Anda di halaman 1dari 33

Daftar Isi

BAB I
Pendahuluan:
1.1. Latar Belakang....................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3. Tujuan Praktikum................................................................................................4
1.4. Manfaat Praktikum..............................................................................................4

BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1. Nyeri…………………..........................................................................................5
2.2. Analgetika……………….....................................................................................9
2.3. Identifikasi Bahan Praktikum…..........................................................................14
2.4. Karakteristik Hewan Coba.................................................................................18
2.5. Metode Uji Analgetik……..................................................................................18

BAB III
Metode Percobaan:
3.1 Prosedur Kerja..................................................................................................21
3.2 Alat dan Bahan.................................................................................................21
3.3 Perhitungan......................................................................................................22
3.4 Pembuatan Sediaan.........................................................................................22
3.5 Cara Analisis....................................................................................................26
3.6 Definisi Operasional.........................................................................................26

BAB IV
Hasil dan Pembahasan:
4.1 Menabelkan.....................................................................................................23
4.2 Pembuatan Grafik............................................................................................25
4.3 Membahas hasil sesuai tujuan.........................................................................26

BAB V
Kesimpulan dan Saran................................................................................................32
Daftar Pustaka............................................................................................................33

Efek Analgetik Piroksikam Page 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunianya kami dapat menyusun dan menyelesaikan laporan praktikum farmakologi
mengenai “PENGARUH DOSIS OBAT PIROKSIKAM TERHADAP EFEK
ANALGETIK PADA HEWAN COBA MENCIT BETINA DDY”
Laporan praktikum farmakologi ini disusun berdasarkan data-data yang telah
diperoleh selama praktikum Farmakologi, yang telah dilaksanakan pada tanggal 20
Oktober 2016 bertempat di Labolatorium Farmakologi Politeknik Kesehatan Jakarta
II, Jurusan Farmasi.
Dengan tersusunnya Laporan praktikum Farmakologi ini, kami mengucapkan
terimakasih kepada para dosen pembimbing praktikum farmakologi yang telah
memandu kami dalam melaksanakan praktikum hingga selesai,khususnya kepada :
1. Dra. Sujati Woro Indijah, M. Si, Apt. selaku pembimbing praktikum faramakologi.
2. Purnama Fajri, S. Farm, M. Biomed, Apt selaku pembimbing praktikum
farmakologi.
3. Serta seluruh anggota dari masing-masing kelompok.
Kami berharap semoga laporan ini akan bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan dan dapat menambah pengetahuan khususnya bagi mahasiswa
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II Jurusan Farmasi.
Sebagai manusia yang mempunyai keterbatasan, kami menyadari adanya
kekurangan dari laporan ini. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kepada seluruh
pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun.

Jakarta, 30 Oktober 2016

Tim Penyusun

Efek Analgetik Piroksikam Page 2


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta
perkembangan di bidang kefarmasian, maka dari itu kita sebagai ahli madya
Farmasi dituntut mempunyai kemampuan yang memadai dan harus siap
menghadapi dunia luar yang semakin maju dan kompeten, sehingga harus dapat
memahami dan menerapkan semua ilmu yang diperoleh untuk dimanfaatkan dan
digunakan serta dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari, yang nantinya
dapat digunakan dalam menghadapi dunia kerja.

Setiap obat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami proses ADME
(Adsorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi). Efek obat tidak hanya
tergantung dari faktor farmakologi saja, tetapi juga dari bentuk pemberian dan
terutama dari formulasinya. Dengan mempelajari ilmu farmakologi, kita dapat
mengetahui efek-efek yang ditimbulkan oleh suatu obat.

Analgetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anestetika
umum). Obat analgetik adalah obat penghilang nyeri yang banyak digunakan untuk
mengatasi sakit kepala, demam, dan nyeri ringan. Obat-obat ini mudah diperoleh tanpa
resep. Jika digunakan dalam waktu singkat, obat-obat ini umumnya aman dan efektif.
Tapi dengan banyaknya macam obat analgetik yang tersedia di pasaran, harus dipilih
obat yang optimal untuk pasien dalam keadaan tertentu. Pemilihan tersebut harus
mempertimbangkan keadaan pasien, penyakit dan obat lain yang diminum dalam waktu
bersamaan, keamanan, efisiensi, harga, dan tak ketinggalan respons tubuh pasien
terhadap terapi. Sebelum memilih obat penghilang nyeri yang tepat, sebaiknya diketahui
dulu apa yang disebut nyeri dan macam nyeri yang dapat disembuhkan dengan
analgetika (Medicastore, 2008)

Berdasarkan khasiat analgetika tersebut, kami mengadakan percobaan untuk


menguji aktivitas (khasiat) yang dihasilkan dari obat analgetika Piroksikam pada hewan
uji, yaitu mencit betina putih.

Efek Analgetik Piroksikam Page 3


Dan metode yang kami gunakan pada percobaan kali ini adalah metode Sigmund,
yaitu dengan cara metode penapisan analgetik dengan induksi cara kimia. Obat uji
dinilai kemampuannya dalam menekan atau menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi
secara kimia (pemberian asam asetat) pada hewan percobaan mencit. Rasa nyeri ini
pada mencit diperlihatkan dalam bentuk respon gerakan geliatan. Frekuensi gerakan ini
dalam waktu tertentu menyatakan derajat nyeri yang dirasakannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Mencari tahu bagaimana pengaruh dosis analgetik Piroksikam dengan efeknya


terhadap hewan coba mencit

2. Mencari perbandingan efek yang lebih besar dengan dosis analgetik yang berbeda-
beda pada masing-masing hewan uji

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Membuktikan bahwa Piroksikam mempunyai efek analgetik.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Membandingkan efek analgetik Piroksikam dengan dosis yang berbeda yaitu 10


mg dan 20 mg
2. Menghitung % efek analgetik dari tiap kelompok percobaan
3. Membuktikan hubungan antara efek dengan dosis
4. Mengetahui waktu dari saat asam asetat diberikan hingga saat obat terasa
kerjanya (onset)

1.4 Manfaat Percobaan

1. Mampu membuktikan efek analgetik dari Piroksikam

2. Mengetahui efek analgetik yang lebih baik dari Piroksikam dengan dosis yang
berbeda

3. Sebagai pengalaman bagi praktikan untuk terjun ke lapangan pekerjaan

4. Menambah wawasan bagi yang membaca mengenai laporan analgetik ini

Efek Analgetik Piroksikam Page 4


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 RASA NYERI DAN DEMAM


2.1.1 Pengertian nyeri
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak
nyaman, berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Keadaan
psikis sangat mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat
menimbulkan sakit (kepala) atau memperhebatnya, tetapi dapat pula
menghindarkan sensasi rangsangan nyeri. Nyeri merupakan suatu
perasaan subjektif pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda
bagi setiap orang. Batas nyeri untuk suhu adalah konstan, yakni pada
44-45O C.
Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu
gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang adanya
gangguan di jaringan, seperti peradangan (rema, encok), infeksi jasad
renik atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan
mekanis, kimiawi atau fisis (kalor, listrik) dapat menimbulkan
kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan
zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri, a.l. histamin, bradikin,
leukotrien dan prostaglandin.
Semua mediator nyeri itu merangsang reseptor nyeri
(nociceptor) di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa serta jaringan
lain dan demikian menimbulkan antara lain reaksi radang dan kejang-
kejang. Nociceptor ini juga terdapat di seluruh jaringan dan organ
tubuh, terkecuali di SSP. Dari tempat ini rangsangan disalurkan ke otak
melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan sangat banyak
sinaps via sumsum-belakang, sumsun-lanjutan dan otak-tengah. Dari
thalamus impuls kemudian diteruskan ke pusat nyeri di otak besar,
dimana impuls dirasakan sebagai nyeri.

