Anda di halaman 1dari 9

Suwendar, dkk.

ARTIKEL ILMIAH

Efek Stimulasi Sistem Saraf Pusat oleh Infusa Rimpang Jahe (Zingiber officinale Rosc.) pada Mencit ddy
Suwendar1, Joseph Iskendiarso Sigit1, Pipih Sopiah2
1

Unit Bidang Ilmu Farmakologi Toksikologi, Departemen Farmasi FMIPA Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesa 10 Bandung 40132 2 Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Garut, Jl. Jati 42B Tarogong Garut 44151 (Diterima 3 Maret 2004; disetujui 23 April 2004)

Abstrak Telah diteliti efek stimulasi sistem saraf pusat oleh infusa rimpang jahe (Zingiber officinale Rosc.) pada mencit jantan galur Swiss Webster dengan menggunakan metode sangkar putar, metode ketahanan berenang, metode papan datar dan metode papan miring. Hasil menunjukkan bahwa infus rimpang jahe pada dosis 305 mg/kg bb dan 610 mg/kg bb meningkatkan jumlah putaran per satuan waktu pada alat SangkarPutar dan pada dosis 1220 mg/kg bb meningkatkan jumlah putaran, meningkatkan jumlah jengukan dan mempercepat secara bermakna (p<0,05)waktu pertama kali mencit menaiki papan miring. Kata kunci : stimulasi sistem saraf pusat, rimpang jahe, putaran, jengukan, waktu menaiki papan Abstract Central nervous system stimulatory effect of rimpang jahe (Zingiber officinale Rosc.) infus had been studied on Swiss Webster male mice using wheel cage method, forced swimming test, platform method and angle board method. Result showed that the infus of rimpang jahe at doses of 305 and 610 mg/kg of body weight increased numbers of wheel cage rotation and at a dose of 1220 mg/kg body weight increased the numbers of rotation at the wheel cage, increased numbers of heading out action and increased time required by the mice to climb the board significantly (p<0,05). Key words : central nervous system stimulation, ginger, rotation, head out, time of climbing

Pendahuluan
Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat merangsang serebrum medula dan sumsum tulang belakang. Stimulasi daerah korteks otak-depan oleh senyawa stimulan SSP akan meningkatkan kewaspadaan, pengurangan kelelahan pikiran dan semangat bertambah. Contoh senyawa stimulan SSP yaitu kafein dan amfetamin [1].
34 Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No. 2, 2004

Suwendar, dkk.

Penggunaan stimulan SSP dapat menimbulkan perasaan nyaman, meningkatkan kepercayaan diri, kekuatan, keberanian dan daya pikir, di samping mengurangi rasa lelah dan mengantuk [2]. Rimpang jahe (Zingiber officinale Rosc.) digunakan sebagai minuman penyegar untuk menghilangkan rasa letih dan penat l sejak dahulu oleh kalangan masyarakat Jawa Barat dan sekitarnya [3]. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek stimulasi SSP infusa rimpang jahe (Zingiber officinale Rosc.) pada mencit jantan galur Swiss Webster berupa peningkatan rasa ingin tahu dan aktivitas otot menggunakan alat roda sangkar putar, uji ketahanan berenang, alat rasa ingin tahu dan metode papan miring.

Percobaan
Bahan Simplisia kering rimpang akar dan daun jahe (Zingiber officinale Rosc.), kafein, amfetamin. Alat Timbangan hewan, timbangan elektrik, alat suntik 1 ml, jarum oral (sonde oral) untuk mencit, gelas kimia, gelas ukur, labu ukur, batang pengaduk kaca, termometer, panci stainless steel, kain flanel, alat sangkar putar serta pencatat jumlah putaran roda, benang dan anak timbangan 2 gram, alat papan datar dan alat papan miring. Hewan Mencit putih jantan galur Swiss-Webster dengan bobot antara 20-27 gram berumur 4-6 minggu yang diperoleh dari Departemen Biologi FMIPA Institut Teknologi Bandung. Prosedur 1. Determinasi tanaman Simplisia berupa rimpang, akar dan daun dideterminasi di Departemen Biologi FMIPA Institut Teknologi Bandung. Hasil determinasi menunjukkan bahwa simplisia merupakan Zingiber officinale Rosc dari suku Zingiberaceae. 2. Pembuatan infusa rimpang jahe Sediaan infusa rimpang jahe dibuat berdasarkan Farmakope Indonesia edisi ke-4, yaitu 10 gram simplisia kering ditambah 100 ml air dalam panci dipanaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu 90C sambil sekali-sekali diaduk,
Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No. 2, 2004 - 35

