Anda di halaman 1dari 6

Farmakologi merupakan ilmu yang mengintegrasikan ilmu kedokteran

dasar dan menjembatani ilmu pra klinik dan klinik. Farmakologi mempunyai
keterkaitan khusus dengan farmasi, yaitu cara membuat, memformulasikan,
menyimpan, dan menyediakan obat (Sudjadi Bagod, 2007).
Pada praktikum farmakologi kali ini, praktikan melakukan percobaan
pengujian antidepresan terhadap hewan percobaan. Depresi merupakan gangguan
mental yang ditandai dengan penurunan mood, kehilangan minat, perasaan
bersalah, gangguan tidur atau nafsu makan, kehilangan energi, dan penurunan
konsentrasi (World Health Organization, 2010). Adapun tujuan dilakukannya
percobaan pengujian antidepresan yaitu agar praktikan dapat memiliki
keterampilan dalam melakukan pengujian aktivitas antidepresi, dan dapat
menjelaskan tentang mekanisme kerja dari golongan obat antidepresi. Dalam
percobaan pengujian antidepresi dilakukan pada hewan percobaan mencit. Hal ini
dilakukan sebagai kebijaksanaan pembangunan keselamatan manusia di dunia yang
merupakan deklarasi Helsinki dihasilkan oleh Sidang Kesehatan Dunia ke-16 di
Helsinki, Finlandia pada tahun 1964. Sehingga perlu adanya percobaan pada hewan
sebelum dilakukan percobaan terhadap manusia (Ferreira et al., 2008).
Mencit merupakan hewan percobaan yang banyak digunakan dalam
penelitian, yaitu mencapai sekitar 69%. Hal ini dikarenakan mencit mudah untuk
ditangani, rentang hidup yang singkat, mudah beradaptasi pada kondisi sekitarnya
dan tingkat reproduksi yang cepat sehingga memungkinkan untuk penelitian proses
biologis pada semua tahap siklus hidup. Mencit sebagai “mouse model” sangat
cocok untuk penelitian penyakit pada manusia dengan adanya kesamaan DNA dan
gen dimana 98% gen manusia memiliki gen yang sebanding dengan gen mencit.
Mencit juga memiliki kesamaan dengan manusia dalam sistem reproduksi, sistem
syaraf, penyakit seperti kanker dan diabetes, bahkan memiliki tingkat kecemasan
yang sama (Pearc at al, 2007).
Pada praktikum pengujian antidepresan, setiap kelompok praktikum
menggunakan seekor mencit dengan memberikan sediaan uji yang berbeda-beda.
Hewan mencit dibagi menjadi tiga kelompok. Untuk mencit kelompok pertama
merupakan mencit kontrol yang diberikan sediaan suspensi CMC 1%. Pemberian
sediaan suspensi CMC 1% pada mencit kontrol bertujuan untuk memberikan
perlakuan yang sama terhadap hewan percobaan mencit karena mencit kontrol tidak
diberikan sediaan uji. Pemberian sediaan suspensi CMC 1% pada mencit tidak akan
berefek terhadap tubuh mencit. Kemudian untuk kelompok kedua dan ketiga hewan
percobaan diberikan sediaan uji amitriptilin dosis I dan sediaan uji amitriptilin dosis
II. Perbedaan dosis tersebut dilakukan agar praktikan dapat melihat efek
farmakologi yang baik yang disebabkan oleh amitriptilin pada dosis ke 1 atau ke 2
Amitriptilin merupakan obat antidepresan golongan trisiklik yang bekerja mampu
memperbaiki mood. Mekanisme kerja dari obat antidepresan golongan trisiklik
yaitu dengan mengatur penggunaan neurotransmiter norefinefrin dan seratonin
pada otak antidepresan trisiklik aman dan efektif dalam pengobatan penyakit
depresif akut dan jangka (Mutchler,1991).
Dalam proses pengujian obat antidepresan, pertama-tama mencit ditimbang
terlebih dahulu. Penimbangan hewan percobaan ini dilakukan untuk memudahkan
ketika penentuan dosis yang akan diberikan pada tiap mencit. Hal ini dikarenakan
penentuan dosis berdasarkan pada bobot badan mencit. Kemudian sebelum
melakukan percobaan, praktikan menghitung konversi dosis pada hewan percobaan
terlebih dahulu. Perhitungan konversi dosis ini dilakukan agar praktikan
mengetahui dosis yang tepat untuk hewan percobaan. Hal ini dikarenakan luas
permukaan tubuh mencit berbeda-beda sehingga dosis yang diberikan pada setiap
mencit juga akan berbeda. Dalam pengujian obat antidepresan, praktikan
menggunakan dosis II amitriptilin. Adapun hasil perhitungan dosis II amitriptilin
yang digunakan praktikan yaitu 0,075 mg. Sehingga volume sediaannya 0,288 ml.
Setelah dilakukan pemberian sediaan uji, kemudian mencit didiamkan
selama 30 menit. Hal ini dilakukan untuk memberikan waktu agar sediaan yang
diberikan dapat diabsorpsi oleh tubuh sehingga data yang dihasilkan merupakan
hasil pengamatan terhadap aktivitas kerja sediaan uji antidepresi.
Setelah didiamkan selama 30 menit kemudian dilakukan uji antidepresi
dengan metode yang dapat melihat aktivitas obat antidepresan, antara lain uji
renang, uji waterwheel, dan uji rotary road. Pada percobaan ini metode yang
digunakan untuk uji aktivitas antidepresan adalah dengan metode berenang (Forced
Swimming Test) dimana mencit akan dimasukkan ke dalam silinder berisi air
dengan tinggi melebihi tubuh mencit agar kaki mencit tidak mencapai dasar
silinder. Hal yang diamati berdasarkan metode ini ialah waktu immobilitas mencit
atau keadaan dimana mencit tidak bergerak, karena pada dasarnya mencit akan
