Anda di halaman 1dari 31

Daftar Isi

BAB I
Pendahuluan:
1.1. Latar Belakang....................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................4
1.3. Tujuan Praktikum................................................................................................4
1.4. Manfaat Praktikum..............................................................................................4

BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1. Definisi Nyeri…………………..........................................................................5
2.2. Definisi Analgetika………………......................................................................9
2.3. Penggolongan Analgetika.....…..........................................................................14
2.4. Metode Uji Analgetik……..................................................................................18
2.5. Monografi............................................................................................................
2.6. Karakteristik Hewan Coba...................................................................................

BAB III
Metode Percobaan:
3.1 Prosedur Kerja...................................................................................................21
3.2 Alat dan Bahan..................................................................................................21
3.3 Perhitungan........................................................................................................22
3.4 Pembuatan Sediaan............................................................................................22
3.5 Cara Analisis.....................................................................................................26
3.6 Definisi Operasional..........................................................................................26

BAB IV
Hasil dan Pembahasan….........................................................................................

BAB V
Kesimpulan dan Saran.................................................................................................32
Daftar Pustaka..............................................................................................................33

Laporan Praktik Farmakologi 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya
kami dapat menyusun dan menyelesaikan laporan praktikum farmakologi mengenai “Uji Efek
Analgetika dengan Diklofenak dan Tramadol terhadap Mencit”

Laporan praktikum farmakologi ini disusun berdasarkan data-data yang telah diperoleh
selama praktikum farmakologi, yang telah dilaksanakan pada Selasa, 12 september 2017.
Bertempat di Laboratorium Farmakologi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta
II Jurusan Farmasi.

Dengan tersusunnya laporan praktikum farmakologi ini, kami mengucapkan


terimakasih kepada dosen-dosen pembimbing praktikum farmakologi yang telah memandu
kami dalam melaksanakan praktikum hingga selesai, khususnya kepada;
1. Purnama Fajri, M. Biomed., Apt selaku pembimbing praktikum farmakologi.
2. Dra. Tati Suprapti, M. Biomed., Apt selaku pembimbing praktikum farmakologi.
3. Serta seluruh anggota dari masing-masing kelompok.

Kami berharap semoga laporan ini akan bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan dan dapat menambah pengetahuan khususnya bagi mahasiswa Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jakarta II Jurusan Farmasi.

Sebagai manusia yang mempunyai keterbatasan, kami menyadari adanya kekurangan


dari laporan ini. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kepada seluruh pembaca untuk
memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun.

Jakarta, Oktober 2017

Penyusun

Laporan Praktik Farmakologi 2


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dan tidak
ketinggalan pula perkembangan dibidang kefarmasian, maka dari itu kita sebagai ahli madya
farmasi dituntut mempunyai kemampuan yang memadai dan harus siap menghadapi dunia luar
yang semakin maju dan kompeten, sehingga harus dapat memahami dan menerapkan semua
ilmu yang diperoleh untuk dimanfaatkan dan digunakan serta dikembangkan dalam kehidupan
sehari-hari, yang nantinya dapat digunakan dalam menghadapi dunia kerja.
Untuk itu dengan adanya pelajaran dan praktikum farmakologi ini, diharapkan
mahasiswa dapat menjadi ahli madya farmasi yang memiliki kemampuan yang dapat
bermanfaat untuk dunia kefarmasian.
Analgetika pada umumnya diartikan sebagai suatu obat yang efektif untuk
menghilangkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi dan nyeri lain misalnya nyeri pasca bedah
dan pasca bersalin, dismenore (nyeri haid) dan lain-lain sampai pada nyeri hebat yang sulit
dikendalikan. Hampir semua analgetika memiliki efek antipiretik dan efek anti inflamasi
(Katzung, 1998). Obat penghalang nyeri (analgetik) mempengaruhi proses pertama dengan
mempertinggi ambang kesadaran akan perasaan sakit, sedangkan narkotik menekan reaksi-
reaksi psychis yang diakibatkan oleh rangsangan sakit (Anief, 2000).
Berdasarkan khasiat analgetika tersebut, kami mengadakan percobaan untuk menguji
aktivitas (khasiat) yang dihasilkan dari obat analgetika Diklofenak dan Tramadol pada hewan
uji, yaitu mencit betina putih.
Dan metode yang kami gunakan pada percobaan kali ini adalah metode Sigmund,
yaitu dengan cara metode penapisan analgetik dengan induksi cara kimia. Obat uji dinilai
kemampuannya dalam menekan atau menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi secara kimia
(pemberian asam asetat) pada hewan percobaan mencit. Rasa nyeri ini pada mencit
diperlihatkan dalam bentuk respon gerakan geliatan. Frekuensi gerakan ini dalam waktu
tertentu menyatakan derajat nyeri yang dirasakannya.

Laporan Praktik Farmakologi 3


1.2 Rumusan Masalah
1. Mencari tahu bagaimana efek analgetika diklofenak dan tramadol terhadap hewan coba
mencit ?
2. Mencari bagaimana perbandingan efek tramadol dan diklofenak dengan dosis yang
berbeda-beda ?

1.3 Tujuan Praktikum.


 Tujuan Umum :
Mahasiswa dapat mempelajari dan mengetahui pengaruh pemberian dan
efektivitas analgetika sediaan obat ( tramadol dan diklofenak ) pada mencit.
 Tujuan Khusus :
a. Membandingkan efek analgetika tramadol dengan 2 dosis berbeda
b. Membandingkan efek analgetika diklofenak dengan 2 dosis berbeda
c. Menghitung % efek analgetik pada tiap percobaan
d. Membuktikan hubungan antara efek dengan dosis
e. Mengetahui waktu dari saat Diklofenak diberikan hingga saat obat terasa kerjanya
(onset)
f. Mengetahui dosis analgetika manusia terhadap mencit.

1.4 Manfaat Percobaan


Memberikan suatu gambaran mengenai pengaruh pemberian obat tramadol dan
natrium diklofenak mengenai efek analgetika dengan hewan percobaan mencit. Di samping itu
penulisan ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat bagi :
 Bagi Penulis
a) Mampu membuktikan efek analgetika pada mencit.
b) Mengetahui efek analgetika yang lebih baik dari dari kedua obat yang berbeda.
c) Dapat mengetahui obat-obat yang efektif dalam penggunaan laksativa.

