Anda di halaman 1dari 10

PEMBAHASAN

Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh suatu senyawa kimia


terhadap enzim pemetabolisme obat dengan mengukur efek farmakologinya.
Metabolisme obat atau biotransformasi adalah proses perubahan suatu struktur kimia
obat yang terjadi didalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim terhadap senyawa endogen
(Syarif, 1995). Pada proses ini molekul obat diubah menjadi lebih polar agar mudah
larut dalam air sehingga dapat dieksresi melalui ginjal. Selain itu, pada proses ini obat
diubah menjadi inaktif, sehingga proses metabolisme obat berperan dalam mengakhiri
kerja suatu obat. Namun, terdapat obat yang bersifat prodrug yaitu obat yang aktif
setelah diaktivasi oleh suatu enzim pemetabolisme obat dalam tubuh. Dalam hal ini
obat akan dimetabolisme lanjut hingga kerja obatnya berakhir. Metabolisme obat
sebagian besar terjadi didalam hati, dan sebagian kecil terjadi didalam organ lain
(usus, ginjal, paru-paru, dan darah).

Pada percobaan ini, digunakan obat pentobarbital yang merupakan golongan


barbiturat dan mempunyai efek sedatif hipnotik dengan menimbulkan efek tidur pada
hewan uji. Obat yang digunakan pada percobaan ini yaitu fenobarbital dan simetidin
untuk membuktikan pengaruh senyawa lain terhadap metabolisme suatu obat. Pada
praktikum ini digunakan mencit sebagai hewan uji. Penggunaan hewan uji mencit
pada praktikum ini didasarkan pada analog sistem faal mencit mirip dengan sistem
faal manusia (Mus musculus), selain itu harga mencit tergolong murah dibandingkan
dengan harga hewan uji lainnya. Mencit yang akan diberi perlakuan dalam percobaan
harus dipuasakan terlebih dahulu selama 24 jam. Hal ini disebabkan absorbsi
dihambat oleh adanya makanan dalam lambung. Oleh karenanya, lambung harus
dikosongkan agar absorbsi berlangsung lebih cepat.

Sebelum diberi perlakuan lebih lanjut, mencit ditimbang terlebih dahulu, untuk
mengetahui berat badan masing-masing mencit.Berat mencit 1 sebesar 26,0 g, mencit
2 sebesar 32,2 g, mencit 3 sebesar 23,7 g, dan mencit 4 sebesar 23,5 g. Data berat
badan ini digunakan dalam perhitungan volume pemberian obat terhadap masing-
masing mencit, karena semua bentuk sediaan larutan yang akan diberikan memiliki
volume maksimal untuk setiap cara pemberian. Volume pemejanan tiap mencit
adalah, pada mencit 1 sebesar 0,65 mL, mencit 2 sebesar 0,483mL, mencit 3 sebesar
0,237 mL(Diberi praperlakuan simetidin 1 jam sebelum) + Na-pentobarbital 0,592
mL, dan mencit 4 sebesar 0,587 mL. Semakin panjang rute penggunaan suatu obat,
maka semakin kecil konsentrasi obat yang mencapai sel target, sehingga volume yang
diberikan juga berbeda. Masing-masing mencit yang telah ditimbang diberi nomor
untuk memudahkan dalam pembedaan cara pemberian. Pada perhitungan, kelompok
kami salah melakukan perhitungan dosis dikarenakan kesalahan membaca larutan
stok Na-pentobarbital dan fenobarbital, sehingga volume yang dihitung sangat tidak
sesuai.

- Pada mencit 1, merupakan kontrol dengan hanya diberikan pentobarbital.


Pentobarbital diberikan dengan dosis 100mg/kg BB secara intraperitoneal tanpa
praperlakuan agar dihasilkan metabolisme pentobarbital, tanpa pengaruh induktor dan
inhibitor. Mencit ini akan digunakan sebagai pembanding dari mencit yang diberi
senyawa fenobarbital dan simetidin.diberikan fenobarbital secara intraperitoneal.

