Anda di halaman 1dari 19

METODE MODIFIKASI STRUKTUR MOLEKUL OBAT

TUGAS MAKALAH
KIMIA MEDISINAL

OLEH KELOMPOK 4 :
NUR WAHYUNI ARIFIN (15020160178)
CINDY NURCHALIS (15020160181)
SYARIF HIDAYATULLAH MARJUNA (15020160184)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2019
METODE MODIFIKASI STRUKTUR MOLEKUL OBAT

Modifikasi molekul merupakan metode yang digunakan untuk


mendapatkan obat baru dengan aktivitas yang dikehendaki, antara lain
yaitu meningkatkan aktivitas obat, menurunkan efek samping atau
toksisitas, meningkatkan selektifitas obat memperpanjang masa kerja
obat, meningkatkan kenyamanan penggunaan obat dan meningkatkan
aspek ekonomi obat.
Modifikasi molekul umumnya dilakukan dengan cara seleksi atau
sintesis “obat lunak”, pembuatan pra obat dan obat target dan modifikasi
molekul obat yang telah diketahui aktifitas bioologisnya.
A. Seleksi atau sintesis obat lunak
Obat lunak adalah senyawa kimia yang aktif secara biologis
dengan karakteristik sesudah menimbulkan efek terapik dirancang
untuk pecah dalam tubuh,melalui proses metabolisme yang dapat
dikontrol dan diramalkan, menjadi senyawa non toksik yang secara
biologis tidak aktif.
Menurut Bodor, keuntungan penggunaan obat lunak antara
lain adalah :
a. Menungkatkan batas keamanan obat, dengan cara
menghilangkan pembentukan senyawa antara yang reaktif dan
toksik.
b. Menghindari pembentukan metabolit aktif atau senyawa sekunder
yang aktif
c. Menghilangkan kemungkinan terjadinya interaksi obat
d. Menyederhanakan sejumlah masalah farmakokinrtik yang
disebabkan oleh sistem multi –komponen.
Penelitian pada binatang percobaan menunjukan bahwa
absorbsi oral obat – obat basa tertentu kemungkinan dapat
ditingkatkan dengan membuatnya menjadi garam – garam kuartener
“lunak” dengan cara mereaksikan ester αkloro metil dengan gugus
amino obat.
Garam yang terbentuk, tidak seperti garam kuartener normal
yang lain, misal R-N+ (CH3)3, dapat melepaskan obat basa aktif
setelah mengalami hidrolisis
Contoh :
1. analog isosterik setilpiridinium klorida merupkan “obat lunak” yang
tetap aktif sebagai anti bakteri, dan kemudian mengalami
metabolism satu tahap, yaitu proses hidrolisis, menghasilkan
metabolit tidak aktif. Hal ini mengurangi toksisitas yang mungkin
ditimbulkan oleh metabolit setilpiridinium klorida

2. Batas keamanan dapat ditingkatkan dengan mengembang


senyawa yang bersifat lepas lambat, efeknya setempat dapat
dilepaskan pada reseptor spesifik
Contoh penggunaan diester adrenalon, yang telah mengalami
metabolism, yaitu proses hidrolisis dan reduksi, akan melepaskan
epinefrin dimata secara perlahan – lahan