Efek Analgetik Piroksikam Page 5


2.1.2 Mediator nyeri
Mediator nyeri penting adalah amin histamin yang bertanggung
jawab untuk kebanyakan reaksi alergi (bronchokonstriksi,
pengembangan mukosa, pruritus) dan nyeri. Bradikinin adalah
polipeptida (rangkaian asam amino) yang dibentuk dari protein plasma.
Prostaglandin mirip strukturnya dengan asam lemak dan terbentuk dari
asam arachidonat. Menurut perkiraan zat-zat ini meningkatkan
kepekaan ujung saraf sensoris bagi rangsangan nyeri yang diakibatkan
oleh mediator lainnya. Zat-zat ini berkhasiat vasodilatasi kuat dan
meningkatkan radang dan udema. Berhubung kerjanya serta
inaktivasinya pesat dan berkhasiat lokal, maka juga dinamakan
hormon lokal. Mungkin sekali zat-zat ini juga bekerja sebagai mediator
demam.

2.1.3 Ambang nyeri


Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkat (level) pada mana
nyeri dirasakan untuk pertama kalinya. Dengan kata lain, intensitas
rangsangan yang terendah saat seseorang merasakan nyeri. Untuk
setiap orang ambang nyerinya adalah konstan.

2.1.4 Penanganan rasa nyeri


Berdasarkan proses terjadinya, rasa nyeri dapat dilawan dengan
beberapa cara, yakni dengan:
1. Analgetika perifer, yang merintangi terbentuknya rangsangan
pada reseptor nyeri perifer.
2. Anastesika lokal, yang merintangi penyaluran rangsangan di
saraf-saraf sensoris.
3. Analgetika sentral (narkotika), yang memblokir pusat nyeri di SSP
dengan anastesi umum.
4. Antidepresiva trisiklis, yang digunakan pada nyeri kanker dan
saraf, mekanisme kerjanya belum diketahui, misalnya amitriptilin.

Efek Analgetik Piroksikam Page 6


5. Antiepileptika, yang meningkatkan jumlah neurotransmitter di
ruang sinaps pada nyeri, misalnya pregabalin. Juga
karbamazepin, okskarbazepin, fenitoin, valproat dan lain-lain.

Pada pengobatan nyeri dengan analgetika, faktor-faktor psikis turut


memegang peranan seperti sudah diuraikan di atas, misalnya kesabaran
individu dan daya mengatasi nyerinya. Obat-obat dibawah ini dapat
digunakan sesuai jenis nyerinya.

2.1.5 Penanganan bentuk-bentuk nyeri

Nyeri ringan dapat ditangani dengan obat perifer, seperti parasetamol,


asetosal, mefenaminat, propifenazon atau aminofenazon, begitu pula rasa
nyeri dengan demam. Untuk nyeri sedang dapat ditambahkan kofein atau
kodein. Nyeri yang disertai pembengkakan atau akibat trauma (jatuh,
tendangan, tubrukan) sebaiknya diobati dengan suatu analgetikum
antiradang, seperti aminofenazon dan NSAID (ibuprofen, mefenaminat, dll).
Nyeri yang hebat perlu ditanggulangi dengan morfin atau opiat lainnya
(tramadol). Nyeri kepala migrain dapat ditangani dengan obat-obat khusus.

Nyeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat


empat, yakni pemberian:

1. Obat perifer (non-opioid) per oral atau rektal: parasetamol, asetosal

2. Obat perifer bersama kodein, atau tramadol

3. Obat sentral (opioid) per oral atau rektal

4. Obat opioid parenteral

Guna memperkuat efek analgetikum dapat ditambahkan suatu co-


analgetikum, seperti psikofarmaka (amitriptilin, levopromazin) atau prednison.

Nyeri saraf kronis, antara lain dikenal nyeri saraf nociceptif yang
disebabkan oleh saraf terluka atau terjepit, nyeri neuropatis perifer dan nyeri
saraf yang berasal dari SSP.

Polyneuropati adalah suatu gangguan saraf perifer dengan perasaan


seperti ditusuk-tusuk, kelemahan otot, hilang perasaan dan refleks yang

Efek Analgetik Piroksikam Page 7


diawali dari jari-jari, kemudian menimbulkan kelumpuhan pada kedua kaki
atau tangan. Penyebab utamanya adalah diabetes, selain itu juga minum
alkohol berlebihan, peradangan, gagal ginjal atau juga obat-obat neurotoksis
seperti virustatika anti-HIV. Dasar keluhan-keluhan ini sangat bervariasi
karena berbagai sistem reseptor memegang peranan. Maka itu umumnya
digunakan kombinasi dari dua atau lebih obat. Nyeri ini sukar diatasi dengan
analgetika klasik (parasetamol, NSAIDs dan opioid) karena tidak bersifat
nociceptif. Yang ternyata lebih efektif adalah antidepresiva trisiklis dan
antiepileptika, tunggal atau juga sebagai tambahan pada zat opioid seperti
tramadol dan fentanil.

Neuralgia postherpetis (setelah sembuh dari Herpes zoster) di sekitar


bagian atas tubuh dan neuralgia trigeminus di wajah juga merupakan
gangguan saraf perifer terkenal. Untuk pengobatan umumnya digunakan
amitriptilin, karbamazepin, fenitoin dan valproat.

Pada nyeri neuropatis akut yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk


jarum, karbamazepin ternyata paling efektif, sedangkan pada nyeri terus
menerus yang menjemukan atau seperti perasaan terbakar amitriptilin dan
gabapentin lebih ampuh.

Pada polyneuropati yang bertalian dengan HIV lamotrigin paling


efektif, sedangkan kebanyakan obat lainnya yang ampuh pada polineuropati
diabetes, tidak efektif.

Pregabalin telah dipasarkan dengan indikasi khusus nyeri neuropatis.


Rumus kimianya mirip GABA, tetapi mekanisme kerjanya tidak melalui
pendudukan reseptor GABA. Pregabalin mengurangi jumlah noradrenalin,
glutamat dan substance-P di ruang sinaps, dengan efek peringanan nyeri.
Efektivitasnya belum dipastikan dengan tuntas.

Efek samping utamanya adalah perasaan hebat yang mirip keadaan


mabuk dan kejang kaki, yang tidak hilang sesudah 4-5 hari seperti halnya
pada obat-obat nyeri saraf lain. Efek-efek ini membatasi penggunaannya
sebagai obat tunggal. Keberatan lain adalah harganya yang sama tingginya
dengan gabapentin (yang patennya kini sudah kadarluwarsa).