Laporan Praktik Farmakologi 4


 Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan tentang cara yang efektif dalam penggunaan analgetika.

Laporan Praktik Farmakologi 5


BAB II
Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi Nyeri


Nyeri merupakan suatu keadaan yang tidak nyaman dan menyiksa bagi penderitanya.
Namun terkadang nyeri dapat digunakan sebagai tanda adanya kerusakan jaringan. Nyeri
merupakan suatu tanda terhadap adanya berbagai gangguan tubuh, seperti infeksi kuman,
peradangan dan kejang otot (Guyfon, 1996). Mediator-mediator nyeri yang terpenting adalah
histamine, serotonin, plasmakinin-plasmakinin, dan prostaglandin-prostagladin, sertaion-ion
kalium (Mutschler, 1991). Semua senyawa nyeri (mediator nyeri) seperti histamine, bradikin,
leukotriendan prostaglandin merangsang reseptor nyeri (nociceptor) di ujung- ujung saraf
bebas di kulit, mukosa serta jaringan lain dan demikian menimbulkan antara lain reaksi radang
dan kejang-kejang. Untuk mengurangi atau meredakan rasa sakit atau nyeri tersebut maka
banyak digunakan obat-obat analgetik (seperti parasetamol, asam mefenamat dan antalgin)
yang bekerja dengan memblokir pelepasan mediator nyeri sehingga reseptor nyeri tidak
menerima rangsang nyeri.

Mediator nyeri penting adalah amin histamin yang bertanggung jawab untuk
kebanyakan reaksi alergi (bronchokonstriksi, pengembangan mukosa, pruritus) dan nyeri.
Bradikinin adalah polipeptida (rangkaian asam amino) yang dibentuk dari protein plasma.
Prostaglandin mirip strukturnya dengan asam lemak dan terbentuk dari asam arachidonat.
Menurut perkiraan zat-zat ini meningkatkan kepekaan ujung saraf sensoris bagi rangsangan
nyeri yang diakibatkan oleh mediator lainnya. Zat-zat ini berkhasiat vasodilatasi kuat dan
meningkatkan radang dan udema. Berhubung kerjanya serta inaktivasinya pesat dan
berkhasiat lokal, maka juga dinamakan hormon lokal. Mungkin sekali zat-zat ini juga bekerja
sebagai mediator demam.

2.2 Definisi Analgetika


Analgetik adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi rasa sakit atau
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Kesadaran akan perasaan sakit terdiri dari dua proses,
yakni penerimaan rangsangan sakit di bagian otak besar dan reaksi- reaksi emosional dan
individu terhadap perangsang ini (Anief, 2000).

Laporan Praktik Farmakologi 6


Analgetika pada umumnya diartikan sebagai suatu obat yang efektif untuk menghilangkan
sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi dan nyeri lain misalnya nyeri pasca bedah dan pasca
bersalin, dismenore (nyeri haid) dan lain-lain sampai pada nyeri hebat yang sulit dikendalikan.
Hampir semua analgetika memiliki efek antipiretik dan efek anti inflamasi (Katzung, 1998).
Obat penghalang nyeri (analgetik) mempengaruhi proses pertama dengan mempertinggi
ambang kesadaran akan perasaan sakit, sedangkan narkotik menekan reaksi-reaksi psychis
yang diakibatkan oleh rangsangan sakit (Anief, 2000).

2.3 Penggolongan analgetika


 Berdasarkan atas kerja farmakologisnya, analgetika dibagi menjadi 2 kelompok besar
yaitu :
1. Analgetik narkotik (analgetik sentral)
Analgetika narkotika bekerja di SSP, memiliki daya penghalang nyeri
yang hebat sekali. Dalam dosis besar dapat bersifat depresan ukmum
(mengurangi kesadaran), mempunyai efek samping menimbulkan rasa
nyaman(euphoria). Hampir semua perasaan tidak nyaman dapat dihilangkan
oleh analgesik narkotik kecuali sensasi kulit. Harus hati-hati menggunakan
analgesik ini karena mempunyai resiko besar terhadap ketergantungan obat
(adiksi) dan kecenderungan penyalahgunaan obat. Obat ini hanya dibenarkan
untuk penggunaan insidentil pada nyeri hebat (trauma hebat, patah tulang, nyeri
infark jantung, kolik batu empedu/batu ginjal. Obat golongan ini hanya
dibenarkan untuk penggunaan insidentil pada nyeri hebat (trauma hebat, patah
tulang, nyeri infark jantung, kolik batu empedu/batu ginjal. Tanpa indikasi kuat,
tidak dibenarkan penggunaanya secara kronik, disamping untuk mengatasi
nyeri hebat, penggunaan narkotik diindikasikan pada kanker stadium lanjut
karena dapat meringankan penderitaan. Fentanil dan alfentanil umumnya
digunakan sebagai premedikasi dalam pembedahan karena dapat memperkuat
anastesi umum sehingga mengurangi timbulnya kesadaran selama anastesi.

Penggolongan analgesik – narkotik sebagai berikut :

 Alkaloid alam : morfin, codein


 Derivat semi sintesis : heroin
 Derivat sintetik : metadon, fentanil
 Antagonis morfin : nalorfin, nalokson dan pentazocin

Laporan Praktik Farmakologi 7


Efek samping

Morfin dan opioida lainnya menimbulkan sejumlah besar efek samping yang
tidak diinginkan, yaitu:

 Supresi SSP, misalnya sedasi, menekan pernafasan dan batuk, miosis,


hypothermia dan perubahan suasana jiwa (mood). Akibat stimulasi
langsung dari CTZ (Chemo Trigger Zone) timbul mual dan muntah.
Pada dosis lebih tinggi mengakibatkan menurunnya aktivitas mental dan
motoris
 Saluran napas : bronchokonstriksi, pernafasan menjadi lebih dangkal
dan frekuensinya menurun.
 Sistem sirkulasi: vasodilatasi perifer pada dosis tinggi hipotensi dan
bradicardia.
 Saluran-cerna: motilitas berkurang (obstipasi), kontraksi sfingter
kandung empedu (kolik batu empedu), sekresi pankreas, usus dan
empedu berkurang.
 Saluran urogenital: retensi urin (karena naiknya tonus dari sfingter
kandung kemih), motilitas uterus berkurang (waktu persalinan
diperpanjang).
 Histamine-liberator: urticaria dan gatal-gatal, karena menstimulasi
pelepasan histamine.
 Kebiasaan dengan resiko adiksi pada penggunaan lama. Bila terapi
dihentikan dapat terjadi gejala abstinensi.