- Pada mencit 2, diberikan praperlakuan fenobarbital 1 jam sebelum peimejanan


pentobarbital. Hal ini karena fenobarbital termasuk golongan barbiturat yang memiliki
aksi panjang.

- Pada mencit 3, diberikan simetidin dengan dosis 100mg/kg BB secara peroral, 1 jam
sebelum pemberian obat pentobarbital. Simetidin digunakan sebagai inhibitor
senyawa tersebut dapat berperan sebagai inhibitor kompetitif bagi substrat (senyawa
yang akan dimetabolisme). Sehingga Simetidin tersebut dapat menduduki sisi aktif
dari enzim-enzim pemetabolisme secara kompetitif. Hal ini menyebabkan
metabolisme dari substrat menjadi terhenti.

- Pada mencit 4, Fenobarbital diberikan selama 3 hari tiap 24 jam sebelum dilakukan
perlakuan. Hal ini karena fenobarbital termasuk golongan barbiturat yang memiliki
aksi panjang. Diharapkan saat hari ketiga, fenobarbital sudah dapat berefek atau
berinteraksi dengan pentobarbital yang akan diberikan secara intraperitoneal.

Akibat dari penggunaan fenobarbital sebagai induktor enzim pemetabolisme


adalah senyawa-senyawa eksogen seperti pentobarbital menjadi lebih cepat
proseseliminasinya. Hal ini ditandai dengan waktu durasi (waktu tertidurnya mencit
sampai mencit tersebut bangun lagi yang biasa disebut righting reflex atau refleks
balik badan, yaitu kemampuan mencit untuk membalikkan badannya dari posisi
terlentang) yang berlangsung lebih cepat bila dibandingkan dengan waktu durasi dari
pengunaan pentobarbital tanpa disertai penggunaan fenobarbital. Akibat dari
penggunaan simetidin sebagai inhibitor enzim pemetabolisme adalah metabolisme
senyawa- senyawa eksogen seperti pentobarbital lebih lama waktunya. Hal ini
ditandai dengan waktu durasi yang berlangsung lebih lama dibandingkan dengan
waktu durasi dari penggunaan pentobarbital yang tanpa disertai dengan penggunaan
simetidin. Dengan demikian waktu durasi dipengaruhi oleh proses metabolisme dari
suatu senyawa eksogen (obat), sedangkan proses metabolisme dari suatu senyawa
eksogen dipengaruhi oleh ada atau tidaknya inhibitor maupun induktor terhadap
senyawa tersebut.

Hasil percobaan menunujukkan bahwa waktu durasi dengan penggunaan


fenobarbital 1 jam sebelum pemejanan terhadap metabolisme dari pentobarbital untuk
4 kelompok praktikum manunjukkan waktu yang relatif sama (kelompok I = mati, II
= 4645 s, III = 4220 s, dan IV = 4253. ) fenobarbital 3 hari tiap 24 jam sebelum
pemejanan terhadap metabolisme dari pentobarbital (kelompok I = 7433 s , II = 7289
s, III = 6825 s, dan IV = 4640. ) yaitu waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan
kontrol (kelompok I = mati , II = 7511s, III = 7435 s, dan IV = 6870 s).

Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori yaitu laju metabolisme akan
berlangsung lebih cepat bila diberi suatu induktor enzim pemetabolisme, sehingga
durasi efek farmakologinya berkurang. Mencit 1,2, dan 3 kelompok kami mengalami
kematian, diduga karena jumlah dosis yang diberikan tidak sesuai (overdosis) karena
kesalahan perhitungan dosis.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa waktu durasi dengan penggunaan simetidin


terhadap metabolisme dari pentobarbital untuk 4 kelompok praktikum manunjukkan
waktu yang relatif sama (kelompok I = mati, II = 3577 s, III = 4208 s, dan IV = 5571
s. ) yaitu waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan kontrol (kelompok I = mati , II
= 7511s, III = 7435 s, dan IV = 6870 s).