Efek Analgetik Piroksikam Page 8


2.1.6 Pengertian demam
Demam adalah suatu gejala dan bukan merupakan penyakit
tersendiri. Kini para ahli bersependapat bahwa demam adalah suatu
reaksi tangkis yang berguna dari tubuh terhadap infeksi. Pada suhu di
atas 37oC limfosit dan makrofag menjadi lebih aktif. Bila suhu
melampaui 40-41oC, barulah terjadi situasi kritis yang bisa menjadi
fatal, karena tidak terkendalikan lagi oleh tubuh.

2.2 ANALGETIKA
2.2.1 Definisi
Analgetika atau penghalang nyeri adalah zat-zat yang
mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran.

Atas dasar kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua


kelompok besar, yakni:
1. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang
tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Analgetika
antiradang termasuk kelompok ini.
2. Analgetika narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri
hebat, seperti pada fraktura dan kanker.

2.2.3 Metode uji analgetik

a. Metode penapisan analgetik dengan induksi cara kimia (Metode


Sigmund)
Obat uji dinilai kemampuannya dalam menekan atau
menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi secara kimia (pemberian
asam asetat) pada hewan percobaan mencit. Rasa nyeri ini pada
mencit diperlihatkan dalam bentuk respon gerakan geliatan.
Frekuensi gerakan ini dalam waktu tertentu menyatakan derajat
nyeri yang dirasakanya.

Efek Analgetik Piroksikam Page 9


b. Metode induksi nyeri cara panas
Hewan percobaan yang ditempatkan di atas pelat panas dengan
suhu tetap sebagai stimulus nyeri akan memberikan respon dalam
bentuk mengangkat atau menjilat telapak kaki depan ,atau
meloncat. Selang waktu antara pemberian stimulus nyeri dan
terjadinya respon yang di sebut waktu relaksasi dapat di
perpanjang oleh pengaruh obat-obat analgetika. Perpanjangan
waktu relaksasi ini dapat dijadikan sebagai ukuran dalam
mengevaluasi aktivitas analgetika.

c. Metode penapisan analgetik untuk nyeri sendi


Analgetika tertentu dapat mengurangi atau meniadakan rasa nyeri
sendi, tipe nyeri artitis pada hewan percobaan yang ditimbulkan
oleh suntikan intra artikular larutan AgNO3 1%.

2.3 ANALGETIKA PERIFER


2.3.1 Penggolongan
Secara kimiawi, analgetika perifer dapat dibagi dalam beberapa
kelompok, yakni:
a) Parasetamol
b) Salisilat: asetosal, salisilamida dan benorilat
c) Penghambat prostaglandin (NSAIDs): ibuprofen
d) Derivat-antranilat: mefenaminat, glafenin
e) Derivat-pirazolinon: propifenazon, isopropilaminofenazon dan
metamizol
f) Lainnya: benzidamin (Tantum)
Co-analgetika adalah obat yang khasiat dan indikasi utamanya
bukanlah menghalau nyeri, misalnya antidepresiva trisiklis
(amitriptilin) dan antiepileptika (karbamazepin, pregabalin, fenitoin,
valproat). Obat-obat ini digunakan tunggal atau terkombinasi dengan
analgetika lain pada keadaan-keadaan tertentu, seperti pada nyeri
neuropatis.

Efek Analgetik Piroksikam Page 10


2.3.2 Penggunaan
Obat-obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa
nyeri tanpa memengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak
menimbulkan ketagihan. Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis
dan/atau antiradang. Oleh karena itu tidak hanya digunakan sebagai
obat antinyeri, melainkan juga pada demam (infeksi virus/kuman,
selesma, pilek) dan peradangan seperti rema dan encok. Obat-obat ini
banyak diberikan untuk nyeri ringan sampai sedang, yang
penyebabnya beraneka-ragam, misalnya nyeri kepala, gigi, otot atau
sendi (rema, encok), perut, nyeri haid (dysmenorroe), nyeri akibat
benturan atau kecelakaan (trauma). Untuk kedua nyeri terakhir, NSAID
lebih layak. Pada nyeri lebih berat misalnya setelah pembedahan atau
fraktur (tulang patah), kerjanya kurang ampuh.
 Daya antipiretis: Berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur
kalor di hipothalamus, yang mengakibatkan vasodilatasi perifer (di
kulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor yang disertai
keluarnya banyak keringat.
 Daya antiradang: Kebanyakan analgetika memiliki daya antiradang
khususnya kelompok besar dari zat-zat penghambat prostaglandin
(NSAIDs termasuk asetosal), begitu pula benzidamin. Zat-zat ini
banyak digunakan untuk rasa nyeri yang disertai peradangan.
 Kombinasi: dari dua atau lebih analgetika sering kali digunakan,
karena terjadi efek potensiasi. Lagi pula efek sampingnya yang
masing-masing terletak di bidang yang berlainan, dapat berkurang,
karena dosis dari masing-masing komponennya dapat diturunkan.
Kombinasi analgetika dengan kofein dan kodein sering kali
digunakan, khususnya dalam sediaan dengan paracetamol dan
asetosal.

2.3.3 Efek samping


Efek samping yang paling umum adalah gangguan lambung usus (B,
C, E), kerusakan darah (A, B, D dan E), kerusakan hati dan ginjal (A, C) dan
juga reaksi alergi kulit. Efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan

Efek Analgetik Piroksikam Page 11


lama atau dalam dosis tinggi. Oleh karena itu penggunaan analgetika secara
kontinu tidak dianjurkan.
Interaksi, kebanyakan analgetika memperkuat efek antikoagulansia,
kecuali paracetamol dan glavenin. Kedua obat ini pada dosis biasa dapat
dikombinasi dengan aman dengan waktu maksimal 2 minggu.

2.4 ANALGETIKA NARKOTIK


2.4.1 Definisi
Analgetik narkotik, kini disebut juga opioida (=mirip opiat) adalah
obat-obat yang daya kerjanya meniru (mimic) opioid endogen dengan
memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor opioid (biasanya µ-
reseptor). Zat-zat ini bekerja terhadap reseptor opioid khas di SSP,
hingga persepsi nyeri dan respon emosional terhadap nyeri berubah
(dikurangi).

2.4.2 Penggolongan
Atas dasar cara kerjanya, obat-obat ini dapat dibagi dalam 3 kelompok,
yakni:
1. Agonis opiate, yang dapat dibagi dalam:
- Alkaloida candu: morfin, kodein, heroin, nikomorfin
- Zat-zat sintetis: metadon dan derivatnya (dekstromoramida,
propoksifen, bezitramida), petidin dan derivatnya (fentanil,
sufentanil) dan tramadol
Cara kerja obat-obat ini sama dengan morfin, hanya berlainan
mengenai potensi dan lama kerjanya, efek samping dan risiko
akan kebiasaan dengan ketergantungan fisik.
2. Antagonis opiate : nalokson, nalorfin, pentazosin dan
buprenorfin (Temgesic). Bila digunakan sebagai analgetikum,
obat-obat ini dapat menduduki salah satu reseptor.
3. Campuran : nalorfin, nalbufin (Nubain). Zat-zat ini dengan kerja
campuran juga mengikat pada reseptor-opioid, tetapi tidak atau
hanya sedikit mengaktivasi daya kerjanya. Kurva dosis/efeknya
memperlihatkan plafon, sesudah dosis tertentu peningkatan
Efek Analgetik Piroksikam Page 12
dosis tidak memperbesar lagi efek analgetiknya. Praktis tidak
menimbulkan depresi pernafasan.