2. Analgesik non opioid (non narkotik)

Analgetik non narkotik disebut juga analgesik perifer karena tidak


mempengaruhi susunan saraf pusat. Semua analgesik perifer memiliki khasiat
sebagai anti piretik yaitu menurunkan suhu badan pada saat demam. Khasiatnya
berdasarkan rangsangan terhadap pengatur kalor dihipotamalus, mengakibatkan
vosodilatasi perifer dikulit dengan bertambahnya pengeluaran kalor disertai
banyaknya keluar keringat. Antiradang sama kuatnya dengan analgesik
digunakan sebagai anti nyeri atau rematik.

Laporan Praktik Farmakologi 8


Efek samping yang paling umum adalah gangguan lambung usus (B, C,
E), kerusakan darah (A, B, D dan E), kerusakan hati dan ginjal (A, C) dan juga
reaksi alergi kulit. Efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan lama atau
dalam dosis tinggi. Oleh karena itu penggunaan analgetika secara kontinu tidak
dianjurkan.

Interaksi, kebanyakan analgetika memperkuat efek antikoagulansia,


kecuali paracetamol dan glavenin. Kedua obat ini pada dosis biasa dapat
dikombinasi dengan aman dengan waktu maksimal 2 minggu.

 Berdasarkan potensi kerja, mekanisme kerja dan efek samping, analgetika di bedakan
menjadi 2 kelompok, yaitu :

1. Analgetika yang bersifat kuat, bekerja pada pusat (hipoanalgetika → kelompok


opiat)

2. Analgetika yang berkhasiat lemah (sampai sedang), bekerja terutama pada


perifer dengan sifat antipiretika dan kebanyakan juga mempunyai sifat
antiinflamasi dan antireumatik (Tjay dan Rahardja, 2007).

2.4 Metode uji analgetik

a. Metode penapisan analgetik dengan induksi cara kimia (Metode Sigmund)


Obat uji dinilai kemampuannya dalam menekan atau menghilangkan rasa
nyeri yang diinduksi secara kimia (pemberian asam asetat) pada hewan
percobaan mencit. Rasa nyeri ini pada mencit diperlihatkan dalam bentuk
respon gerakan geliatan. Frekuensi gerakan ini dalam waktu tertentu
menyatakan derajat nyeri yang dirasakanya.
b. Metode induksi nyeri cara panas
Hewanpercobaan yang ditempatkan di atas pelat panas dengan suhu tetap
sebagai stimulus nyeri akan memberikan respon dalam bentuk mengangkat
atau menjilat telapak kaki depan ,atau meloncat. Selang waktu antara
pemberian stimulus nyeri dan terjadinya respon yang di sebut waktu
relaksasi dapat di perpanjang oleh pengaruh obat-obat analgetika.
Perpanjangan waktu relaksasi ini dapat dijadikan sebagai ukuran dalam
mengevaluasi aktivitas analgetika.

Laporan Praktik Farmakologi 9


c. Metode penapisan analgetik untuk nyeri sendi
Analgetika tertentu dapat mengurangi atau meniadakan rasa nyeri sendi, tipe
nyeri artitis pada hewan percobaan yang ditimbulkan oleh suntikan intra
artikular larutan AgNO3 1%.

Contoh obat analgesik dan antipiretik (Junaidi, 2009):

1. Aspirin/asam asetil salisilat

Indikasi :Meringankan sakit kepala, pusing, sakit gigi, nyeri otot, menurunkan
demam.

Dosis :Dewasa 500-600 mg/4jam. Sehari maksimum 4 gram. Anak-anak 2-


3 tahun 80-90 mg, 4-5 tahun160-240 mg,6- 8 tahun 240-320 mg, 9-10
tahun 320-400 mg, >11tahun 400-480 mg. Semua diberikan tiap 4 jam
setelah makan.

Kontraindikasi :Ulkus peptikum, kelainan perdarahan, asma.

Efek samping :Gangguan gastrointestinal, pusing, reaksi hipersensitif .

2. Asam mefenamat

Sebagai analgetik, obat ini adalah satu-satunya yang mempunyai kerja yang baik pada
pusat sakit dan saraf perifer. Asam mefenamat cepat diserapdan konsentrasi puncak
dalam darah dicapai dalam 2 jam setelah pemberian, dan diekskresikan melalui urin.

Indikasi :Untuk mengatasi rasa sakit dan nyeri yang ditimbulkan dari rematik
akutdan kronis,luka pada jaringan lunak, pegal pada otot
dansendi,dismonore, sakit kepala, sakit gigi, setelah operasi dll.

Dosis :Sebaiknya diberikan sewaktu makan, dan pemakaian tidak boleh lebih
dari 7 hari.Anak- anak >6 bulan: 3- 6,5mg/kgBB tiap 6 jam atau 4 kali
perhari. Dewasa dan anak >14tahun:dosis awal 500 mg,kemudian
250mg setiap 6 jam.

Kontraindikasi :Kepekaan terhadap asam mefenamat, radang atau tukak padasaluran


pencernaan.

Laporan Praktik Farmakologi 10


Efek samping :Dapat mengiritasi system pencernaan,dan mengakibatkan konstipasiatau
diare.

3. Parasetamol

Diserap dengan cepat dan tanpa menimbulkan iritasi disaluran pencernaan,


methemoglobin, atau konstipasi.

Indikasi :Menghilangkan demam dan rasa nyeri pada otot/sendi yang menyertai
influenza, vaksinasi dan akibat infelsi lain, sakit kepala, sakitgigi,
dismonere, artritis, dan rematik.

Dosis :Tablet = anak-anak :0,5-1tab 3-4kali perhari, dewasa:1-2tab 3-4kali


perhari. Sirup=bayi 0,25-0,5 sdt 3-4kali perhari, anak-anak ( 2-5tahun
) 1sdt 3-4kali perhari. 6-12 tahun, 2sdt 3-4kali perhari.

