BAB I
Pendahuluan:
1.1. Latar Belakang....................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3. Tujuan Praktikum................................................................................................4
1.4. Manfaat Praktikum..............................................................................................4
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1. Nyeri…………………..........................................................................................5
2.2. Analgetika……………….....................................................................................9
2.3. Identifikasi Bahan Praktikum…..........................................................................14
2.4. Karakteristik Hewan Coba.................................................................................18
2.5. Metode Uji Analgetik……..................................................................................18
BAB III
Metode Percobaan:
3.1 Prosedur Kerja..................................................................................................21
3.2 Alat dan Bahan.................................................................................................21
3.3 Perhitungan......................................................................................................22
3.4 Pembuatan Sediaan.........................................................................................22
3.5 Cara Analisis....................................................................................................26
3.6 Definisi Operasional.........................................................................................26
BAB IV
Hasil dan Pembahasan:
4.1 Menabelkan.....................................................................................................23
4.2 Pembuatan Grafik............................................................................................25
4.3 Membahas hasil sesuai tujuan.........................................................................26
BAB V
Kesimpulan dan Saran................................................................................................32
Daftar Pustaka............................................................................................................33
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunianya kami dapat menyusun dan menyelesaikan laporan praktikum farmakologi
mengenai “PENGARUH DOSIS OBAT PIROKSIKAM TERHADAP EFEK
ANALGETIK PADA HEWAN COBA MENCIT BETINA DDY”
Laporan praktikum farmakologi ini disusun berdasarkan data-data yang telah
diperoleh selama praktikum Farmakologi, yang telah dilaksanakan pada tanggal 20
Oktober 2016 bertempat di Labolatorium Farmakologi Politeknik Kesehatan Jakarta
II, Jurusan Farmasi.
Dengan tersusunnya Laporan praktikum Farmakologi ini, kami mengucapkan
terimakasih kepada para dosen pembimbing praktikum farmakologi yang telah
memandu kami dalam melaksanakan praktikum hingga selesai,khususnya kepada :
1. Dra. Sujati Woro Indijah, M. Si, Apt. selaku pembimbing praktikum faramakologi.
2. Purnama Fajri, S. Farm, M. Biomed, Apt selaku pembimbing praktikum
farmakologi.
3. Serta seluruh anggota dari masing-masing kelompok.
Kami berharap semoga laporan ini akan bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan dan dapat menambah pengetahuan khususnya bagi mahasiswa
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II Jurusan Farmasi.
Sebagai manusia yang mempunyai keterbatasan, kami menyadari adanya
kekurangan dari laporan ini. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kepada seluruh
pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun.
Tim Penyusun
PENDAHULUAN
Setiap obat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami proses ADME
(Adsorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi). Efek obat tidak hanya
tergantung dari faktor farmakologi saja, tetapi juga dari bentuk pemberian dan
terutama dari formulasinya. Dengan mempelajari ilmu farmakologi, kita dapat
mengetahui efek-efek yang ditimbulkan oleh suatu obat.
Analgetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anestetika
umum). Obat analgetik adalah obat penghilang nyeri yang banyak digunakan untuk
mengatasi sakit kepala, demam, dan nyeri ringan. Obat-obat ini mudah diperoleh tanpa
resep. Jika digunakan dalam waktu singkat, obat-obat ini umumnya aman dan efektif.
Tapi dengan banyaknya macam obat analgetik yang tersedia di pasaran, harus dipilih
obat yang optimal untuk pasien dalam keadaan tertentu. Pemilihan tersebut harus
mempertimbangkan keadaan pasien, penyakit dan obat lain yang diminum dalam waktu
bersamaan, keamanan, efisiensi, harga, dan tak ketinggalan respons tubuh pasien
terhadap terapi. Sebelum memilih obat penghilang nyeri yang tepat, sebaiknya diketahui
dulu apa yang disebut nyeri dan macam nyeri yang dapat disembuhkan dengan
analgetika (Medicastore, 2008)
2. Mencari perbandingan efek yang lebih besar dengan dosis analgetik yang berbeda-
beda pada masing-masing hewan uji
1.3 Tujuan
2. Mengetahui efek analgetik yang lebih baik dari Piroksikam dengan dosis yang
berbeda
TINJAUAN PUSTAKA
Nyeri saraf kronis, antara lain dikenal nyeri saraf nociceptif yang
disebabkan oleh saraf terluka atau terjepit, nyeri neuropatis perifer dan nyeri
saraf yang berasal dari SSP.