2.4.3 Mekanisme kerja

Endorphin bekerja dengan jalan menduduki reseptor-reseptor nyeri di


SSP, hingga perasaan nyeri dapat diblokir. Khasiat analgetik opioida
berdasarkan kemampuannya untuk menduduki sisa-sisa reseptor nyeri yang
belum ditempati endorphin. Tetapi bila analgetika tersebut digunakan terus-
menerus, pembentukan reseptor-reseptor baru distimulasi dan produksi
endorphin di ujung saraf otak dirintangi. Akibatnya terjadilah kebiasaan dan
ketagihan.

2.4.4 Efek samping

Morfin dan opioida lainnya menimbulkan sejumlah besar efek samping yang
tidak diinginkan, yaitu:

 Supresi SSP, misalnya sedasi, menekan pernafasan dan batuk, miosis,


hypothermia dan perubahan suasana jiwa (mood). Akibat stimulasi
langsung dari CTZ (Chemo Trigger Zone) timbul mual dan muntah. Pada
dosis lebih tinggi mengakibatkan menurunnya aktivitas mental dan
motoris

 Saluran napas : bronchokonstriksi, pernafasan menjadi lebih dangkal dan


frekuensinya menurun.

 Sistem sirkulasi: vasodilatasi perifer pada dosis tinggi hipotensi dan


bradicardia.

 Saluran-cerna: motilitas berkurang (obstipasi), kontraksi sfingter kandung


empedu (kolik batu empedu), sekresi pankreas, usus dan empedu
berkurang.

 Saluran urogenital: retensi urin (karena naiknya tonus dari sfingter


kandung kemih), motilitas uterus berkurang (waktu persalinan
diperpanjang).

Efek Analgetik Piroksikam Page 13


 Histamine-liberator: urticaria dan gatal-gatal, karena menstimulasi
pelepasan histamine.

 Kebiasaan dengan resiko adiksi pada penggunaan lama. Bila terapi


dihentikan dapat terjadi gejala abstinensi.

2.5 Identifikasi Bahan praktikum

 Piroksikam
Pemerian :Serbuk, hampir putih atau cokelat terang atau kuning
terang; tidak berbau. Bentuk monohidrat warna kuning (FI IV
hal 683)

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, dalam asam-asam encer dan
sebagian besar pelarut organic; sukar larut dalam etanol dan
dalam larutan alkali mengandung air (FI IV hal 683)

Khasiat : Berkhasiat analgetis, antipiretis dan antiradang kuat. Obat


ini sering digunakan juga untuk nyeri haid dan serangan
encok (Tan HT, 2007)

Mekanisme Kerja : Tidak bekerja secara selektif berdasarkan hambatan


sintesa prostaglandin, dimana kedua jenis cyclo-oxygenase
diblokir (Tan HT, 2007)

Efek Samping : Memiliki efek ulcerogen (mual, muntah, nyeri lambung,


gastritis, tukak lambung-usus dan perdarahan samar) dan
resiko gangguan usus-lambung lebih besar karena masa
paruhnya yang panjang dibanding obat dengan masa paruh
pendek (Tan HT, 2007)

Dosis : oral, rektal dan i.m 1 dd 20 mg (p.c/d.c), dysmenorrea


primer 1 dd 20 mg selama 2 hari, bila perlu 1 dd 20 mg. pada
serangan encok: permulaan 40 mg, lalu 2 dd 20 mg selama
4-6 hari (Tan HT, 2007)

Efek Analgetik Piroksikam Page 14


 Tragakan
Tragakan adalah eksudat kering gom dari Astragalus gummifer
Labillardiere atau spesies Asiatic lain dari Astragalus (Familia
Leguminosae)

Pemerian : Tidak berbau; hampir tidak berasa (FI III hal 612)

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, tetapi mengembang

menjadi masa homogen, lengket seperti gelatin

(FI III ed 6 hal 612)

Karakteristik Botani : Tragakan fragmen, datar, lamelia, kadang-kadang


melengkung atau helaian lurus atau spiral
melengkung dengan ketebalan dari 0,5 mm sampai
2,5 mm; warna putih hingga kuning muda, bening
dan susunanya bertonjolan, patahannya pendek.
Lebih mudah diserbukkan apabila dipanaskan pada
suhu hingga 500; tidak berbau; rasa tawar seperti
lendir.

Jaringan helaian tragakan menjadi lunak dalam air atau gliserin P, terbentuk
banyak lamella dan sedikit butiran-butiran tepung.

Serbuk tragakan putih hingga putih kekuningan. Bila diamati di dalam tetesan
air, menujukkan sejumlah fragmen angular dari musilago dengan lamella
melingkar atau tidak beraturan, kadang-kadang butiran tepung berdiameter
sampai 25 μm sebagaian besar sederhana, sferis hingga elip, kadang-
kadangberkumpul 2 butir sampai 4 butir, beberapa butir mengembang dan
beberapa diantaranya berubah. Serbuk menunjukkan beberapa atau tidak ada
fragmen jaringan tanaman berlignin (Gom India) (FI IV hal 799)

Khasiat : Suspending agent

Efek Analgetik Piroksikam Page 15


 Asam asetat
Asam Asetat mengandung tidak kurang dari 32,5% dan tidak lebih dari
33,5% C2H4O2 (FI III hal 41)
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; bau menusuk; rasa
asam tajam (FI III hal 41)

Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan


dengan gliserol (FI III hal 41)

Khasiat : Induktor rasa nyeri

 Etanol

Etanol adalah campuran etilalkohol dan air. Mengandung tidak kurang dari 94,7% v/v
atau 92,0% dan tidak lebih dari 95,2% v/v atau 92,7% C2H6O

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah


bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasap (FI III hal 65)

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam
eter P (FI III hal 65)

Khasiat : Pada kadar 60-80% berkhasiat bekterisid dan fungisid kuat,


bekerja cepat (efektif dalam 2 menit). Pada konsentrasi 80-90%
efektif terhadap virus, misalnya hepatitis-B dan enterovirus dan
konsentrasi optimal untuk daya bakterisid adalah pada kadar
70% (Tan HT, 2007)

2.6 Hewan Coba

Kingdom : Mamalia

Filum : Chordata

Clasis : Mamalia

Ordo : Rodentia

Familia : Muridae

Efek Analgetik Piroksikam Page 16


Sub familia : Murinae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus Linn

Hewan coba memiliki sifat seperti berikut:

 mudah ditangani
 bersifat penakut,
 fotofobik,
 cenderung berkumpul sesamanya,
 kecenderungan untuk bersembunyi,
 lebih aktif pada malam hari dan
 kehadiaran manusia akan menghambat mencit

Adapun cara memperlakukan mencit adalah Mencit diangkat dengan memegangnya


pada ujung ekornya dengan tangan kanan lalu biarkan mencit menjangkau kawat kandang
dengan kaki depannya. Dengan tangan kiri, kulit tengkuknya dijepit diantara telunjuk dan ibu
jari lalu pindahkan ekornya dari tangan kanan keantara jari manis dan jari kelinking tangan
kiri, sehingga mencit cukup erat dipegang.Pemberian obat kini dapat dimulai.