berusaha keluar dari air dan menempati habitat asli mencit yaitu di daratan. Waktu
immobilitas pada hewan uji diartikan sebagai keadaan putus asa pada manusia yang
merupakan salah satu penyebab dari terjadinya depresi (Porsolt et al., 1977).
Selanjutnya digunakan metode berenang (Forced Swimming Test) karena
penggunaan bahan dan alat yang lebih sederhana dibandingkan dengan pengujian
lain.
Kemudian praktikan melakukan pengamatan waktu imobilitas pada mencit
yang dilakukkan tiap 5 menit selama 15 menit (T5, T10, T15). Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan oleh kelompok 1 (kontrol0, gerak mencit kontrol yang
telah diberikan sediaan suspensi CMC Na didapatkan waktu imobilitas secara
berurutan (T5, T10, T15) 119 detik, 126 detik dan 135 detik dimana waktu tersebut
menunjukan keadaan depresi dari mencit, karena pemberian stimulus secara
psikolog yaitu menempatkan mencit bukan pada habitatnya. Bila dilihat dari hasil
pengamatan diperoleh waktu emobilitasnya meningkat. Seharusnya mencit yang
diberikan sediaan kontrol waktu imobilitasnya tidak meningkat/ konstan. Hal ini
dikarenakan terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi, diantaranya
mencit mengalami kelelahan sehingga waktu diam menjadi meningkat. Faktor lain
yaitu mencit sudah beradaptasi sehingga lebih tenang.
Selanjutnya pada mencit uji yang menggunakan dosis I amitriptilin
dilakukan oleh kelompok 2, 4, da 6 didapatkan hasil pengamatan dari kelompok II
secara berurutan (T5, T10, T15) adalah 154 detik, 154 detik dan 271 detik. Hal ini
menunjukkan bahwa obat amitriptilin dapat bekerja sebagai obat antidepresan yang
ditandai dengan meningkatnya waktu imobilitas pada mencit. Sedangkan hasil
pengamatan dari kelomok 4 secara berurutan 108, 212, dan 219. Selanjutnya hasil
pengamatan dari kelompok 6 menunjukkan bahwa pada waktu 5 menit dan pada
mencit uji dosis I amitriptilin didapatkan hasil pengamatan kelompook III secara
berurutan (T5, T10, T15) adalah 86 detik, 136 detik dan 180 detik. Hal ini dapat
terjadi karena efek dari obat antidepresan yang dapat menghambat reuptake
serotonin atau zat aktif. Sehingga menyebabkan waktu imobilitas yang dihasilkan
akan meningkat. Hal ini dikarenakan tikusnya menjadi lebih tenang setelah
pemberian obat.
Setelah itu, pada mencit uji yang menggunakan dosis II amitriptilin
dilakukan oleh kelompok 3, 5, da 7 didapatkan hasil pengamatan dari kelompok III
secara berurutan (T5, T10, T15) adalah 141, 172, dan 137 detik. Hal ini
menunjukkan bahwa obat amitriptilin dapat bekerja sebagai obat antidepresan yang
ditandai dengan meningkatnya waktu imobilitas pada mencit. Sedangkan hasil
pengamatan dari kelomok 5 secara berurutan 125, 174, dan 219. Selanjutnya hasil
pengamatan dari kelompok 7 menunjukkan bahwa waktu imobilitas yang
dihasilkan dapat meningkat. pada waktu 5 menit dan pada mencit uji dosis II
amitriptilin didapatkan hasil pengamatan kelompook III secara berurutan (T5, T10,
T15) adalah 141 deti, 172 detik dan 137. Hal ini dapat terjadi karena efek dari obat
antidepresan yang reuptake serotonin atau zat aktif. Sehingga waktu imobilitas yang
dihasilkan akan meningkat.
Sehingga berdasarkan hasil pada mencit uji I dan II didapatkan peningkatan
waktu imobilitas pada masing-masing dosis yang berbeda, dengan maksud untuk
membandingkan dosis terapi yang lebih baik. Seharusnya imobilitas yang baik
adalah imobilitas yang lebih singkat, namun dari mekanisme kerja trisiklik dapat
diperhatikan bahwa terjadi peningkatan sekresi serotonin dan noradrenalin.
Triskilik memiliki aktivitas memperbaiki psikologi seperti gelisah, murung,
depresi, senang dan lain-lain tanpa meingkatkan kerja motorik, karena salah satu
efek samping dari obuat golongan trisiklik adalah antimuskarinik dan juga sedasi,
sehingga mencit merasakan rasa yang tenang dan relax namun tidak sampai pada
tahap hipnotik. Sehingga dari data yang didapatkan mencit mengalami peningkatan
waktu imobilitas karena yang dipengaruhi adalah neurotransmitter serotonin
dimana berfungsi mengatur psikis tanpa meningkatkan mobilitas atau motorik kerja
dari mencit. Hal ini terjadi karena adanya penghambatan reuptake dari serotonin
dan Norephedrin di transmisi sinaps sehingga menimbulkan rasa tenang,
peningkatan α1 blocker, peningkatan kerja parasimpatolitikum dan penurunan
energi. Jadi masing masing obat dari antidepresan memiliki mekanisme yag
berbeda pada masing-masing obatnya, untuk amitriptilin memiliki mekanisme kerja
seperti penjelasan diatas.
Secara keseluruhan mekanisme kerja dari obat stimulan SSP dan
antidepresan memilik persamaan yaitu meningkatkan neurotransmitter namun
neurotransmiter yang ditingkatkan berbeda, untuk stimulan SSP
neurotransmiternya adalah adrenalin dan dopamin yang cenderung untuk
meningkatan kerja motorik dari tubuh, sedangkan untuk antidepresan memiliki
neurotransmitter serotonin yang pada umumnya meningkatnya mood.