2.2 ANALGETIKA
2.2.1 Definisi
Analgetika atau penghalang nyeri adalah zat-zat yang
mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran.
2.4.2 Penggolongan
Atas dasar cara kerjanya, obat-obat ini dapat dibagi dalam 3 kelompok,
yakni:
1. Agonis opiate, yang dapat dibagi dalam:
- Alkaloida candu: morfin, kodein, heroin, nikomorfin
- Zat-zat sintetis: metadon dan derivatnya (dekstromoramida,
propoksifen, bezitramida), petidin dan derivatnya (fentanil,
sufentanil) dan tramadol
Cara kerja obat-obat ini sama dengan morfin, hanya berlainan
mengenai potensi dan lama kerjanya, efek samping dan risiko
akan kebiasaan dengan ketergantungan fisik.
2. Antagonis opiate : nalokson, nalorfin, pentazosin dan
buprenorfin (Temgesic). Bila digunakan sebagai analgetikum,
obat-obat ini dapat menduduki salah satu reseptor.
3. Campuran : nalorfin, nalbufin (Nubain). Zat-zat ini dengan kerja
campuran juga mengikat pada reseptor-opioid, tetapi tidak atau
hanya sedikit mengaktivasi daya kerjanya. Kurva dosis/efeknya
memperlihatkan plafon, sesudah dosis tertentu peningkatan
Efek Analgetik Piroksikam Page 12
dosis tidak memperbesar lagi efek analgetiknya. Praktis tidak
menimbulkan depresi pernafasan.
Morfin dan opioida lainnya menimbulkan sejumlah besar efek samping yang
tidak diinginkan, yaitu:
Piroksikam
Pemerian :Serbuk, hampir putih atau cokelat terang atau kuning
terang; tidak berbau. Bentuk monohidrat warna kuning (FI IV
hal 683)
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, dalam asam-asam encer dan
sebagian besar pelarut organic; sukar larut dalam etanol dan
dalam larutan alkali mengandung air (FI IV hal 683)
Pemerian : Tidak berbau; hampir tidak berasa (FI III hal 612)
Jaringan helaian tragakan menjadi lunak dalam air atau gliserin P, terbentuk
banyak lamella dan sedikit butiran-butiran tepung.
Serbuk tragakan putih hingga putih kekuningan. Bila diamati di dalam tetesan
air, menujukkan sejumlah fragmen angular dari musilago dengan lamella
melingkar atau tidak beraturan, kadang-kadang butiran tepung berdiameter
sampai 25 μm sebagaian besar sederhana, sferis hingga elip, kadang-
kadangberkumpul 2 butir sampai 4 butir, beberapa butir mengembang dan
beberapa diantaranya berubah. Serbuk menunjukkan beberapa atau tidak ada
fragmen jaringan tanaman berlignin (Gom India) (FI IV hal 799)
Etanol
Etanol adalah campuran etilalkohol dan air. Mengandung tidak kurang dari 94,7% v/v
atau 92,0% dan tidak lebih dari 95,2% v/v atau 92,7% C2H6O
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam
eter P (FI III hal 65)
Kingdom : Mamalia
Filum : Chordata
Clasis : Mamalia
Ordo : Rodentia
Familia : Muridae
Genus : Mus
mudah ditangani
bersifat penakut,
fotofobik,
cenderung berkumpul sesamanya,
kecenderungan untuk bersembunyi,
lebih aktif pada malam hari dan
kehadiaran manusia akan menghambat mencit
Adapun cara pemberian per-oral, bentuk sediaannya harus dalam bentuk suspensi,
larutan atau emulsi. Cara pemberian ini membutuhkan pertolongan jarum suntik yang
ujungnya tumpul (bentuk bola atau kanulla). Kanulla ini dimasukan kedalam mulut,
kemudian perlahan-lahan dimasukan melalui tepi langit-langit kebalakang sampai esofagus
1. Pubersitas 35 hari
7. Frekuensi kelahiran/tahun 4
( Anonim, 2011)
Prosedur pemberian
Oral (Pada pemberian Tragakan 0.5%, Piroksikam 10 mg, dan Piroksikam 20 mg)
1. Mencit diangkat dengan cara memegangnya pada pangkal ekornya dengan
tangan
2. Letakaan mencit pada alas kawat, biarkan mencit memengang kawat dengan
kaki depannya
3. Dengan tangan kiri, kulit tengkuknya dijepit diantara jari telunjuk dan ibu jari
4. Pindahkan ekornya dari tangan kanan ke tangan kiri diantara jari manis dan
jari kelingking
5. Lakukan pemberian oral (masing-masing mencit diberikan sediaan yang
berlainan yaitu tragakan, piroksikam 10 mg, dan piroksikam 20 mg) diawali
dengan memasukkan ujung sonde ke dalam mulut.