Adapun cara pemberian per-oral, bentuk sediaannya harus dalam bentuk suspensi,
larutan atau emulsi. Cara pemberian ini membutuhkan pertolongan jarum suntik yang
ujungnya tumpul (bentuk bola atau kanulla). Kanulla ini dimasukan kedalam mulut,
kemudian perlahan-lahan dimasukan melalui tepi langit-langit kebalakang sampai esofagus

Adapun cara pemberian intraperitonial adalah pertama peganglah mencit lalu


pindahkan ekor mencit dari tangan kanan kejari kelingking tangan kiri sehingga kulit
abdomennya menjadi tegang. Pada saat penyuntikan posisi kepala mencit lebih rendah dari
abdomennya lalu desinfeksi kulit abdomen dengan etanol 70%. Suntikkan jarum dengan
membentuk sudut 45º dengan abdomennya., agak menepi dari garis tengah, untuk
menghindari terkenanya kandung kencing, jangan pula terlalu tinggi agar tidak mengenai
hati. Perdarahan menandakan suntikan mengenai pembuluh darah, bukan i.p, hewa coba
harus diganti.Kepekatan larutan obat yang disuntikan, sesuai dengan volume yang dapat
disuntikan

Efek Analgetik Piroksikam Page 17


Karakteristik hewan coba

Karakteristik Mencit (Mus musculus)

1. Pubersitas 35 hari

2. Masa beranak Sepanjang tahun

3. Hamil 19-20 hari

4. Jumlah sekali lahir 4-12 (biasanya 6-8)

5. Lama hidup 2-3 tahun

6. Masa laktasi 21 hari

7. Frekuensi kelahiran/tahun 4

8. Suhu tubuh 37,9-39,2ºC

9. Kecepatan respirasi 136-216/mencit

10. Tekanan darah 147/106 SD

11. Volume darah 7,5% BB

( Anonim, 2011)

2.7 Metode Uji Analgetik

a. Metode penapisan analgetik dengan induksi cara kimia (Metode Sigmund)


Obat uji dinilai kemampuannya dalam menekan atau menghilangkan rasa
nyeri yang diinduksi secara kimia ( pemberian asam asetat ) pada hewan
percobaan mencit. Rasa nyeri ini pada mencit diperlihatkan dalam bentuk
respon gerakan geliatan. Frekuensi gerakan ini dalam waktu tertentu
menyatakan derajat nyeri yang dirasakanya.

b. Metode induksi nyeri cara panas


Hewan percobaan yang ditempatkan di atas pelat panas dengan suhu tetap
sebagai stimulus nyeri akan memberikan respon dalam bentuk mengangkatatau
menjilat telapak kaki depan ,atau meloncat. Selang waktu antara pemberian

Efek Analgetik Piroksikam Page 18


stimulus nteri dan terjadinya respon yang di sebut waktu relaksasi dapat di
perpanjang oleh pengaruh obat-obat analgetika. Perpanjangan waktu relaksasi
ini dapat dijadikan sebagai ukuran dalam mengevaluasi aktivitas analgetika.

c. Metode Penapisan Analgetik untuk Nyeri Sendi


Analgetika atertentu dapat mengurangi atau meniadakan rasa nyeri sendi,
tipe nyeri artitis pada hewan percobaan yang ditimbulkan oleh suntikan intra
artikular larutan AgNO3 1%.
(Anonim, 1993)

Prosedur pemberian
Oral (Pada pemberian Tragakan 0.5%, Piroksikam 10 mg, dan Piroksikam 20 mg)
1. Mencit diangkat dengan cara memegangnya pada pangkal ekornya dengan
tangan
2. Letakaan mencit pada alas kawat, biarkan mencit memengang kawat dengan
kaki depannya
3. Dengan tangan kiri, kulit tengkuknya dijepit diantara jari telunjuk dan ibu jari
4. Pindahkan ekornya dari tangan kanan ke tangan kiri diantara jari manis dan
jari kelingking
5. Lakukan pemberian oral (masing-masing mencit diberikan sediaan yang
berlainan yaitu tragakan, piroksikam 10 mg, dan piroksikam 20 mg) diawali
dengan memasukkan ujung sonde ke dalam mulut.
6. Kemudian secara perlahan-lahan dimasukkan melalui dinding mulut atas
sampai ke esophagus
7. Dorong piston sonde hingga cairan obat masuk seluruhnya.

Intraperitonial (Pemberian Asam Asetat sebagai Induktor rasa nyeri)


Prosedur memegangnya hampir sama dengan prosedur memegang mencit untuk
pemberian peroral.
1. Pindahkan ekor mencit dari tangan kanan ke jari kelingking tangan kiri, tarik
kulit abdomennya sehingga menjadi tegang
2. Pada saat penyuntikkan posisi kepala mencit lebih rendah dari abdomennya
3. Bersihkan jarum dan permukaan luar kulit abdomen mencit dengan kapas
beralkohol.
Efek Analgetik Piroksikam Page 19
4. Jarum yang sudah berisi asam asetat 1% disuntikkan dengan membentuk
sudut 450 dengan abdomen. Agak menepi dari garis tengah, untuk
menghindari terkenanya kandung kencing dan jangan pula terlalu tinggi agar
tidak mengenai hati.
(Anonim.2011)

Efek Analgetik Piroksikam Page 20


BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 ALAT DAN BAHAN


3.1.1 Alat:
1. Timbangan mencit
2. Timbangan analitik
3. Alat suntik 1 ml
4. Alat pengukur waktu
5. Sonde oral mencit
6. Bejana pengamatan mencit
7. Spidol merah

3.1.2 Bahan:

1. Piroksikam 20 mg
2. Tragakan 0,5%
3. Asam asetat 1% (Induktor nyeri)
4. Etanol 70 %,
5. Kapas
6. Mencit putih betina DDY, 21-27 gram

3.2 PROSEDUR KERJA

1. Hewan coba dipuasakan mulai jam 17.00 (16 jam)


2. Ambil 6 mencit untuk tiap meja dan beri nomor (meja1: 1-6, meja2: 7-
12) lalu timbang
3. Semua volume direncanakan 0,26 m;/20 g BB mencit, Normal = 0,26
ml/20 g BB trag ½%
4. Hitung, ukur dosis dan berikan per-oral masing-masing perlakuan,
kembalikan ke kandang bulat
5. 30’ kemudian mencit disuntik i.p larutan asam asetat 1% & dosis 75
mg/kg BB mencit
6. Catat waktu jarum suntik dicabut dan waktu mencit mulai menggeliat

Efek Analgetik Piroksikam Page 21


7. Amati geliat mencit dan hitung jumlah geliat 10 menit sesudah
pemberian asam asetat
8. Catat masing-masing data dalam tabel jumlah geliatan setiap 5’
selama 30’
9. Catat data praktek hari ini, rata-ratakan jumlah geliatan tiap kelompok
10. Hitung efek analgetik menggunakan rumus : Efek analgetik = 100 –
P/K*100