Suwendar, dkk.

diserkai selagi panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus sebanyak 100 ml [4]. 3. Pembagian kelompok dan dosis Dosis infusa rimpang jahe uji yang diberikan adalah 305 mg/kg bb (dosis I); 610 mg/kg bb (dosis II) dan 1220 mg/kg bb (dosis III). Hewan percobaan dibagi atas 6 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 ekor hewan, air suling, sediaan uji dan obat pembanding diberikan secara oral. Kelompok I diberi air suling, kelompok II diberi kafein 13 mg/kg bb, kelompok III diberi amfetamin 1,95 mg/kg bb, kelompok IV diberi sediaan uji dosis I (305 mg/kg bb), kelompok V diberi sediaan uji dosis II (610 mg/kg bb), kelompok VI diberi sediaan uji dosis III (1220 mg/kg bb). 4. Metode Sangkar Putar Aktivitas motorik dan rasa ingin tahu diuji sekaligus dengan mengamati kemampuan mencit memutar alat roda sangkar putar. Mencit dipilih terlebih dahulu yang mampu memutar alat sebanyak 150-300 putaran dalam waktu 15 menit. Setelah diberi air atau sediaan uji secara oral, mencit ditempatkan pada alat sangkar putar, aktivitasnya diamati setiap selang 15 menit selama 90 menit dimulai 5 menit setelah mencit ditempatkan pada alat [5,6].

5. Metode ketahanan berenang


Aktivitas motorik diuji dengan cara membebani ekor mencit dengan benda se berat 2 gram, kemudian mencit tersebut dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air 30 menit setelah pemberian sediaan. Ketahanan berenang diukur berdasarkan waktu mencit mulai berenang sampai tenggelam, yaitu mencit berada di bawah permukaan air selama 4-5 detik [5,7]. 6. Metode papan datar Rasa ingin tahu mencit diuji dengan menempatkannya pada alat meja-datar ( yang bundar kemudian diamati jumlah jengukan mencit. Pengamatan dilakukan selama 2 menit [8]. 7. Metode meja miring Aktivitas motorik dan rasa ingin tahu mencit diuji dengan menempatkannya di dalam kotak yang di dalamnya terdapat papan miring. Diamati waktu pertama kali mencit menaiki papan miring dan frekuensi mencit melewati garis tengah dari papan miring. Pengamatan dilakukan setiap selang 1 menit selama 5 menit [8].

Hasil dan pembahasan


Pada metode sangkar putar yang diamati adalah aktivitas motorik mencit yaitu kemampuan mencit untuk memutar alat roda sangkar putar. Pemberian obat
36 Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No. 2, 2004

Suwendar, dkk.