4. Tramadol

Tramadol adalah analog kodein sintetik yang meruapakan agonis reseptor μ yang
lemah. Sebagian dari efek analgetiknya ditimbulkan oleh inhibisi ambilan norepinefrin
dan serotonin.Tramadol sama efektif dengan morfin atau mepedrin untuk nyeri ringan
sampai sedang, tetapi untuk nyeri berat atau kronik lebih lemah. Efek samping yang
umum terjadi adalah mual, muntah, pusing, sedasi, mulut kering, dan sakit
kepala.Depresi pernapasan nampaknya kurang dibandingkan dengan dosis
ekuianalgetik morfin, dan derajat konstipasinya kurang daripada dosis ekuivalen
kodein.Tramadol dapat meyebabkan konvulsi atau kambuhnya serangan konvulsi.
Depresi napas akibat tramadol dapat diatasi oleh nalokson akan tetapi penggunaan
nalokson meningkatkan risiko konvulsi. Analgesia yang ditimbulkan oleh tramadol
tidak dipengaruhi oleh nalokson. Penggunaan Analgetik Obat-obat ini mampu
meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa memengaruhi SSP atau menurunkan
kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan. Kebanyakan zat ini juga berdaya
antipiretis dan/atau antiradang. Oleh karena itu tidak hanya digunakan sebagai obat anti
nyeri, melainkan juga pada demam (infeksi virus/kuman, selesma, pilek) dan
peradangan seperti rema dan encok. Obat-obat ini banyak diberikan untuk nyeri ringan

Laporan Praktik Farmakologi 11


sampai sedang, yang penyebabnya beraneka ragam, misalnya nyeri kepala, gigi, otot
atau sendi (rema, encok), perut, nyeri haid, nyeri akibat benturan atau kecelakaan
(trauma). Untuk kedua nyeri terakhir, NSAID lebih layak.

2.5 Monografi
1. Tramadol

2. Diklofenak

Pemerian : Serbuk hablur, berwarna putih, tidak berasa (USP 30 NF 25,2007)

Kelarutan : Sedikit larut dalam air, larut dalam alcohol; praktis tidak larut dalam
kloroform dan eter; bebas larut dalam alcohol metil. Ph larutan 1%
dalam air adalah antara 7,0 dan 8 (Martindale 36,2009)

Khasiat : NSAID yang terkuat daya antiradangnya. Obat ini sering digunakan
untuk segala macam nyeri, juga pada migraine dan encok. Pada
sediaan parenteral sangat efektif untuk menanggulangi nyeri kolik
hebat (kandung kemih dan kandung empedu) (Tan HT, 2007)

Mekanisme Kerja : Menghambat enzim Cyclooxygenase kurang lebih bekerja secara


tidak selektif, yaitu lebih kuat menghambat Cyclooxygenase 2
(COX-2) daripada cyclooxygenase 1 (COX-1) sehingga
menghambat pembentukan sintesis prostaglandin yang merupakan
mediator nyeri (Tan HT, 2007)

Efek Samping : Efek ulcerogen, yakni mual, muntah, nyeri lambung, gastritis,
tukak lambung-usus dan perdarahan samar (occult) yang disebabkan
perintangan sintesa prostacyclin dan kehilangan daya
perlindungannya serta gangguan fungsi hati dan haid (Tan HT,
2007)

Dosis :Oral 3 dd 25-50 mg garam-Na/K (d.c/p.c), rektal 1 dd 50-100 mg,


i.m pada nyeri kolik 1-2 dd 75 mg selama 1-3 hari (Tan HT, 2007)

Laporan Praktik Farmakologi 12


3. Tragakan
Uraian :Tragakan adalah eksudat kering gom dari astragalus gummifer
Labillardiere atau spesies Asiatic lain dari Astragalus (Familia
Leguminosae)
Pemerian :Tidak berbau; hampir tidak berasa (FI III hal 612)
Karakteristik Botani : Tragakan fragmen, datar, lamelia, kadang-kadang melengkung
atau helaian lurus atau spiral melengkung dengan ketebalan dari
0,5 mm sampai 2,5 mm; warna putih hingga kuning muda,
bening dan susunanya bertonjolan, patahannya pendek. Lebih
mudah diserbukkan apabila dipanaskan pada suhu hingga 500;
tidak berbau; rasa tawar seperti lendir.

Jaringan helaian tragakan menjadi lunak dalam air atau gliserin


P, terbentuk banyak lamella dan sedikit butiran-butiran tepung.

Serbuk tragakan putih hingga putih kekuningan. Bila diamati di


dalam tetesan air, menujukkan sejumlah fragmen angular dari
musilago dengan lamella melingkar atau tidak beraturan, kadang-
kadang butiran tepung berdiameter sampai 25 μm sebagaian
besar sederhana, sferis hingga elip, kadang-kadangberkumpul 2
butir sampai 4 butir, beberapa butir mengembang dan beberapa
diantaranya berubah. Serbuk menunjukkan beberapa atau tidak
ada fragmen jaringan tanaman berlignin (Gom India) (FI IV hal
799).

Kelarutan :Agak sukar larut dalam air, tetapi mengembang menjadi masa
homogen, lengket seperti gelatin (FI III ed 6 hal 612)
Khasiat : Suspending agent

Laporan Praktik Farmakologi 13


4. Asam Asetat
Asam asetat mengandung tidak kurang dari 32,5% dan tidak lebih dari 33,5% C2H4O2
(FI III hal 41)
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; bau menusuk; rasa asam
tajam (FI III hal 41)

Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan dengan gliserol
(FI III hal 41)

Khasiat : Induktor rasa nyeri

5. Etanol
Etanol adalah campuran etilalkohol dan air. Mengandung tidak kurang dari 94,7% v/v
atau 92,0% dan tidak lebih dari 95,2% v/v atau 92,7% C2H6O

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak: bau
khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang
tidak berasap (FI III hal 65)

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P (FI III
hal 65)

Khasiat : Pada kadar 60-80% berkhasiat bekterisid dan fungisid kuat, bekerja

cepat (efektif dalam 2 menit). Pada konsentrasi 80-90% efektif terhadap

virus, misalnya hepatitis-B dan enterovirus dan konsentrasi optimal

untuk daya bakterisid adalah pada kadar 70% (Tan HT, 2007)

2.6 Karakteristik Hewan Coba

Kingdom : Mamalia
Filum : Chordata
Clasis : Mamalia
Ordo : Rodentia
Familia : Muridae
Sub familia : Murinae
Genus : Mus