Kesimpulan

 Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian dengan metode uji renang, saat
tubuh mencit terendam air secara spontan mencit akan menggerakan kaki
dan tangannya untuk berenang dan berusaha keluar dari air.namun saat saat
tertentu mencit akan menghentikan gerakan kaki dan tangannya, mnunjukan
sikap yang pasif. Pada saat itulah mencit dianggap depresi .
Parameter yang digunakan adalah waktu imobilitas.
 Obat antidepresan memiliki aktivitas mengurangi gejala depresi pada hewan
percobaan hal ini ditunjukan oleh mencit yang di berikan sediaan obat
amitriptilin secara oral dengan dosis rendah dan tinggi memiliki waktu
imobilitas yang semakin meningkat dari waktu pertama obat di berikan
sampai mencapai efeknya, dan kontol yang memiliki durasi waktu
imobilitas yang cenderung lebih lama.

Dapus
Bagod, Sudjadi. (2007). Biologi SMA/MA Kelas X. Jakarta: Yudhistira
Ferreira LM, Hochman B, Barbosa MV. (2005). Modelos experimentais em
pesquisa. Acta Cir Bras. 20:28–34. [PubMed]
Mutchler, Ernst.(1991). Dinamika Obat Edisi Kelima. Bandung: ITB.
Pearce AI, Richards RG, Milz S, Schneider E, Pearce SG. (2007). Animal models
for implant biomaterial research in bone: A review. Eur Cell Mater.13:1–
10. [PubMed].

Anda mungkin juga menyukai