stimulan SSP akan meningkatkan aktivitas motorik yang ditandai dengan meningkatnya jumlah putaran per satuan waktu. Pada metode ketahanan berenang yang diamati adalah kemampuan fisiknya yaitu lamanya mencit berenang yang diberi beban seberat 2 gram. Pemberian obat stimulan SSP akan memperpanjang ketahanan berenang atau menaikkan nilai ambang kelelahan. Pada metode meja-datar, rasa ingin tahu mencit diamati dengan melihat jumlah jengukan per satuan waktu. Pemberian obat stimulan SSP akan meningkatkan rasa ingin tahu mencit yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah jengukan. Metode meja miring digunakan untuk menguji rasa ingin tahu mencit. Pada metode ini yang diamati adalah waktu pertama kali mencit menaiki papan dan frekuensi melewati garis tengah setelah mencit tersebut ditempatkan di dalam kotak. Penggunaan dua pembanding yaitu kafein 0,26 mg/20 g bb dan amfetamin 0,039 mg/20 g bb pada pengujian efek stimulan SSP dari rimpang jahe adalah untuk melihat apakah infus rimpang jahe memiliki efek stimulan yang lebih mendekati kerja kafein atau amfetamin. Seperti terlihat pada Tabel 1 bahwa pada metode sangkar putar, kelompok yang diberi infus rimpang jahe pada dosis 305 mg/kg bb dan 1220 mg/kg bb menunjukkan perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan kontrol pada menit ke-60 sampai ke-90, sedangkan pada dosis 610 mg/kg perbedaan yang bermakna hanya terlihat pada menit 75 sampai 90 (p<0,05). Kelompok pembanding yang diberi kafein 13 mg/kg bb memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kontrol pada menit ke 30 sampai 90. Kelompok pembanding yang diberi amfetamin memiliki perbedaan bermakna terhadap kontrol pada setiap selang waktu kecuali pada menit ke-30 sampai ke-45 (p<0,05). Efek yang ditimbulkan oleh infus rimpang jahe ini baru terlihat setelah menit ke-60 sampai ke-75 (relatif lama). Hal ini dimungkinkan karena sediaan uji tersebut baru sampai pada reseptor pada menit ke 60 sampai ke75 dan bertahan pada menit ke-75 sampai ke-90. Infus rimpang jahe pada dosis 305 mg/kg bb dan 1220 mg/kg bb ternyata lebih cepat memberikan efek daripada kelompok yang diberi sediaan uji dosis 610 mg/kg bb. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara pertambahan dosis terhadap peningkatan aktivitas tidak linear. Kelompok pembanding yang diberi amfetamin 1,95 mg/kg bb lebih cepat memberikan efek dibandingkan dengan kelompok pembanding yang diberi kafein 13 mg/ kg bb. Pada metode berenang, kelompok yang diberi kafein 13 mg/kg bb menunjukkan perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan kontrol sedangkan kelompok sediaan uji pada dosis 305 mg/kg bb, 610 mg/kg bb dan 1220 mg/kg bb
Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No. 2, 2004 - 37

Suwendar, dkk.

menunjukkan peningkatan aktivitas tetapi tidak bermakna pada p<0,05. Kelompok pembanding yang diberi amfetamin 1,95 mg/kg bb menunjukkan peningkatan aktivitas tetapi tidak bermakna dibandingkan terhadap kontrol pada p<0,05. Hal itu menunjukkan bahwa efek kafein lebih berpengaruh dalam hal peningkatan ketahanan fisik (kemampuan berenang) dibandingkan dengan amfetamin (Tabel 2). Pada metode meja datar, kelompok yang diberi sediaan uji dosis 1220 mg/kg bb memperlihatkan perbedaan yang bermakna terhadap kontrol pada p<0,05. Kelompok yang diberi pembanding amfetamin juga memberikan perbedaan yang bermakna terhadap kontrol. Kelompok yang diberi kafein dapat meningkatkan jumlah jengukan dalam arti meningkatkan rasa ingin tahu tetapi tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap konrol pada p<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pada metode ini efek amfetamin lebih berpengaruh dibanding kafein dalam hal peningkatan rasa ingin tahu (Tabel 3). Pada metode papan miring, kecepatan pertama kali menaiki papan pada kelompok sediaan uji yang diberi dosis 1220 mg/kg bb berbeda bermakna dibandingkan terhadap kontrol pada p<0,05 (Tabel 4). Frekuensi melewati garis tengah pada seluruh kelompok uji tidak memperlihatkan perbedaan yang bermakna terhadap kontrol pada p<0,05. Pada pengujian dengan metode ini kelompok yang diberi amfetamin 1,95 mg/kg bb, kecepatan pertama kali menaiki papan menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap kontrol pada p<0,05. Hasil pengamatan frekuensi melewati garis tengah menunjukkan perbedaan yang bermakna hanya pada menit ke-1 setelah pemberian sediaan. Pada menit selanjutnya tidak memberikan perbedaan yang bermakna terhadap kontrol. Hal ini ada kemungkinan hewan tersebut tidak naf lagi karena aktivitas motorik spontan sangat dipengaruhi oleh pengalaman. Pada kelompok yang diberi kafein 13 mg/kg bb, kecepatan pertama kali menaiki papan memperlihatkan perbedaan yang bermakna terhadap kelompok kontrol pada p<0,05, sedangkan frekuensi melewati garis tengah meskipun terlihat adanya peningkatan rasa ingin tahu pada menit ke-5 tetapi tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap kelompok kontrol pada p<0,05. Hal ini menunjukkan kemungkinan pada menit-menit pertama zat aktif yang diberikan, baik amfetamin, kafein maupun sediaan uji, belum sampai ke reseptor-nya. Bila diamati selanjutnya terjadi peningkatan rasa ingin tahu pada menit ke-5. Hal ini berarti sediaan baru memberikan efek pada menit ke-5 kecuali pada kelompok uji dosis 305 mg/kg bb meskipun tidak bermakna (Tabel 5). Pada metode sangkar putar, baik kelompok yang diberi amfetamin 1,95 mg/kg bb, kafein 13 mg/kg bb maupun sediaan uji dosis 305 mg/kg bb; 610 mg/kg bb dan 1220 mg/kg bb menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap kelompok kontrol pada p<0,05. Pada metode berenang perbedaan yang bermakna ditunjukkan oleh kelompok yang diberi kafein 13 mg/kg bb, sedangkan kelompok yang diberi
38 Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No. 2, 2004