Laporan Praktik Farmakologi 14


Spesies : Mus musculus Linn

Pada percobaan ini digunakan mencit putih. Mencit digunakan sebagai hewan coba antara lain
karena mencit memiliki efek fisiologis yang hampir sama dengan manusia, selain itu mencit
memiliki karakteristik sebagai berikut:

NO. KARAKTERISTIK MENCIT (MUS MUSCULUS)

1. Pubertas 35 hari

2. Masa beranak Sepanjang tahun

3. Hamil 19-20 hari

4. Jumlah sekali lahir 4-12 (biasanya 6-8)

5. Lama hidup 2-3 tahun

6. Masa laktasi 21 hari

7. Frek. Kelahiran/tahun 4

8. Suhu Tubuh 37,9-39,20C

9. Kecepatan Respirasi 136-216/menit

10. Tekanan darah 147/106 S/D

11. Volume darah 7,5 % BB

Laporan Praktik Farmakologi 15


Hewan coba memiliki sifat seperti berikut:

 mudah ditangani
 bersifat penakut,
 fotofobik,
 cenderung berkumpul sesamanya,
 kecenderungan untuk bersembunyi,
 lebih aktif pada malam hari dan
 kehadiran manusia akan menghambat mencit

BAB III
METODE PERCOBAAN

Laporan Praktik Farmakologi 16


3.1 Alat dan Bahan
a. Alat :
- Timbangan digital
- Sonde oral
- Jarum suntik ukuran 1 ml
- Vial
- Spidol
- Kandang mencit
- Meja bedah mencit
- Wadah pengamatan
- Stopwatch
-
b. Bahan :
- Larutan tragakan 0,5%
- Suspensi tramadol 40 mg
- Suspensi tramadol 80 mg
- Suspensi diklofenak 50 mg
- Suspensi diklofenak 100 mg

3.2 Perhitungan Bahan


1) Hasil penimbangan yang didapat dari ketujuh hewan uji coba:
Laporan Praktik Farmakologi 17
 Mencit 1 : 21,06 g
 Mencit 2 : 21,79 g
 Mencit 3 : 22,96 g
 Mencit 4 : 22,07 g
 Mencit 5 : 22,25 g
 Mencit 6 :23,75 g

Perhitungan dosis asam asetat:


Mencit no. 1 : 21,06 g
21,06 𝑔 𝑚𝑔
𝑥 75 = 1,58 𝑚𝑔
1000 𝑔 𝑘𝑔
1,58 𝑚𝑔
Sediaan yang diambil : 1000 𝑚𝑔 𝑥 100 𝑚𝑙 ∶ 0,158 𝑚𝑙~0,16 ml

Mencit no. 2 : 21,79 g


21,79 𝑔 𝑚𝑔
𝑥 75 = 1,63 𝑚𝑔
1000 𝑔 𝑘𝑔
1,63 𝑚𝑔
Sediaan yang diambil : 1000 𝑚𝑔 𝑥 100 𝑚𝑙 ∶ 0,163 𝑚𝑙~0,16 ml

Mencit no.3 : 22,96 g


22,96 𝑔 𝑚𝑔
𝑥 75 = 1,72 𝑚𝑔
1000 𝑔 𝑘𝑔
1,72 𝑚𝑔
Sediaan yang diambil : 1000 𝑚𝑔 𝑥 100 𝑚𝑙 ∶ 0,172 𝑚𝑙~0,17 ml

Mencit no. 4 : 22,07 g


22,07 𝑔 𝑚𝑔
𝑥 75 = 1,65 𝑚𝑔
1000 𝑔 𝑘𝑔
1,65 𝑚𝑔
Sediaan yang diambil : 1000 𝑚𝑔 𝑥 100 𝑚𝑙 ∶ 0,165 𝑚𝑙~0,17 ml

Mencit no. 5 : 22,25 g


22,25 𝑔 𝑚𝑔
𝑥 75 = 1,67 𝑚𝑔
1000 𝑔 𝑘𝑔
1,67 𝑚𝑔
Sediaan yang diambil : 1000 𝑚𝑔 𝑥 100 𝑚𝑙 ∶ 0,167 𝑚𝑙~0,17 ml

Laporan Praktik Farmakologi 18


Mencit no. 6 : 23,75 g
23,75 𝑔 𝑚𝑔
𝑥 75 = 1,78 𝑚𝑔
1000 𝑔 𝑘𝑔
1,78 𝑚𝑔
Sediaan yang diambil : 1000 𝑚𝑔 𝑥 100 𝑚𝑙 ∶ 0,178 𝑚𝑙~0,18 ml

Perhitungan dosis mencit dengan perlakuan Normal ( tragakan ), tramadol, dan


diklofenak :
Mencit No. 1 : 21,06 g (Normal / tragakan 0,5%)
1. Tragakan 0,5% :
32,50 𝑔
Sediaan yang diambil : x 0,2 ml = 0,33 ml ~ 0,3 ml
20 𝑔

Mencit No. 2 : 21,79 g ( tramadol 40 mg 0,45 mg/ml )


40 mg 3
 AED : 60 kg ∶ = 8,2 mg/𝒌𝒈
37

 Mencit bb 21,7 g : 8,2 mg/kg X 0,0217 kg = 0,178 mg


1 ml
 Sediaan : 0,178 mg X = 0,395 ml ~ 0,4 ml
0,45 mg

Mencit No. 3 : 22,96 g ( tramadol 40 mg 0,45 mg/ml )


40 mg 3
 AED : 60 kg ∶ = 8,2 mg/𝒌𝒈
37

 Mencit bb 22,96 g : 8,2 mg/kg X 0,0296 kg = 0,188 mg


1 ml
 Sediaan : 0,188 mg X = 0,418 ml ~ 0,42 ml
0,45 mg

Mencit No. 4 : 22,07 g ( tramadol 80 mg 8,5 mg/10 ml )


80 mg 3
 AED : 60 kg ∶ = 16,4 mg/𝒌𝒈
37

 Mencit bb 2,07 g : 16,4 mg/kg X 0,02207 kg = 0,361 mg


10 ml
 Sediaan : 0,361 mg X = 0,425 ml ~ 0,43 ml
0,5 mg

Mencit No. 5 : 22,25 g ( Diklofenak 50 mg 5,25 mg/10ml )