B. Pembuatan Pra-obat dan obat target


Pra-obat adalah senyawa yang tidak aktif dan bersifat labil, di
dalam tubuh akan mengalami perubahan, melalui proses kimia atau
enzimatik, menjadi senyawa induk aktif dan kemudian berinteraksi
dengan reseptor, menghasilkan efek farmakologis.
Pada umumnya pra-obat adalah molekul aktif yang digabungkan
dengan gugus pembawa, melalui reaksi esterifikasi,amidifikasi atau
dihubungkkan dengan suatu polimer, menghasilkan senyawa dengan
sifat lipofilik yang lebih besar. Di tubuh pra-obat mengalami
metabolisme, terjadi pemecahan ikatan terhubung,melepaskan
molekul aktif dan gugus pembawa.
Dalam pembuatan pra-obat harus diperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut :
a. Hubungan antara molekul aktif dengan gugus pembawa paa
umumnya melalui ikatan kovalen
b. Pra-obat bersifat tidak aktif atau kurang aktif dibangdingkan
senyawa induk.
c. Sintesis pra-obat harus mdah dilakukan, lebih baik bila hanya satu
tahap sintesis dengan biaya yang murah
d. Hubungan antara senyawa induk dengan gugus pembawa harus
dapat di pecah in vivo, yang berarti pra-obat merupakan turunan
obat yang bersifat bioreversibel
e. Gugus pembawa yang dilepaskan bersifat tidak toksik dan lebih
baik secara farmakologis tidak aktif.
f. Pelepasan seny’’awa induk aktif harus dengan kinetika yang tepat
untuk menjamin kadar obat efektif pada reseptor dan mempekecil
proses inaktivasi obat.
Tujuan utama pembuatan pra-obat adalah :
a. Mengubah sifat farmakokinetik obat pada in vivo, untuk
meningkatkan absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat,
atau dengan kata lain untuk meningkatkan ketersediaan biologis
obat.
b. Meningkatkan sifat kelarutan dan stabilitas obat
c. Meningkatkan kenyamanan pemakaian obat misal menghilangkan
bau atau rasa yang tidak menyenangkan.
d. Menurunkan toksisitas atau efek samping obat
e. Meningkatkan keselektifan obat atau meningkatkan kespesifikan
reseptor obat.
f. Memperpanjang masa kerja obat
Pembuatan pra dapat dilakukan melalui cara – cara sebagai berikut :
1. Pembentukan ester, hemiester, ester karbonat, ester nitrat, amida,
karbemat, asam hidroksamat, imin, basa mannich dan enamin,
daei senyawa induk
2. Pemasukan gugus – gugus fungsi seperti azo, glikosida, peptide
dan eter.
3. Pembuatan polimer, garam, fosfamid, asetal, hemiasetal, dan
ketal dari senyawa induk
C. Modifikasi molekul senyawa yang sudah diketahui aktivitas
biologisnya
Modifikasi atau manipulasi molekul adalah dasar
pengembangan dari kimia organik. Dasar modifikasi molekul adalah
mengembangkan struktur senyawa induk yang sudah diketahui
aktivitas biologisnya,kemudian disintesis dan diuji aktivitas dari
homolog atau analognya.
Modifikasi molekul bertujuan untuk :
a. Mendapatkan senyawa baru yang mempunyai aktifitas lebih tinggi,
masa kerja lebih panjang,tingkat kenyamanan lebih besar,toksisitas
atau efek samping lebih rendah, lebih selektif, lebih stabil dan lebih
ekonomis. Selain itu modifikasi molekul gigunakan pula untuk
mendapatkan senyawa baru yang bersifat antagonis atau
antimetabolit.
b. Menemukan gugus farmakofor penting (gugus fungsi), yaitu bagian
molekul obat yang dapat memberikan aksi farmakologi.
Menurut Schueler, modifikasi molekul mempunyai beberapa
keuntungan sebagai berikut :
a. Kemungkinan besar senyawa homolog atau analog mempunyai
sifat farmakologis serupa dengan senyawa induk dibanding dengan
senyawa yang didapatkan dengan cara seleksi atau sintesis secara
acak
b. Kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan produk dengan
aktivitas farmakologis yang lebih tinggi
c. Data yang didapat kemungkinan dapat membantu penjelasan
hubungan struktur dan aktivitas
d. Metode sintesis dan uji biologis yang digunakan sama sehingga
dapat menghambat waktu dan biaya
e. Produksi obat baru menjadi lebih ekonomis
Menurut Lien, untuk mencapai tujuan modifikasi molekul dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Meningkatkan absorpsi obat
b. Mengoptimalkan waktu distribusi obat
c. Modifikasi aktivitas intrinsik farmakologis
d. Memperkecil biodegradasi obat
e. Mengembangkan penerimaan obat.
Dalam modifikasi molekul, metode yang digunakan sangat berfariasi,
antara lain yaitu penyederhanaan molekul, penggabungan molekul,
perubhan dimensi dan kelenturan molekul, serta mengubah sifat kimia
fisika molekul:
1. Penyederhanaan molekul
Dalam metode ini dilakukan pemecahan, penyisipan, atau
pemotongan bagian dari struktur molekul yang besar, melalui
proses sintesis yang sistematik, dan dievaluasi bagian struktur atau
prototipe analognya. Pada umumnya dilakukan pada senyawa-
senyawa produk alam, seperti kokain, tubokurarin, morfin dan
kuinin.
Contoh :
Kokain disederhanakan molekulnya menjadi benzokain, prokain,
tetrakain, butetamin, amilokain, piperokain, dan meprilkain.
2. Penggabungan molekul
Pada metode ini dilakukan addisi (penambahan), replikasi atau
hibridisasi molekul senyawa induk, melalui proses sintesis dan
kemudian dievaluasi prototipe analog yang lebih kompleks

a. Adisi molekul
Pada proses ini dilakukan penggabungan dua molekul senyawa
dengan gugus berbeda melalui ikatan yang relatif lemah, seperti
ikatan ion dan ikatan hidrogen.