3.3 Pembuatan Sediaan

1. Pembuatan Asam Asetat dari Asam asetat glasial


 Hitung volume dosis yang akan diberikan sesuai dengan berat badan
mencit (sediaan 100mg/kgBB)
 Ambil as.asetat menggunakan jarum suntik ip sesuai volume yang telah
dihitung

2. Pembuatan Sediaan Piroksikam


Piroksikam 20 mg
 Sediaan induk (2mg/ml): gerus tablet piroksikam 20mg + tragakan 10 ml
aduk ad homogen
 P10 ( 1mg/6 ml) : ambil sediaan induk sebanyak 0,5 ml + tragakan
sebanyak 5,5 ml, aduk ad homogen didalam mortar
 P20 (2mg/6ml): ambil sediaan induk sebanyak 1 ml + tragakan 5 ml, aduk
ad homogen didalam mortar

3. Pembuatan sediaan suspensi tragakan


1. Timbang 350 mg tragakan
2. Masukan ke dalam lumpang, gerus ad halus
3. Tambahkan aqua dest sedikit demi sedikit ada 70 ml sambil diaduk
4. Masukan ke wadah, beri etiket (Tragakan 0,5%)

3.6 Perhitungan bahan

1. Mencit yang akan digunakan untuk percobaan uji efek analgetik adalah mencit betina
DDY, 21-27 g.
Kel Normal : Mencit No: 13,16,19,22 (4 ekor)

Efek Analgetik Piroksikam Page 22


Kel Piroksikam 10 mg : Mencit No: 15,18 (2 ekor)

Kel Piroksikam 20 mg : Mencit No: 21,24 (2 ekor)

2. Dosis dan sediaan yang akan diberikan


a) Tragakan 0,5% : 0,25 ml/20 g BB
b) Piroksikam 10 mg : 1 mg/ 6 ml
c) Piroksikam 20 mg : 2 mg/6 ml
d) Asam asetat 1% : 100 mg/kg BB

3. Dosis yang dihitung untuk volume sediaan yang akan diambil


a) Berat mencit
 Mencit No 13 : 25,46 g
 Mencit No 16 : 24,70 g
 Mencit No 19 : 24,28 g
 Mencit No 22 : 26,95 g
 Mencit No 15 : 24,50 g
 Mencit No 18 : 27,86 g
 Mencit No 21 : 25,25 g
 Mencit No 24 : 25,30 g

1. Mencit 13 (N)  25,46 gram


a. Asam asetat 1%  100mg/kgBB
25,46 𝑔𝑟𝑎𝑚
100𝑚𝑔 𝑋 = 2,546 𝑚𝑔
1.000 𝑔𝑟𝑎𝑚

2,546 𝑚𝑔
𝑋 100 𝑚𝑙 = 0,2546 𝑚𝑙 ~ 0,26 𝑚𝑙
1.000 𝑚𝑔

b. Tragacant 0,25 ml/20 gram


25,46 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑋 0.25 𝑚𝑙 = 0,32 𝑚𝑙
20 𝑚𝑔

2. Mencit 16 (N)  24,70 gram


a. Asam asetat 1%  100mg/kgBB
24,70 𝑔𝑟𝑎𝑚
100𝑚𝑔 𝑋 = 2,47 𝑚𝑔
1.000 𝑔𝑟𝑎𝑚

Efek Analgetik Piroksikam Page 23


2,47 𝑚𝑔
𝑋 100 𝑚𝑙 = 0,247 𝑚𝑙 ~ 0,25 𝑚𝑙
1.000 𝑚𝑔

b. Tragacant 0,25 ml/20 gram


24,70 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑋 0.25 𝑚𝑙 = 0,31 𝑚𝑙
20 𝑚𝑔

3. Mencit 19 (N)  24,28 gram


a. Asam asetat 1%  100mg/kgBB
24,28 𝑔𝑟𝑎𝑚
100𝑚𝑔 𝑋 = 2,428 𝑚𝑔
1.000 𝑔𝑟𝑎𝑚

2,428 𝑚𝑔
𝑋 100 𝑚𝑙 = 0,2428 𝑚𝑙 ~ 0,25 𝑚𝑙
1.000 𝑚𝑔

b. Tragacant 0,25 ml/20 gram


24,28 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑋 0.25 𝑚𝑙 = 0,303 𝑚𝑙 ~ 0,30 𝑚𝑙
20 𝑚𝑔

4. Mencit 22 (N)  26,95 gram


a. Asam asetat 1%  100mg/kgBB
26,95 𝑔𝑟𝑎𝑚
100𝑚𝑔 𝑋 = 2,685 𝑚𝑔
1.000 𝑔𝑟𝑎𝑚

2,695 𝑚𝑔
𝑋 100 𝑚𝑙 = 0,2695 𝑚𝑙 ~ 0,27 𝑚𝑙
1.000 𝑚𝑔

b. Tragacant 0,25 ml/20 gram


26,95 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑋 0.25 𝑚𝑙 = 0,3368 𝑚𝑙 ~ 0,34 𝑚𝑙
20 𝑚𝑔

5. Mecit 15 (P10)  24,50 gram


a. Asam asetat 1%  100mg/kgBB
24,50 𝑔𝑟𝑎𝑚
100𝑚𝑔 𝑋 = 2,45 𝑚𝑔
1.000 𝑔𝑟𝑎𝑚

2,45 𝑚𝑔
𝑋 100 𝑚𝑙 = 0,245 𝑚𝑙 ~ 0,25 𝑚𝑙
1.000 𝑚𝑔

Efek Analgetik Piroksikam Page 24


b. Piroksikam 10 mg
10𝑚𝑔 𝑚𝑔 24,50 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑚𝑔
𝑋 12,3 = 2,05 𝑘𝑔𝐵𝐵1.000 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑋 2,05 𝑘𝑔 = 0,05 𝑚𝑔
60

0,05 𝑚𝑔
𝑋 6 𝑚𝑙 = 0,3 𝑚𝑙
1 𝑚𝑔

6. Mencit 18 (P10)  27,86 gram


a. Asam asetat 1%  100mg/kgBB
27,86 𝑔𝑟𝑎𝑚
100𝑚𝑔 𝑋 = 2,786 𝑚𝑔
1.000 𝑔𝑟𝑎𝑚

2,786 𝑚𝑔
𝑋 100 𝑚𝑙 = 0,2786 𝑚𝑙 ~ 0,28 𝑚𝑙
1.000 𝑚𝑔

b. Piroksikam 10 mg
10𝑚𝑔 𝑚𝑔 27,86 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑚𝑔
𝑋 12,3 = 2,05  𝑋 2,05 = 0,057 𝑚𝑔
60 𝑘𝑔𝐵𝐵 1.000 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑔

0,057 𝑚𝑔
𝑋 6 𝑚𝑙 = 0,342𝑚𝑙 ~ 0,34 𝑚𝑙
1 𝑚𝑔
7. Mencit 21 (P20)  25,25 gram
a. Asam asetat 1%  100mg/kgBB
25,25 𝑔𝑟𝑎𝑚
100𝑚𝑔 𝑋 = 2,525 𝑚𝑔
1.000 𝑔𝑟𝑎𝑚