50 mg 3
 AED : 60 kg ∶ = 10,25 mg/𝒌𝒈
37

 Mencit bb 22,25 g : 10,25 mg/kg X 0,02225 kg = 0,228 mg

Laporan Praktik Farmakologi 19


10 ml
 Sediaan : 0,228 mg X = 0,434 ml ~ 0,43 ml
5,25 mg

Mencit No. 6 : 23,75 g ( Diklofenak 100 mg 10,3 mg/10ml )


100 mg 3
 AED : ∶ = 20,5 mg/𝒌𝒈
60 kg 37

 Mencit bb 23,75 g : 20,5 mg/kg X 0,02375 kg = 0,486 mg


10 ml
 Sediaan : 0,486 mg X = 0,472 ml ~ 0,47 ml
10,3 mg

3.3 Prosedur Kerja.


 Prosedur pemberian
Oral (Pada pemberian Tragakan 0.5%, tramadol 40 & 80 mg, diklofenak 50 & 100 mg)
1. Mencit diangkat dengan cara memegangnya pada pangkal ekornya dengan
tangan
2. Letakaan mencit pada alas kawat, biarkan mencit memengang kawat dengan
kaki depannya
3. Dengan tangan kiri, kulit tengkuknya dijepit diantara jari telunjuk dan ibu jari
4. Pindahkan ekornya dari tangan kanan ke tangan kiri diantara jari manis dan jari
kelingking
5. Lakukan pemberian oral (masing-masing mencit diberikan sediaan yang
berlainan yaitu tragakan, tramadol 40 & 80 mg, diklofenak 25 & 100 mg)
diawali dengan memasukkan ujung sonde ke dalam mulut.
6. Kemudian secara perlahan-lahan dimasukkan melalui dinding mulut atas
sampai ke esophagus
7. Dorong piston sonde hingga cairan obat masuk seluruhnya.

 Intraperitonial (Pemberian Asam Asetat sebagai Induktor rasa nyeri)


1. Pindahkan ekor mencit dari tangan kanan ke jari kelingking tangan kiri, tarik kulit
abdomennya sehingga menjadi tegang
2. Pada saat penyuntikkan posisi kepala mencit lebih rendah dari abdomennya

Laporan Praktik Farmakologi 20


3. Bersihkan jarum dan permukaan luar kulit abdomen mencit dengan kapas beralkohol.
4. Jarum yang sudah berisi asam asetat 1% disuntikkan dengan membentuk sudut 450
dengan abdomen. Agak menepi dari garis tengah, untuk menghindari terkenanya
kandung kencing dan jangan pula terlalu tinggi agar tidak mengenai hati.

 Prosedur kerja
1. Hewan coba dipuasakan mulai jam 18 jam
2. Ambil 6 mencit untuk tiap meja dan beri nomor, lalu timbang
3. Hitung, ukur dosis dan berikan per-oral masing-masing perlakuan, kembalikan
ke kandang bulat
4. 30’ kemudian mencit disuntik i.p larutan asam asetat 1% & dosis 75 mg/kg BB
mencit
5. Catat waktu jarum suntik dicabut dan waktu mencit mulai menggeliat
6. Amati geliat mencit dan hitung jumlah geliat 10 menit sesudah pemberian asam
asetat
7. Catat masing-masing data dalam tabel jumlah geliatan setiap 5’ selama 30’
8. Catat data praktek hari ini, rata-ratakan jumlah geliatan tiap kelompok
9. Hitung efek analgetik menggunakan rumus : Efek analgetik = 100 – P/K*100

3.4 Pembuatan Sediaan


1. Pembuatan Asam Asetat
 Tuang larutan dari sediaan asam asetat 1% ke dalam gelas ukur sebanyak 100
ml
 Kemudian masukan ke wadah dan beri etiket (asam asetat 1%)

2. Pembuatan sediaan Diklofenak


 Sediaan induk Diklofenak
1. Masukkan 1 tablet diklofenak 25 mg ke dalam lumpang, gerus ad
halus
2. Tambahkan larutan tragakan ad 10 ml sambil diaduk sampai
semua suspensi tercampur rata.
3. Masukan ke wadah, beri etiket ( Diklofenak 5mg/ml)

 Sediaan suspensi Diklofenak 50

Laporan Praktik Farmakologi 21


1. Ambil 2,1 ml dari sediaan induk diklofenak 5mg/ml
2. Encerkan dengan tragakan 0,5% ad 10 ml
3. Masukan ke wadah , beri etiket ( diklofenak 0,53 mg/ml )

 Sediaan suspensi Diklofenak 100


1. Ambil 4,1 ml dari sediaan induk diklofenak 5mg/ml
2. Encerkan dengan tragakan 0,5% ad 10 ml
3. Masukan ke wadah , beri etiket. ( Diklofenak 1,03 mg/ml )
3. Pembuatan sediaan Tramadol
 Sediaan induk tramadol
1. Masukkan 1 tablet tramadol 50 mg ke dalam lumpang, gerus ad
halus
2. Tambahkan larutan tragakan ad 10 ml sambil diaduk sampai
semua suspensi tercampur rata.
3. Masukan ke wadah, beri etiket ( Tramadol 5mg/ml )

 Sediaan suspensi tramadol 40


1. Masukkan 0,90 ml dari sediaan induk tramadol dari sediaan
induk tramadol 5mg/ml
2. Encerkan dengan tragakan 0,5% ad 10 ml
3. Masukan ke wadah , beri etiket. ( Tramadol 0,45mg/ml )

 Sediaan suspensi tramadol 80


1. Masukkan 1,70 ml dari sediaan induk tramadol dari sediaan
induk tramadol 5mg/ml
2. Encerkan dengan tragakan 0,5% ad 10 ml
3. Masukan ke wadah , beri etiket. ( Tramadol 0,85mg/ml )

4. Pembuatan sediaan suspensi tragakan


1. Timbang 500 mg tragakan
2. Masukan ke dalam lumpang, gerus ad halus
3. Tambahkan aqua dest sedikit demi sedikit ada 100 ml sambil diaduk
4. Masukan ke wadah, beri etiket (Tragakan 0,5%)

Laporan Praktik Farmakologi 22


Asam Mulai
Obat Jumlah Geliat 5' ke
Berat Asetat geliat Kum
No Perlakuan
(g) 30 '
(ml) Jam (ml) Jam Jam (') 1 2 3 4 5 6