b. Replikasi molekul
Pada proses ini dilakukan penggabungan gugus atau molekul
yang identik, melalui pembentukan ikatan kovalen atau jembatan
gugus tertentu. Penggabungan dua molekul identik disebut
duplikasi, tiga molekul identik,triplikasi, 4 molekul identik,
tetraplikasi dan n-plikasi.
Contoh :

c. Hibridasi molekul
Pada proses ini dilakukan penggabungan gugus atau molekul
yang berbeda melalui pembentukan ikatan kovalen.
Contoh :
Asetaminosalol (asetosal dan asetaminofen), febarbital (fenobarbital
dan meprobamat), estramustin (estradiol dan nitrogen mustar),
piroksisilin (sulfadiazin dan amoksisilin), prednimustin (prednisolon dan
klorambusil), sulfasalazin (sulfapirimidin dan asam aminosalisilat) dan
sultamisilin (sulbaktam dan ampisilin).

3. Pengubahan Dimensi dan Kelenturan Molekul


a. Penutupan dan pembukaan cincin
Contoh :
1. Penggantian gugus N-metil pada struktur klorpromazin
dengan cincin tertutup piperazin pada proklorperazin akan
meningkatkan efek antimuntah dan menurunkan efek
neuroleptik.

2. Pembukaan cincin dari dikumarol menjadi warfarin akan


meningkatkan aktivitas antikoagulan.
b. Pembentukan seri homolog
Seri homolog alkana, polimetilen dan siklopolimetilen dapat dengan
mudah, sayangnya ada hokum yang pasti tentang sifat
farmakologis dari senyawa seri homolog. Meskipun demikian
didapatkan ada beberapa tipe umum perubahan aktivitas dari seri
homolog alkane dan polimetilen, yaitu :
1. Aktivitas akan meningkat secara teratur sampai dicapai aktivitas
maksimum bila jumlah atom C ditambah lagi maka aktivitas
akan turun secara drastis. Hal ini dapat diamati teutama pada
senyawa yang berstrukur tidak spesifik, seperti anastesi
sistemik, insektisida yang mudah menguap dan disenfektan.
Kadang-kadang hal tersebut juga terjadi pada senyawa
berstruktur spesifik, meskipun jarang, seperti pada obat
anastesi setempat.
Contoh : aktivitas antibakteri turunan 4-alkil fenol terhadap
Bacillus typhosus.
2. Aktivitas meningkat secara tidak teratur mencapai aktivitas
maksimal kemudian menurun juga secara tidak teratur.
Contoh : aktivitas atropinik dari turunan ester benzilik
3. Aktivitas meningkat (atau menurun), mencapai maksimum (atau
minimum), kemudian tetap untuk beberapa anggota seri
homolog yanag lebih tinggi.
Contoh :
a. Aktivitas pemblok ganglionic dari turunan R3N+ (CH2)nN+R3
mencapai maksimal bila n = 4,5 atau 6.
b. Seri homolog parasimpatomimetik R-N+(CH3)3 aktivitasnya
mencpai maksial bila R = 5.
4. Aktivitas bergantian, anggota seri dnegan jumlah atom C genap
lebih aktif dibandingkan anggota seri engan jumlah atom C
ganjil, atau sebaliknya.
Contoh : aktivitas antimalaria dari turunan 6-metoksi-8-
aminoquinolin.
5. Aktivitas berubah, anggota seri yan lebih rendah menunjukan
aktivitas dominan yang berbeda dengan nggota seri yang lebih
tinggi. Sering anggota yang lebih tinggi memberikan efek
antagonis terhadap seri anggota yang lebih rendah.
Contoh : turunan N-alkil norefinefrin, ggus alkil yang lebih besar
akan menurunkan aktivitas hipertensi dnegan urutan –NH2,
NHCH3, NHCH2CH3, -NHCH2CH2CH3.
c. Pemasukan ikatan rangkap
Pemasukan ikatan rangkap kemungkinan dapat menyebabkan tiga
efek utama yaitu :
1. Mengubah stereokimia obat sehingga senyawa kemungkinan
mempunyai aktivitas yang berbeda dengan senyawa jenuhnya.
Adanya ikatan rangkap pada rantai alkil akan mengingkatan
rafiditas rnatai, mengurangi kelenturan rnatai dan dapat
membentuk isomer cis-trans.
2. Mengubah sifat kimia fisika, sehingga dapat mempengaruhi
aktivitas biologis senyawa. Contoh : etilenik hidrokarbon
(vinileter) mempunyai aktivitas hipotonik yang ;ebih besar
disbanding bentuk jenuhnya (eter).

