdapat perbedaan antara jenis senyawa yang dipejankan
dengan metabolisme obat dan H1 yaitu terdapat perbedaan ntara jenis senyawa yang
dipejankan dengan metabolisme obat.
Kesimpulan :
Data onset pemberian tidak terdistribusi normal, sebab Sig. < 0,05
Karena data onset tidak terdistribusi normal, dan tidak homogen maka tidak dapat
digunakanuji Anova sebab dua syarat yaitu data normal dan data homogen harus
terpenuhi. Uji yang bisa digunakan adalah Kruskall Wallis.
Kruskal-Wallis Test
Kesimpulan : Data onset tidak memiliki perbedaan yang bermakna karena Asymp.
Sig. > 0,05. Sehingga tidak dapat dilanjutkan kew mann whitney test.
Uji TerhadapDurasi
Test of Normality
Kesimpulan : data durasi terdistribusi normal karena Sig > 0,05.
Kesimpulan : data durasi yang didapat homogen, sebab Sig. > 0,05
Karena kedua syarat data normal dan data homogen terpenuhi sehingga dilakukan test
ANOVA.
Didapatkan bahwa Sig. < 0,05 sehingga data durasi memiliki perbedaan
yangbermakna. Artinya 4 data jenis senyawa yang dipejankan memiliki durasi yang
berbeda karena durasi memang ditentukan dari jenis senyawa yang dipejankan
sehingga data durasi memiliki perbeedaan yang bermakna.