6. Kemudian secara perlahan-lahan dimasukkan melalui dinding mulut atas
sampai ke esophagus
7. Dorong piston sonde hingga cairan obat masuk seluruhnya.
3.1.2 Bahan:
1. Piroksikam 20 mg
2. Tragakan 0,5%
3. Asam asetat 1% (Induktor nyeri)
4. Etanol 70 %,
5. Kapas
6. Mencit putih betina DDY, 21-27 gram
1. Mencit yang akan digunakan untuk percobaan uji efek analgetik adalah mencit betina
DDY, 21-27 g.
Kel Normal : Mencit No: 13,16,19,22 (4 ekor)
2,546 𝑚𝑔
𝑋 100 𝑚𝑙 = 0,2546 𝑚𝑙 ~ 0,26 𝑚𝑙
1.000 𝑚𝑔
2,428 𝑚𝑔
𝑋 100 𝑚𝑙 = 0,2428 𝑚𝑙 ~ 0,25 𝑚𝑙
1.000 𝑚𝑔
2,695 𝑚𝑔
𝑋 100 𝑚𝑙 = 0,2695 𝑚𝑙 ~ 0,27 𝑚𝑙
1.000 𝑚𝑔
2,45 𝑚𝑔
𝑋 100 𝑚𝑙 = 0,245 𝑚𝑙 ~ 0,25 𝑚𝑙
1.000 𝑚𝑔
0,05 𝑚𝑔
𝑋 6 𝑚𝑙 = 0,3 𝑚𝑙
1 𝑚𝑔
2,786 𝑚𝑔
𝑋 100 𝑚𝑙 = 0,2786 𝑚𝑙 ~ 0,28 𝑚𝑙
1.000 𝑚𝑔
b. Piroksikam 10 mg
10𝑚𝑔 𝑚𝑔 27,86 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑚𝑔
𝑋 12,3 = 2,05 𝑋 2,05 = 0,057 𝑚𝑔
60 𝑘𝑔𝐵𝐵 1.000 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑔
0,057 𝑚𝑔
𝑋 6 𝑚𝑙 = 0,342𝑚𝑙 ~ 0,34 𝑚𝑙
1 𝑚𝑔
7. Mencit 21 (P20) 25,25 gram
a. Asam asetat 1% 100mg/kgBB
25,25 𝑔𝑟𝑎𝑚
100𝑚𝑔 𝑋 = 2,525 𝑚𝑔
1.000 𝑔𝑟𝑎𝑚
2,525 𝑚𝑔
𝑋 100 𝑚𝑙 = 0,2525 𝑚𝑙 ~ 0,25 𝑚𝑙
1.000 𝑚𝑔
b. Piroksikam 20mg
20𝑚𝑔 𝑚𝑔 25,25 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑚𝑔
𝑋 12,3 = 4,1 𝑘𝑔𝐵𝐵1.000 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑋 4,1 𝑘𝑔 = 0,10 𝑚𝑔
60
0,10 𝑚𝑔
𝑋 6 𝑚𝑙 = 0,3 𝑚𝑙
2 𝑚𝑔
b. Piroksikam 20 mg
20𝑚𝑔 𝑚𝑔 25,30 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑚𝑔
𝑋 12,3 = 4,1 𝑘𝑔𝐵𝐵1.000 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑋 4,1 𝑘𝑔 = 0,10 𝑚𝑔
60
0,10 𝑚𝑔
𝑋 6 𝑚𝑙 = 0,3 𝑚𝑙
2 𝑚𝑔
1. Induktor rasa sakit adalah induktor kimiawi yaitu Asam asetat 1% steril yang
disuntikan secara intraperitoneal dengan dosis
2. Mulai hitung geliat adalah saat mencit mulai merasakan rasa sakit setelah 10
menit pemberian asam asetat dan piroksikam/tragakan
3. Kelompok Normal adalah kelompok mencit yang diberi perlakuan menggunakan
asetat dan tragakan dengan kadar 0,5 %
4. Kelompok Uji adalah kelompok mencit yang diberi perlakuan menggunakan
asam asetat dan Piroksikam
5. Bejana Pengamatan adalah bejana yang terbuat dari gelas kaca yang
diameternya 20 cm
6. Geliatan adalah suatu reaksi dimana mencit merasakan sakit. Biasanya geliatan
di tandai dengan mencit tersebut menjulurkan kaki dan tangannya ke depan
dengan perut menempel pada permukaan bejana pengamatan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh data yang disajikan dalam table data
kelompok dari masing-masing kelompok penguji
Rata-rata 39,5
Rata-rata 19,8
Rata-rata 16
20 P10
15 P20
10
5
0
Normal P10 P20
60
58
56
54 P10
52 P20
50
48
46
44
P10 P20
Pada praktikum kali ini melakukan percobaan untuk membuktikan adanya khasiat
analgetik dari piroksikam dengan menggunakan dosis yang berbeda dan menghitung
% efek analgetik dari tiap kelompok percobaan. Sebelum melakukan praktikum,
hewan coba yaitu mencit dipuasakan dahulu selama 16 jam, hal ini dilakukan untuk
menghindari variasi biologis.