Prinsip vinilogi yaitu memasukkan gugus vinil (-HC=CH-) atau


system polivinil [ X-(HC=CH)n-Y ], kadang-kadang juga
dilakukan dalam modifikasi molekul.
3. Meningkatkan reaktivitas senyawa.
Ikatan tidak jenuh yang terdapat pada ikatan rnagkap dua,
rangkap tiga, keton, lakton, ester dan karbomida dapat
meningkatkan aktivitas biologis senyawa, kemungkinan karena
interaksi senyawa dnegan gugus-gugus pada konstituen sel
reseptor menjadi lebih baik.
Contoh : pemasukan ikatan asetilen pada 2-3 atau 3-4 [ada
rantai metilen heksametonium akan menyebabkan aktivitas
hipotensif senyawa menjadi lebih panjang.

d. Pemasukan pusat kiral


Modifikasi dengan memasukan pusat kiral dapat menyebabkan
perubahan stereokimia molekul obat, yang kadang-kadang
mengubah secara drastic aktivitas farmakologis obat.
Contoh :
1. Kloramfenikol, dari keempat isomer optisnya hanya bentuk D-(-)-
treo yang aktif sebagai antibakteri
2. (+)-Muskarin mempunyai aktivitas muskarinik 700 kali lebih besar
disbanding isomer (-).
3. (+)-Kortison mempunyai aktivitas antiradang sedang isomer (-)
tidak aktif.
e. Pemasukan, penghilangan atau penggantian gugus meruah.
Contoh :
1. Perubahan senyawa agonis menjadi antagonis dengan adanya
gugus meruah (bulky) yang bersifat non polar, seperti pada
asetilkolin (adrenergic) dan propantelin (antikolinergik) serta 4-
metilhistamin (agonis H2) dan simetidin (antagonis H2)

2. nxilpenisilin tidak tahan terhadap enzim β-laktamase.


Pemasukan gugus meruah pada cincin aromatic, seperti pada
metisilin dan nafsilin akan mencegah serangan β-laktamse
karena ada pengaruh halangan ruang, sehingga senyawa tahan
terhadapt enxim tersebut.

4. Pengubahan Sifat Kimia Fisika Molekul.


a. substitusi isoterik
gugus isoterik dan bioisosterik telah digunakan secara langsung
dalam memodifikasi molekul bat tidak hanya memodifikasi dari
senyawa yang sudah diketahui aktivitasnya tetapi juga untuk
mendapatkan senyawa antagonis seperti antimetabolite
antihormon dan antivitamin.
b. mengubah posisi atau orientasi gugus tertentu
posisi gugus tertentu pada cincin aromatic kadang-kadang sangat
penting agar senyawa dapat memberikan aktivitas biologis.
Contoh :
1. dari tiga isomer asam hidroksibenzoat (o, m, dan p) hanya
isomer o-hidroksi yang aktif sebagai analgesic karena dapat
membentuk ikatan hydrogen intramolekul. Dalam bentuk
isomer orto tesebut senyawa juga mampu membentuk kelat
dengan ion logam.