1 N 21,06 0,42 10.50 0.16 11.23 11.25 2 10 10 14 7 7 7 55

2 N 21,69 0,43 10.32 0,16 11.04 11.10 6 8 12 7 9 5 2 43

3 N 24,52 0,45 10.30 0,17 11.00 11.08 8 15 18 10 10 8 6 67

4 N 20,35 0,41 11.36 0,15 12.06 12.21 15 0 5 3 1 0 0 9

5 N 21,90 0,44 11.06 0,16 11.40 11.46 6 9 0 2 4 2 2 19

Rata-rata 38,6

1 T40 21,79 0,40 10.46 0,16 11.19 11.27 8 7 12 6 10 5 4 44

2 T40 22,96 0,42 10.54 0.17 11.26 11.34 8 5 4 2 2 0 0 13

3 T40 22,15 0,44 10.35 0,18 11.21 11.26 5 6 9 2 2 0 0 19

4 T40 20,85 0,38 11.32 0,16 12.02 12.06 4 3 4 3 2 1 5 18

5 T40 21,33 0,39 11.15 0,16 11.49 11.50 1 7 5 2 5 3 1 23

Rata-rata 23,4

1 T80 22,07 0,43 10.50 0,16 11.24 11.35 9 1 1 1 1 0 0 4

2 T80 22,90 0,43 10.33 0,17 11.05 11.09 4 1 5 2 2 5 3 18

3 T80 23,95 0,47 11.28 0,18 11.58 12.02 4 4 4 7 6 6 2 29

4 T80 21,15 0,41 11.24 0,16 11.54 - - 0 0 0 0 0 0 0

5 T80 21,00 0,41 11.07 0,16 11.42 - - 0 0 0 0 0 0 0


Rata-rata 10,2

1 D50 22,25 0,43 10.52 0,17 11.30 11.38 8 11 12 14 12 3 2 54

2 D50 23,13 0,45 10.34 0,17 11.11 11.21 10 8 5 3 4 2 0 22

3 D50 20,86 0,40 11.34 0,16 12.04 12.09 5 1 2 3 0 0 0 6

4 D50 20,65 0,40 11.10 0,15 11.43 11.52 9 2 2 3 1 0 0 8

5 D50 22,35 0,43 11.09 0,17 11.40 11.45 5 4 0 1 0 0 0 5

Rata-rata 19

1 D100 23,75 0,47 10.51 0,18 11.26 11.30 4 10 8 7 3 2 1 31

Laporan Praktik Farmakologi 23


2 D100 22,60 0,46 10.36 0,17 11.06 11.12 6 13 10 7 4 6 5 45

3 D100 21,85 0,43 11.23 0,16 11.53 11.58 5 18 17 11 12 8 10 76

4 D100 20,53 0,41 11.20 0,15 11.42 11.49 7 5 3 0 0 0 0 8

5 D100 21,16 0,42 11.19 0,16 11.49 11.56 7 17 16 12 7 6 4 62

Rata-rata 44,4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh data yang disajikan dalam tabel data
kelompok dari masing-masing kelompok penguji.

Tabel 1. Data Kelompok

A. Perhitungan persentasi analgetik


% Analgetik: Persentase jumlah geliatan yang dihitung dengan rumus
efek = (100-(P/K x 100)) % , hasilnya > 50% = efek analgetik
1. T40 100-( P/K x 100) % = 100 - (23,4/38,6) x 100)% = 39,4%
2. T80 100-( P/K x 100) % = 100 - (10,2/38,6) x 100)% = 73,6%
3. D50 100-( P/K x 100) % = 100 - (19/38,6) x 100)% = 50.8%
4. D100 100-( P/K x 100) % = 100 - (44,4/38,6) x 100)% = -15%

B. Perhitungan persentasi geliatan


Adanya aktivitas analgetika bila jumlah geliatan ≤ 50% kelompok kontrol
1. Normal 50% x Geliat normal = 50% x 38,6= 19.3
2. T40 = 23,4 > 19.3
3. T80 = 10,2 < 19.3
4. D50 = 19 < 19.3
5. D100 = 44,4 > 19.3

Laporan Praktik Farmakologi 24


Gambar 1. Diagam perbandingan Efek Analgetik berdasarkan jumlah geliatan
terhadap kontrol normal

Perbandingan Jumlah Geliatan Terhadap Kontrol Normal


Perbandingan Jumlah Geliatan Terhadap Kontrol Normal

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Normal T40 T80 D50 D100

Gambar 2. Diagam perbandingan efek analgetik berdasarkan presentase dengan


rumus efek 100-(P/Kx100)%.

Laporan Praktik Farmakologi 25


80
70
60
50
Perbandingan Efek Analgetik
40
Tramadol 40, Tramadol 80,
30 Diklofenak 50, dan Diklofenak
100
20
10
0
T40 T80 D50 D100
-10
-20

4.3 Pembahasan
Pada praktikum Farmakologi kali ini melakukan percobaan untuk membuktikan
adanya khasiat analgetik dari tramadol dan diklofenak dengan menggunakan dosis
yang berbeda dan menghitung % efek analgetik dari tiap kelompok percobaan.
Sebelum melakukan praktikum, hewan coba yaitu mencit dipuasakan dahulu
selama 16 jam, hal ini dilakukan untuk menghindari variasi biologis.

Percobaan diawali dengan memberi nomor pada mencit agar tidak keliru dalam
memberi perlakuan. Mencit ditimbang sebelum diberi perlakuan agar dapat
menentukan berapa dosis dan volume oral yang harus diberikan sesuai dengan berat
badannya. Lalu diberi perlakuan oral (masing-masing mencit diberikan sediaan
yang berlainan yaitu tragakan ½ %, tramadol 40 mg, tramadol 80 mg, diklofenak
50 mg, dan diklofenak 100 mg) diawali dengan memasukkan ujung sonde ke dalam
mulut. Kemudian mencit disuntik i.p. larutan asam asetat 1 % sesuai dosis yang
telah dihitung. Kemudian mengamati geliatan mencit.

Penelitian menggunakan Metode Sigmund bertujuan untuk memberikan


pembuktian ilmiah mengenai efek analgetik dari tramadol dan diklofenak dengan
menggunakan dosis yang berbeda. Zat dinyatakan berkhasiat analgetik apabila pada
perhitungan menggunakan rumus diperoleh angka yang lebih kecil 50 % dari
kelompok normal.