Percobaan diawali dengan memberi nomor pada mencit agar tidak keliru dalam
memberi perlakuan. Mencit ditimbang sebelum diberi perlakuan agar dapat
menentukan berapa dosis dan volume oral yang harus diberikan sesuai dengan
berat badannya. Lalu diberi perlakuan oral (masing-masing mencit diberikan sediaan
yang berlainan yaitu tragakan ½ %, piroksikam 10 mg serta piroksikam 20 mg)
diawali dengan memasukkan ujung sonde ke dalam mulut. 30 menit kemudian
mencit disuntik i.p. larutan asam asetat 1 % sesuai dosis yang telah dihitung.
Kemudian mengamati geliatan mencit.
Dari data yang kami dapatkan, kontrol normal yang kami peroleh, yaitu : 50% x
Geliat normal = 50% x 39,5 = 20. Dan obat dinyatakan berkhasiat jika data yang
diperoleh < 50%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan dosis P10 diperoleh
data 19,8 < 20 dan dengan dosis P20 16 < 20, pada kedua dosis terdapat aktivitas
(khasiat) analgetika, karena perbandingan dengan kelompok normal < 50%.
Data lain berdasarkan perhitungan persen efek menunjukkan obat P10 memiliki
persentase efek analgetik sebesar 49,9%, sementara P20 memiliki persentase efek
analgetik sebesar 59,5%. Berdasarkan data yang kami peroleh, dapat disimpulkan
bahwa P10 tidak mempunyai efek analgetik, karena berdasarkan rumus efek = (100-
(P/K x 100)) % hasilnya < 50% dan P20 mempunyai efek analgetik, karena
berdasarkan rumus efek = (100-(P/K x 100)) % hasilnya > 50% = efek analgetik.
Hubungan efek dengan dosis dari penelitian ini adalah semakin besar dosis
piroksikam semakin tinggi pula efek analgetiknya.
Namun hasil ini belum sepenuhnya dapat membuktikan secara relevan karena
banyaknya variasi biologis yang ada seperti berat badan mencit yang tidak
Dari 32 mencit yang digunakan, ada 3 ekor mencit yang tidak menggeliat.
Sedangkan yang lainnya menggeliat. Hal ini kemungkinan disebabkan asam asetat
yang digunakan sudah terlalu encer atau kadarnya rendah akibat penguapan, dan
lain-lain, sehingga pemberiannya kurang menimbulkan efek nyeri.
5.1 Kesimpulan
3. Hubungan efek dengan dosis yang terjadi adalah hubungan efek dengan dosis
yang positif, karena peningkatan dosis berbanding lurus dengan efek
analgetiknya.
5.2 Saran
2. Sebaiknya bejana yang digunakan untuk menimbang mencit berukuran pas dan
sesuai dengan ukuran mencit yang akan ditimbang, sehingga mencit tidak dapat
melakukan banyak gerakan sehingga timbangan tetap stabil dan bisa didapatkan
hasil penimbangan yang akurat dan tepat.
3. Diperlukan uji efek analgetik lain seperti metode induksi nyeri dengan cara plat
panas, jentik ekor atau metode penapisan analgetik untuk nyeri sendi sehingga hasil
yang diperoleh dan metode yang digunakan peneliti dapat dibandingkan.