2. Ada perbedaan aktivitas antibakteri dari tiga isomer


monoklorofenol. P-Klorofenol mempunyai aktivitas paling
tinggi oleh karena pada posisi tersebut dapat mempengaruhi
efek induksi negative sehingga meninggalkan keasaman
fenol.

c. pemasukan gugus pengalkilasi


Gugus pengalkilasi dapat membentuk ikatan kovalen dengan
gugus-gugus yang terdapat pada tempat aksi obat, seperti AND
atau enzim dan menyebabkan masa kerja obat menjadi lebih
panjang. Pada umumnya terdapat pada senyawa antikanker
tertentu, seperti turunan nitrogen mustard. Gugus pengalkilasi
membentuk karbokation yang dapat berinteraksi dengan gugus-
gugus nukleofil seperti tiol, amin, fosfat atau asam karboksilat,
yang terdpaat pada tempat aksi obat. Contoh : siklofosfamid,
melfalan, karmustin, dan tiotepa.
d. modifikasi mlalui perubahan sifat elektronik
Beberapa gugus kimia tertentu mempunyai dua efek eletronik
penting yaitu efek induktif dan kunjugatif. Efek tersevut dapat
mengubah sifat kimia fisika senyawa dan mempengaruhi aktivitas
biologisnya.
Efek induksi dihasilkan dari perpindahan electron disekitar ikatan
sederhana karena pengaruh daya tarik gugus elektronegatif.
Gugus yang bersifat penarik electron lebih kuat disbanding atom
hydrogen menunjukan efek induksi negative (-I) dan disebut
aseptor electron sedang gugus yang bersifat penarik electron lebih
lemah disbanding hirogen menunjukan efek induki positif (+I) dan
disebut donor electron.
Efek konjugasi dihasilkan dari delokalisasi dan mbilitas yang
tinggi 𝜋 elektoron dan terdapat pada senyawa yang mempunyai
ikatan rangkap terkonjugasi. Gugus yang dapat meningkatkan
kerapatn elektronik dalam system konjugasi mempunyai karakter
+R sedang gugus yang menurunkan kerapatan elektronik
mempunyai karakter –R.
Efek obstruktif adalah efek yang diakibatkan oleh pemasukan
gugus atau atom pada bagian terntentu struktur molekul obat
sehingga dapat mencegah rekasi metabolism pad abagian
tersebut, yang menyebabkan masa kerja obat menjadi lebih
panjang. Contoh efek obat obstruktif adalah halogenasi pada
posisi para cincin aromatic detoksifikasi cincin aromatic pada
proses metabolism adalah hidroksilasi pada posisi para yang
dilanjutkan konjugasi dengan asam glukuronat. Adanya gugus
halogen pada posisi para akan mencegah terjadinya reaksi
hidroksilasi sehingga masa kerja pbat menajdi lebih panjang.
D. Contoh modifikasi molekul
Contoh modifikasi molekul antara lain adalah pengembangan
antibakteri turunan sulfanilamid, pengembangan antibiotika turunan
penisilin dan pengembangan antibiotika turunan penisilin dan
pengembangan obat antagonis terhadap reseptor H2.
1. Pengembangan antibakteri turunan sulfanilamid
Sulfanamid adalah senyawa antibakteri setempat, tidak diberikan
per-oral karena dengan cepat akan dimetabolisis. Dengan melalui
modifikasi molekul dapat diubah menjadi senyawa yang
mempunyai efek antibakteri sistemik dan dapat diberikan per-oral,
seperti sulfadiazin dan sulfametoksazol. Untuk mendapatkan efek
antibakteri pada saluran cerna dilakukan modifikasi molekul dengan
membuat menjadi pra-obat yang sedikit diabsorpsi pada saluran
cerna, seperti pada sulfaguanidin dan ptalazol, sehingga senyawa
efektif untuk infeksi saluran cerna.
2. Pengembangan antibiotika turunan penisilin
Benzilpenisillin (penisilin G ) merupakan penisilin alami yang
mempunyai spektrum sempit, hanya efektif terhadap bakteri gram
positif, dan tidak tahan terhadap enzim β-laktamase yang
dihasilkan oleh staphylococcus aureus.
3. Pengembangan senyawa antagonis rseptor Histamin H2
Histamin dapat merangsang kontraksi otot polos bronki,
meningkatkan permeabilitas pembuluh darah dan sekresi mukus.
Yang bertanggung jawab terhadap efek diatas adalah reseptor
histamin H1, dan efek tersebut dapat ditekan oleh obat antihistamin
klasik.
Struktur antihistamin klasik pada umumnya mengandung gugus
aromatik lipofil yang dihubungkan oleh rantai 3 atom dengan atom
N basa; contoh : difenhidramin, tripelenamin dan klortimeton. Selain
menimbulkan efek-efek di atas histamin juga dapat mereangsang
pengeluaran asam lambung. Efek ini tidak dapat dihambat oleh
obat antihistamin klasik sehingga di duga histamin mempunyai
reseptor yang secara karakteristik berbeda dengan reseptor H1,
yang dinamakan reseptor histamin H2. Senyawa yang dapat
menghambat pengeluaran asam lambung dinamakan H2 antagonis.
dari hubungan struktur dan aktivitas, ddalam usaha pengembangan
obat H2-agonis, didapat hal-hal menarik sebagai berikut :