Suwendar, dkk.

amfetamin 1,95 mg/kg bb dan sediaan uji tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap kontrol pada p<0,05.
Tabel 1 : Rata-rata jumlah putaran mencit setelah pemberian infusa rimpang Jahe pada alat roda Sangkar Putar (a)
Kelompok perlakuan (n=5) Kontrol Kafein (13 mg/kg bb) Amfetamin (1,95 mg/kg bb) Infusa Rimpang Jahe (305 mg/kg bb) Infusa Rimpang Jahe (610 mg/kg bb) Infusa Rimpang Jahe (220 mg/kg bb) Jumlah putaran dalam kurun 15 menit selama 90 menit 0-15 301,431,7 342,685,4 363,832,8* 292,015,9 277,027,3 298,850,2 15-30 292,625,1 355,484,8 408,863,4b 319,230,1 285,235,2 345,45,2 30-45 303,640,7 45-60 275,864,8 60-75 223,255,8 401,079,6 b 75-90 170,245,4 382,258,8 b

479,8172,1b 627,0145,7 b 310,686,7 356,861,9 329,458,5 373,233,9 411,6110,2 b 371,462,4 325,054,3 384,8 47,9

479,0111,4 b 439,475,7 b 332,658,8 b 267,232,1 366,270,1* 289,868,7* 263,039,4* 403,480,1*

Tabel 2 : Rata-rata ketahanan berenang mencit setelah pemberian infusa rimpang jahe (a) Kelompok perlakuan (n = 5) Kontrol Kafein (13 mg/kg bb) Amfetamin (1,95 mg/kg bb) Infusa Rimpang Jahe (305 mg/kg bb) Infusa Rimpang Jahe (610 mg/kg bb) Infusa Rimpang Jahe (1220 mg/kg bb) Lama berenang (menit) 4,1 0,9 6,8 0,1 (b) 5,4 1,0 5,6 1,9 5,4 0,9 4,4 1,2

Tabel 3 : Rata-rata jumlah jengukan setelah pemberian infusa rimpang jahe pada alat Platform(a) Kelompok Perlakuan (n = 5) Kontrol Kafein (13 mg/kg bb) Amfetamin (1,95 mg/kg bb) Infusa Rimpang Jahe (305 mg/kg bb) Infusa Rimpang Jahe (610 mg/kg bb) Infusa Rimpang Jahe (1220 mg/kg bb) Keterangan :
(a) (b)

Jumlah jengukan ( 2 menit) 14,2 2,6 19,7 7,1 30,2 1,4(b) 19,7 1,1 20,7 7,9 21,7 5,1(b)

Pengamatan dilakukan 30 menit setelah pemberian sediaan Berbeda bermakna terhadap kontrol pada p<0,05
Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No. 2, 2004 - 39

Suwendar, dkk.