Menurut teori, laju metabolisme suatu senyawa eksogen akan berlangsung lebih
lambat bila diberi suatu inhibitor enzim pemetabolisme. Hasil yang diperoleh tidak
sesuai dengan teori, penyimpangan ini disebabkan beberapa hal antara lain:
1. Dosis simetidin yang diabsorsi lebih sedikit.

2. Cara pemberian obat secara p.o merupakan cara yang tidak nyaman, karena obat
diberikan dengan menggunkan jarum tumpul dan disemprotkan melalui kerongkongan
mencit, sehingga ada beberapa mencit yang memuntahkan kembali obat yang
diberikan.

Dengan membandingkan onset dan durasi dari masing-masig kelompok mencit


maka dapat dikatakan bahwa baik senyawa inhibitor maupun senyawa induktor hanya
berpengaruh pada durasi, dimana senyawa inhibitor akan memperpanjang durasi
karena menghambat proses metabolisme pentobarbital, sedangkan senyawa induktor
akan memperpendek durasi karena laju metabolisme meningkat. Onset tidak
dipengaruhi oleh senyawa induktor dan inhibitor karena senyawa induktor dan
inhibitor tidak mempengaruhi laju absorpsi melainkan hanya mempengaruhi laju
metabolisme. Dari seluruh percobaan yang dilakukan, dapat diamati hal-hal sebagai
berikut:

1. Pada penyuntikan pentobarbital, mula-mula timbul hiperalgesi diikuti analgesi bila


dosis terus ditingkatkan. Akibatnya akan timbul gejala kejang-kejang pada mencit.
Gejala ini merupakan tahap eksitasi pada pemberian obat, di mana mencit tampak
gelisah, kecepatan dan volume napas tidak beraturan. Selain itu, mencit mengalami
depresi otot jantung. Terjadi pula depresi pernapasan yang diikuti dengan udema
paru-paru, sehingga badan mencit tampak membesar. Semua gejala tersebut
merupakan efek samping pentobarbital.

2. Mencit sering buang air besar dan mengeluarkan urin. Pentobarbital pusat kerja
sebagian di perifer dan sebagian di pusat tergantung dosisnya. Obat ini cenderung
mempercepat tonus otot usus dan mempercepat amplitudo gerakan kontraksinya.
Dosis hipnotik mempercepat waktu pengosongan lambung. Seringnya mencit
mengeluarkan urin disebabkan efek pentobarbital terhadap ginjal yang merupakan
organ eksresi utama. Olliguri dapat terjadi akibat keracunan akut barbiturat.

Mencit yang telah bangun dapat tidur kembali hal ini disebabkan terjadinya 2 tahap
dalam rute obat, yaitu:
1. Redistribusi

Pentobarbital sangat mudah larut dalam lemak sehingga dengan cepat didistribusikan
ke jaringan otak atau sistem saraf pusat yang mengandung banyak jaringan lemak,
sehingga kadar di dalam otak lebih besar di banding kadar dalam plasma dan terjadi
efek anastesi (awal kerja obat cepat).

Pentobarbital yang berada dalam plasma darah dengan cepat terdistribusi dan
dihimpun dalam depo lemak. Hal ini menyebabkan penurunan kadar obat dalam
plasma dan otak secara cepat, sehingga kadar anastesi tidak dicapai lagi dan efeknya
segera berakhir. Setelah 3 jam pemberian, kadar pemberian dalam depo lemak 10 kali
lebih besar dibanding kadar obat dalam pasma dan pentobarbital perlahan-lahan
dilepaskan kembali setelah efek berakhir.

2. Reabsorpsi

Pentobarbital terdapat dalam bentuk tidak terionisasi lebih kurang 50% yang
mempunyai kelarutan dalam lemak cukup besar. Dalam bentuk tidak terdisosiasi,
Pentobarbital mudah terabsorpsi kembali dalam tubulus ginjal melalui proses difusi
pasif.