a. Pemasukan gugus metil pada atom C2 cincin imidazol secara


selektif dapat merangsang reseptor H1, sedang pemasukan
gugus metil pada atom C4 ternyata senyawa bersifat
selektif H2-agonis dengan efek H1-agonis lemah. Hal ini
menunjukkan bahwa histamin paling sedikit mempunyai dua
tempat reseptor, yaitu reseptor H1 dan reseptor H2.

b. Modifikasi pada cincin ternyata tidak menghasilkan efek H2-


antagonis, sehingga modifikasi dilakukan pada rantai samping.
c. Penggantian gugus amino rantai samping dengan gugus
guanidin yang bersifat basa kuat ternyata dapat menghasilkan
efek H2-antagonis lemah.
d. Penambahan panjang gugus metilen pada rantai samping
turunan guanidin akan meningkatkan aktivitas H2-antagonis
tetapi senyawa masih mempunyai efek agonispersial yang
tiidak diinginkan.

e. Penggatntian gugus guanidin yang bermuataan positif dengn


gugus tiourea yang tidak bermuatan dan bersifat polar, seperti
pada burinanid, akan menghilangkan efek agonis dan
memberikan efek H2-antagonis yang kuat.

f. Bila diberikan secara oral burimamid mempunyai aktivitas yang


rendah karena mempunyai kelarutan dalam air yang besar
sehingga absorpsi obat dalam saluran cerna rendah kemudian
dibuat turunannya yang bersifat lebih lipofilik, dengan cara
penmbahan gugus metil pada atom C4 cincin imidazol dan
mengganti 1 gugus metilen pada rantai samping burimamid
dengan atom S. Senyawa baru ini, yaitu metiamid, ternyata
efektif bila diberikan secara oral dan mempunyai aktivitas yang
lebih besar dibanding burimamid.
g. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa mtiamid dapat
menimbulkan efek samping kelainan darah (agranulositosis)
yang disebabkan oleh adanya gugus tiourea, modifikasi
selanjutnya adalah mengganti gugus tiourea dengan gugus N-
sianoguanidin, yang tidak bermuatan dan masih bersifat polar.
Seperti pada simetidin. Gugu siano yang bersifat elektronegatif
kuat dapat mengurangi sifat kebasaan atau ionisasi gugus
guanidiin sehingga absorpsi pada saluran cerna menjadi lebih
besar. Simetidin aktivitasnya 2 kali lebih besar dibanding
metiamid dan merupakan senyawa penghambat reseptor
H2 pertama yang digunakan secara klinik, untuk menghambat
sekresi asam lambung pada pengobatan tukak lambung.

h. Modifikasi isoterik dari intimidazol telah diselidiki dan dihasilkan


senyawa senyawa analog simetidin yang berkhasiat lebih baik
dan efek samping yang lebih rendah. Penggantian inti imidazol
dengan cincin furan, pemasukan gugus dimetilaminoetil pada
cincin dan penggantian gugus sianoguanidin dengan gugus
nitrometenil, menghasilkan ranitidin, yang dapat menghilangkan
efek samping simetidin, seperti ginekomastia dan konfusi
mental, dan mengurangi kebasaan senyawa. Tidak seperti
simetidin, ranitidin tidak menghambat metabolisme dari fenitoin,
warfarin, dan aminofilin, dan juga tidak mengikat sitokrom.

i. Penggantian inti imidazol dengan cincin tiazol, pemasukan


gugus guanidin pada cincin dan penggantian gugus
sianoguanidin dengan gugus sulfonamidoguanidin,
menghasilkan famotidin, yang mempunyai aktivitas lebih poten
dibandingkan simetidin dan ranitidin, dapat menurunkan efek
antiandrogenik, dan mengurangi sifat kebasaan senyawa.
DAFTAR PUSTAKA

Siswandono soekardjo, Bambang. 2008. Kimia medisinal 1.Airlangga


University Press.Surabaya

Anda mungkin juga menyukai