2,525 𝑚𝑔
𝑋 100 𝑚𝑙 = 0,2525 𝑚𝑙 ~ 0,25 𝑚𝑙
1.000 𝑚𝑔

b. Piroksikam 20mg
20𝑚𝑔 𝑚𝑔 25,25 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑚𝑔
𝑋 12,3 = 4,1 𝑘𝑔𝐵𝐵1.000 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑋 4,1 𝑘𝑔 = 0,10 𝑚𝑔
60

0,10 𝑚𝑔
𝑋 6 𝑚𝑙 = 0,3 𝑚𝑙
2 𝑚𝑔

8. Mencit 24 (P20)  25,30 gram


a. Asam asetat 1%  100mg/kgBB
25,30 𝑔𝑟𝑎𝑚
100𝑚𝑔 𝑋 = 2,530 𝑚𝑔
1.000 𝑔𝑟𝑎𝑚

Efek Analgetik Piroksikam Page 25


2,530 𝑚𝑔
𝑋 100 𝑚𝑙 = 0,2530 𝑚𝑙 ~ 0,25 𝑚𝑙
1.000 𝑚𝑔

b. Piroksikam 20 mg
20𝑚𝑔 𝑚𝑔 25,30 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑚𝑔
𝑋 12,3 = 4,1 𝑘𝑔𝐵𝐵1.000 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑋 4,1 𝑘𝑔 = 0,10 𝑚𝑔
60

0,10 𝑚𝑔
𝑋 6 𝑚𝑙 = 0,3 𝑚𝑙
2 𝑚𝑔

3.7 Cara Analisis

1. Tabulasikan data-data pengamatan yang diperoleh dan untuk setiap


kelompok dirata-ratakan.
2. Adanya jumlah geliatan yang lebih sedikit 50% dari jumlah geliatan dalam
kelompok kontrol merupakan adanya aktivitas analgetik atau berdasarkan
rumus efek (100-(P/K x 100)) % menunjukan hasil ≥ 50% yang merupakan
adanya aktivitas analgetik
3. Aktivitas dan mekanisme efek analgetik dievaluasi berdasarkan
pengaruhnya terhadap penurunan jumlah geliatan dibandingkan jumlah
geliatan normal dengan inductor asam asetat.

3.8 Definisi Operasional

1. Induktor rasa sakit adalah induktor kimiawi yaitu Asam asetat 1% steril yang
disuntikan secara intraperitoneal dengan dosis
2. Mulai hitung geliat adalah saat mencit mulai merasakan rasa sakit setelah 10
menit pemberian asam asetat dan piroksikam/tragakan
3. Kelompok Normal adalah kelompok mencit yang diberi perlakuan menggunakan
asetat dan tragakan dengan kadar 0,5 %
4. Kelompok Uji adalah kelompok mencit yang diberi perlakuan menggunakan
asam asetat dan Piroksikam
5. Bejana Pengamatan adalah bejana yang terbuat dari gelas kaca yang
diameternya 20 cm
6. Geliatan adalah suatu reaksi dimana mencit merasakan sakit. Biasanya geliatan
di tandai dengan mencit tersebut menjulurkan kaki dan tangannya ke depan
dengan perut menempel pada permukaan bejana pengamatan.

Efek Analgetik Piroksikam Page 26


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh data yang disajikan dalam table data
kelompok dari masing-masing kelompok penguji

Tabel 1. Data Kelompok

Obat Asam Asetat Mulai geliat Jumlah Geliat 5' ke %


Berat Kum
No Perlakuan Anal
(g) 30 '
(ml) Jam (ml) Jam Jam (') 1 2 3 4 5 6 getik

1 N 26,95 0.34 13.03 0.27 13.33 13.40 7 0 2 3 2 0 1 8

2 N 26,82 0,34 13.42 0,27 14.15 14.23 8 3 2 1 0 1 4 11

3 N 30,41 0,40 0,30 14.09 14.00 15 7 3 1 1 0 0 12

4 N 24,03 0,30 13.45 0,24 14.17 14.17 11 1 2 6 3 1 0 13

5 N 34,90 0,45 0,34 14.00 14.00 09 8 3 2 5 4 1 23

6 N 30,70 0,40 0,31 14.13 14.00 4 2 5 4 5 7 2 25

7 N 28,90 0,38 13.29 0,29 14.08 14.13 5 2 3 3 1 8 5 27

8 N 25,46 0.32 13.09 0.26 13.48 13.49 1 3 6 8 2 7 3 29

9 N 28,15 0,37 13.33 0,28 14.22 14.28 6 7 11 5 5 7 7 42

10 N 24,28 0.30 13.21 0.25 13.51 13.58 7 10 10 11 5 3 5 44

11 N 32,20 0,42 0,32 13.58 14.00 08 6 15 12 13 5 4 55

12 N 32,08 0,42 13.32 0,32 14.13 14.20 7 14 14 8 10 7 5 58

13 N 24,70 0.31 13.17 0.25 13.48 13.55 7 10 6 9 14 12 10 61

14 N 23,42 0,30 13.50 0,23 14.21 14.21 9 15 14 10 15 7 4 65

15 N 30,78 0,38 14.34 0,31 15.10 15.17 7 18 22 23 21 18 11 120

Rata-rata 39,5

1 P10 22,25 0,27 13.37 0,23 14.08 14.08 7 5 1 0 0 0 0 6

2 P10 30,57 0,38 0,31 14.09 14.00 20 4 1 2 1 0 0 8

3 P10 34,55 0,43 0,35 14.18 14.00 28 7 5 1 0 0 0 13

Efek Analgetik Piroksikam Page 27


4 P10 27,86 0.34 13.30 0.28 14.00 14.04 4 7 5 3 4 5 2 26

5 P10 26,55 0,33 14.38 0,27 15.09 15.14 5 6 12 4 4 1 0 32

6 P10 24,50 0.30 13.14 0.25 13.45 13.48 3 7 8 7 5 3 4 34

Rata-rata 19,8

1 P20 23,46 0,29 13.38 0,23 14.10 14.10 19 2 0 0 0 0 0 2

2 P20 27,80 0,34 13.48 0,28 14.19 14.19 15 0 0 2 1 0 0 3

3 P20 25.30 0.30 13.08 0.25 13.38 13.40 2 1 2 1 0 1 0 5

4 P20 31,30 0,39 0,32 14.15 14.00 32 0 2 1 1 0 2 6

5 P20 25,25 0.30 13.20 0.25 13.50 13.55 5 3 4 3 1 0 0 11

6 P20 32,74 0,40 0,33 13.56 14.00 06 12 6 4 1 1 0 24

7 P20 32,03 0,39 13.36 0,32 14.12 14.23 11 4 7 5 8 6 4 34

8 P20 29,93 0,37 13.35 0,30 14.14 14.38 24 9 8 3 8 11 4 43

Rata-rata 16

A. Perhitungan persentasi analgetik


% Analgetik: Persentase jumlah geliatan yang dihitung dengan rumus
efek = (100-(P/K x 100)) % , hasilnya > 50% = efek analgetik

1. P10 100-( P/K x 100) % = 100 - (19,8/39,5) x 100)% = 49,9%


2. P20 100-( P/K x 100) % = 100 - (16/39,5) x 100) % = 59,5%

B. Perhitungan persentasi geliatan

Adanya aktivitas analgetika bila jumlah geliatan ≤ 50% kelompok kontrol

1. Normal 50% x Geliat normal = 50% x 39,5 = 20


2. P10 = 19,8 < 20
3. P20 = 16 < 20

Efek Analgetik Piroksikam Page 28


Gambar 1. Diagam perbandingan Efek Analgetik berdasarkan jumlah geliatan
terhadap kontrol normal

Perbandingan Jumlah Geliatan


Terhadap Kontrol Normal
45
40
35
30
25 Normal

20 P10

15 P20

10
5
0
Normal P10 P20

Gambar 2. Diagam perbandingan efek analgetik berdasarkan presentase


dengan rumus efek 100-(P/Kx100)%.