Metabolisme dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Metabolisme presistemik Obat yang diberikan peroral bila obat melintasi dinding
usus kecil dan melalui hati (sirkulasi portal) akan mengalami metabolisme sebelum
mencapai jantung dan selanjutnya mengalami sirkulasi sistemi. Metabolisme obat
presistemik sangat berpengaruh terhadap ketersediaan hayati obat, seperti isoprenalin,
propanolol, imipramin, dan lignokain.

2. Bentuk stereoisomer

Obat yang mempunyai bentuk isomer mengalami rute dan kecepatan metabolisme
obat dapat berbeda di antara bentuk-bentuk isomernya, misalkan heksobarbital dan
warfarin akan mengalami metabolisme yang lebih cepat daripada bentuk isomernya.

3. Metabolisme tergantung dosis


Metabolisme obat merupakan suatu fraksi obat yang tetap dan mengalami
metabolisme dalam satuan waktu. Beberapa dosis terapi suatu obat mengakibatkan
penjenuhan kadar enzim metabolisme.

4. Umur

Waktu paruh beberapa obat bayi lebih lama dibanding pada orang dewasa. Hal ini
disebabkan pada bayi yang baru lahir kekurangan enzim mikrosomal termasuk
sitokrom P-450 dan UDP-glukuronil-transferase. Oleh karena itu obat memiliki waktu
yang lama dan kuat serta reaksi yang berlawanan dapat pula baik.

5. Inhibisi dan induksi metabolisme

Adanya interaksi bersaing dua substrat untuk enzim menimbulkan hambatan enzim
memetabolisme obat.

Setelah didapatkan data dan berbagai hasil indeks maupun durasi, dilakukan uji
statistika dengan menggunakan SPSS dengan taraf kepercayaan 95%. Dengan
hipotesis, H0 yaitu tidak terdapat perbedaan antara jenis senyawa yang dipejankan
dengan metabolisme obat dan H1 yaitu terdapat perbedaan ntara jenis senyawa yang
dipejankan dengan metabolisme obat.

Uji Terhadap Onset

Kesimpulan : data yang dihasilkan bersfat non parametrik.


Tests of Normality

Kesimpulan :

Data onset pemberian tidak terdistribusi normal, sebab Sig. < 0,05

Test of Homogeneity of Variances

Kesimpulan : Data onset tidak homogen, sebab Sig. < 0,05

Karena data onset tidak terdistribusi normal, dan tidak homogen maka tidak dapat
digunakanuji Anova sebab dua syarat yaitu data normal dan data homogen harus
terpenuhi. Uji yang bisa digunakan adalah Kruskall Wallis.

Kruskal-Wallis Test
Kesimpulan : Data onset tidak memiliki perbedaan yang bermakna karena Asymp.
Sig. > 0,05. Sehingga tidak dapat dilanjutkan kew mann whitney test.

Uji TerhadapDurasi

Sehingga dapat disimpulkan bahwa mencit 1 dan 2 memiliki perbedaan bermakna,


mencit 1 dan 3 memiliki perbedaan bermakna, mencit 1 dan 4 tdak memiliki
perbedaan bermakna, mencit 2 dan 3 memiliki pebedaan bermakna, mencit 2 dan 4
memiliki perbedaan bermakna, dan mencit 3 dan 4 memiliki perbedaan bermakna.

Test of Normality
Kesimpulan : data durasi terdistribusi normal karena Sig > 0,05.

Test of Homogeneity of Variances

Kesimpulan : data durasi yang didapat homogen, sebab Sig. > 0,05

Karena kedua syarat data normal dan data homogen terpenuhi sehingga dilakukan test
ANOVA.

Didapatkan bahwa Sig. < 0,05 sehingga data durasi memiliki perbedaan
yangbermakna. Artinya 4 data jenis senyawa yang dipejankan memiliki durasi yang
berbeda karena durasi memang ditentukan dari jenis senyawa yang dipejankan
sehingga data durasi memiliki perbeedaan yang bermakna.

Anda mungkin juga menyukai