Laporan Praktik Farmakologi 26


Dari data yang kami peroleh, kontrol normalnya, yaitu : 50% x Geliat normal
= 50% x 38,6 = 19,3. Dan obat dinyatakan berkhasiat jika data yang diperoleh <
50%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan dosis T40 diperoleh data 23,4 >
19,3 ; T80 di peroleh data 10,2 < 19,3 ; D50 di peroleh data 19 < 19,3; dan dengan
dosis D100 diperoleh data 44,4 > 19,3. Pada dosis T80 dan D50 terdapat aktivitas
(khasiat) analgetika, karena perbandingan dengan kelompok normal < 50%,
sedangkan pada T40 dan D50 tidak terdapat aktivitas (khasiat) analgetika, karena
perbandingan dengan kelompok normal > 50%.

Data lain berdasarkan perhitungan persen efek menunjukkan obat T40 memiliki
persentase efek analgetik sebesar 39,4%, T80 memiliki persentase efek analgetik
sebesar 73,6%, D50 memiliki persentase efek analgetik sebesar 50.8%, sementara
D100 memiliki persentase efek analgetik sebesar -15%. Berdasarkan data yang
kami peroleh, dapat disimpulkan bahwa T40 dan D100 tidak mempunyai efek
analgetik, karena berdasarkan rumus efek = (100-(P/K x 100)) % hasilnya < 50%
dan T80 dan D50 mempunyai efek analgetik, karena berdasarkan rumus efek =
(100-(P/K x 100)) % hasilnya > 50% = efek analgetik. Hubungan efek dengan dosis
dari penelitian ini adalah semakin besar dosis Tramadol semakin tinggi pula efek
analgetiknya dan semakin kecil dosis Diklofenak semakin rendah pula efek
analgetiknya.

Namun hasil ini belum sepenuhnya dapat membuktikan secara relevan karena
banyaknya variasi biologis yang ada seperti berat badan mencit yang tidak
memenuhi bobot yang ditetapkan dan penggunaan mencit yang belum terseleksi
kepekaannya.
Geliatan yang dihasilkan mencit tidak dapat dijamin keseragamannya karena
ambang rasa nyeri yang dimiliki mencit berbeda-beda atau terjadi variasi biologis
lain yang tidak diketahui. Dan juga kelalaian dan keterbatasan pengetahuan
praktikan menjadikan data yang kami olah dan peroleh, belum relevan. Selain itu
perlakuan saat pemberian sonde dan i.p. dapat mempengaruhi hasil karena apabila
dosis tidak masuk sempurna atau dosis berkurang karena muntah akan
mempengaruhi hasilnya, serta belum lihai saat melakukan perlakukan pada hewan
coba juga dapat mempengaruhi data yang kami peroleh.

Laporan Praktik Farmakologi 27


Dari 25 mencit yang digunakan oleh seluruh kelompok, ada 2 ekor mencit yang
tidak menggeliat. Sedangkan yang lainnya menggeliat. Hal ini kemungkinan
disebabkan asam asetat yang digunakan sudah terlalu encer atau kadarnya rendah
akibat penguapan, dan lain-lain, sehingga pemberiannya kurang menimbulkan efek
nyeri.

BAB V
Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut


1. Tramadol 40 mg dan Diklofenak 100 mg tidak mempunyai efek analgetik karena
presentase efek analgetiknya berdasarkan rumus 100-(P/Kx100)% adalah kurang
dari 50% yang berarti tidak memenuhi syarat untuk zat berefek analgetik yang harus
≥ 50%.

2. Tramadol 80 mg dan Diklofenak 50 mg mempunyai efek analgetik karena presentase


efek analgetiknya berdasarkan rumus 100-(P/Kx100)% adalah lebih dari 50 %, yang
berarti memenuhi syarat untuk zat berefek analgetik yang harus ≥ 50%.

Laporan Praktik Farmakologi 28


3. Hubungan efek dengan dosis Tramadol yang terjadi adalah hubungan efek dengan
dosis yang positif, karena peningkatan dosis berbanding lurus dengan efek
analgetiknya, sedangkan hubungan efek dengan dosis Diklofenak yang terjadi
adalah hubungan efek dengan dosis yang negatif, karena peningkatan dosis
berbanding terbalik dengan efek analgetiknya.

5.2 Saran

1. Lebih banyak berlatih dalam pemberian oral pada mencit, agar lihai pada saat memberi
perlakukan dan tidak terjadi kesalahan saat perlakuan yang dapat mempengaruhi hasil
akhir dari percobaan.
2. Sebaiknya mencit yang akan digunakan untuk percobaan telah diseleksi terlebih dahulu
dengan melakukan pengamatan terhadap berat badan mencit yang sama atau paling
tidak memiliki selisih berat yang tidak terlampau jauh supaya meminimalisir variasi
biologis yang mungkin terjadi bila berat badan mencit terlampau jauh.
3. Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati dan sebisa mungkin meminimalkan tingkat
stress pada mencit untuk mendapatkan hasil akhir yang lebih relevan dan akurat.
4. Manage waktu sebaik mungkin pada saat praktikum, agar waktu pemberian oral yang
telah direncanakan bisa diberikan tepat waktu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, Farmakope Indonesia edisi III. 1979. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
2. Anonim, Famakope Indonesia edisi IV. 1995. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indoesia.
3. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. Obat – Obat Penting edisi VI. 2006. Jakarta : PT Elex
Media Komputindo.
4. Handoko, T, Suharto, B. Farmakologi dan Terapi edisi IV. 1995. Jakarta : Bag Farmakologi
FKUI Jakarta.
5. Handoko, T, Suharto, B. Farmakologi dan Terapi edisi V. 2007. Jakarta : Bag Farmakologi
FKUI Jakarta.
6. Pengantar Praktikum Farmakologi

Laporan Praktik Farmakologi 29


7. Anief, M. 2000 . Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta
8. Green. 2009. Analgetika. Available online at: http:// greenhati.blogspot.com/2009/05/obat-
analgetik dan farmakodinamikanya.html (diakses 20 Maret 2014). Katzung, G. B. 1998.

Laporan Praktik Farmakologi 30

Anda mungkin juga menyukai