Efek Analgetik Piroksikam

60
58
56
54 P10

52 P20

50
48
46
44
P10 P20

Efek Analgetik Piroksikam Page 29


4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini melakukan percobaan untuk membuktikan adanya khasiat
analgetik dari piroksikam dengan menggunakan dosis yang berbeda dan menghitung
% efek analgetik dari tiap kelompok percobaan. Sebelum melakukan praktikum,
hewan coba yaitu mencit dipuasakan dahulu selama 16 jam, hal ini dilakukan untuk
menghindari variasi biologis.

Percobaan diawali dengan memberi nomor pada mencit agar tidak keliru dalam
memberi perlakuan. Mencit ditimbang sebelum diberi perlakuan agar dapat
menentukan berapa dosis dan volume oral yang harus diberikan sesuai dengan
berat badannya. Lalu diberi perlakuan oral (masing-masing mencit diberikan sediaan
yang berlainan yaitu tragakan ½ %, piroksikam 10 mg serta piroksikam 20 mg)
diawali dengan memasukkan ujung sonde ke dalam mulut. 30 menit kemudian
mencit disuntik i.p. larutan asam asetat 1 % sesuai dosis yang telah dihitung.
Kemudian mengamati geliatan mencit.

Penelitian menggunakan Metode Sigmund bertujuan untuk memberikan


pembuktian ilmiah mengenai efek analgetik dari piroksikaml. Zat dinyatakan
berkhasiat analgetik apabila pada perhitungan menggunakan rumus diperoleh angka
yang lebih kecil 50 % dari kelompok normal.

Dari data yang kami dapatkan, kontrol normal yang kami peroleh, yaitu : 50% x
Geliat normal = 50% x 39,5 = 20. Dan obat dinyatakan berkhasiat jika data yang
diperoleh < 50%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan dosis P10 diperoleh
data 19,8 < 20 dan dengan dosis P20 16 < 20, pada kedua dosis terdapat aktivitas
(khasiat) analgetika, karena perbandingan dengan kelompok normal < 50%.

Data lain berdasarkan perhitungan persen efek menunjukkan obat P10 memiliki
persentase efek analgetik sebesar 49,9%, sementara P20 memiliki persentase efek
analgetik sebesar 59,5%. Berdasarkan data yang kami peroleh, dapat disimpulkan
bahwa P10 tidak mempunyai efek analgetik, karena berdasarkan rumus efek = (100-
(P/K x 100)) % hasilnya < 50% dan P20 mempunyai efek analgetik, karena
berdasarkan rumus efek = (100-(P/K x 100)) % hasilnya > 50% = efek analgetik.
Hubungan efek dengan dosis dari penelitian ini adalah semakin besar dosis
piroksikam semakin tinggi pula efek analgetiknya.

Namun hasil ini belum sepenuhnya dapat membuktikan secara relevan karena
banyaknya variasi biologis yang ada seperti berat badan mencit yang tidak

Efek Analgetik Piroksikam Page 30


memenuhi bobot yang ditetapkan dan penggunaan mencit yang belum terseleksi
kepekaannya.

Geliatan yang dihasilkan mencit tidak dapat dijamin keseragamannya karena


ambang rasa nyeri yang dimiliki mencit berbeda-beda atau terjadi variasi biologis lain
yang tidak diketahui. Selain itu perlakuan saat pemberian sonde dan i.p. dapat
mempengaruhi hasil karena apabila dosis tidak masuk sempurna atau dosis
berkurang karena muntah akan mempengaruhi hasilnya.

Dari 32 mencit yang digunakan, ada 3 ekor mencit yang tidak menggeliat.
Sedangkan yang lainnya menggeliat. Hal ini kemungkinan disebabkan asam asetat
yang digunakan sudah terlalu encer atau kadarnya rendah akibat penguapan, dan
lain-lain, sehingga pemberiannya kurang menimbulkan efek nyeri.

Efek Analgetik Piroksikam Page 31


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Piroksikam 10 mg tidak mempunyai efek analgetik karena presentase efek


analgetiknya berdasarkan rumus 100-(P/Kx100)% adalah 49,9%, tidak memenuhi
syarat untuk zat berefek analgetik yang harus ≥ 50%

2. Piroksikam 20 mg mempunyai efek analgetik karena presentase efek analgetiknya


berdasarkan rumus 100-(P/Kx100)% adalah 59,5 %, memenuhi syarat untuk zat
berefek analgetik yang harus ≥ 50%

3. Hubungan efek dengan dosis yang terjadi adalah hubungan efek dengan dosis
yang positif, karena peningkatan dosis berbanding lurus dengan efek
analgetiknya.

5.2 Saran

1. Untuk mendapatkan hasil percobaan analgetik yang maksimal, praktikan harus


memiliki keahlian khusus dalam memberikan obat secara oral dengan sonde kepada
mencit agar mencit tetap dalam kondisi yang tenang dan tidak stress, karena faktor
stress pada mencit dapat mempengaruhi hasil percobaan analgetik ini.

2. Sebaiknya bejana yang digunakan untuk menimbang mencit berukuran pas dan
sesuai dengan ukuran mencit yang akan ditimbang, sehingga mencit tidak dapat
melakukan banyak gerakan sehingga timbangan tetap stabil dan bisa didapatkan
hasil penimbangan yang akurat dan tepat.

3. Diperlukan uji efek analgetik lain seperti metode induksi nyeri dengan cara plat
panas, jentik ekor atau metode penapisan analgetik untuk nyeri sendi sehingga hasil
yang diperoleh dan metode yang digunakan peneliti dapat dibandingkan.

Efek Analgetik Piroksikam Page 32


Daftar Pustaka

1. Anonim, Farmakope Indonesia edisi III. 1979. Jakarta : Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.
2. Anonim. Farmakope Indonesia Edisi IV. 1995. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
3. Rahardja, Kirana, dan Tjay, Tan Hoan. Obat-obat Penting Edisi VI. 2007.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
4. Handoko, T, Suharto, B. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. 1995. Jakarta: Bag.
Farmakologi FKUI Jakarta.
5. Anonim, 2011, Pengantar Praktikum Farmakologi, Jakarta
6. Anonim. Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik.
1993. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Pusat
Pemeriksaan Obat dan Makanan.

Efek Analgetik Piroksikam Page 33

Anda mungkin juga menyukai