Tabel 4 : Pertama kali menaiki papan setelah pemberian infusa rimpang jahe pada alat Papan Miring(a) Kelompok perlakuan (n = 5) Kontrol Kafein (13 mg/kg bb) Amfetamin (1,95 mg/kg bb) Infusa Rimpang Jahe (305 mg/kg bb) Infusa Rimpang Jahe (610 mg/kg bb) Infusa Rimpang Jahe (1220 mg/kg bb) Keterangan :
(a) (b)

Pertama kali menaiki papan ( detik) 38,0 8,3 24,4 4,9(b) 15,9 3,3(b) 31,2 2,9 36,2 9,6 24,2 4,7(b)

Pengamatan dilakukan 30 menit setelah pemberian sediaan Berbeda bermakna terhadap kontrol pada p<0,05

Tabel 5 : Frekuensi melewati garis tengah setelah pemberian infusa rimpang jahe pada alat Papan Miring(a)
Kelompok perlakuan (n=5) Kontrol Kafein (13 mg/kg bb) Amfetamin (1,95 mg/kg bb) Infusa Rimpang Jahe (305 mg/kg bb) Infusa Rimpang Jahe (610 mg/kg bb) Infusa Rimpang Jahe (1220 mg/kg bb) Jumlah turun naik papan dalam 1 menit (0-1) 1,0 0,0 1,2 0,4 1,9 0,4(b) 1,7 0,6 1,4 0,6 1,4 0,6 (1-2) 0,6 0,6 1,2 0,9 1,0 1,2 1,4 0,1 1,0 1,0 1,7 1,1 (2-3) 0,9 0,9 1,2 0,9 1,2 0,9 0,7 0,6 1,2 0,9 1,4 0,1 (3-4) 1,2 0,4 0,9 1,1 1,7 1,1 0,9 0,4 1,0 0,8 1,2 0,9 (4-5) 0,9 0,4 1,7 1,1 1,9 1,1 0,9 0,9 1,4 0,9 1,4 0,9

Keterangan : a Pengamatan dilakukan 30 menit setelah pemberian sediaan b Berbeda bermakna terhadap Kontrol pada p<0,05

Pada metode meja-datar kelompok yang diberi amfetamin 1,95 mg/kg bb dan kelompok yang diberi sediaan uji dosis 1220 mg/kg bb memperlihatkan perbedaan yang bermakna terhadap kelompok kontrol pada p<0,05. Pada metode papan miring kecepatan pertama kali menaiki papan pada kelompok yang diberi amfetamin, kafein dan sediaan uji dosis 1220 mg/kg bb menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap kontrol, sedangkan frekuensi melewati garis tengah hanya kelompok yang diberi amfetamin saja yang menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap kontrol pada p<0,05. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa efek yang ditimbulkan oleh infus rimpang jahe lebih mendekati kerja amfetamin dibanding kafein.
40 Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No. 2, 2004

Suwendar, dkk.

Amfetamin sebagai stimulan SSP bekerja menstimulasi pelepasan neurotransmitter katekolamin seperti dopamin atau noradrenalin dengan menghambat ambilan kembali dan memfasilitasi kerja (membebaskan) katekolamin sehingga efek terhadap perilaku adalah dapat meningkatkan kewaspadaan, menekan perasaan letih, mengurangi nafsu makan, menimbulkan perasaan kemampuan diri berlebih, insomnia, meningkatkan inisiatif serta euphoria [2,9,10,11]. Dengan demikian amfetamin lebih berefek pada peningkatan rasa ingin tahu. Kafein bekerja meningkatkan sekresi efinefrin sehingga meningkatkan aktivitas saraf di sejumlah daerah di otak yaitu di korteks dan medula. Efek terhadap perilaku dapat menghilangkan rasa letih, lapar dan mengantuk [2,9]. Dengan demikian kafein lebih berefek pada peningkatan aktivitas motorik.

Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian infusa rimpang jahe yang diberikan secara oral memberikan efek stimulan sistem saraf pusat berupa peningkatan rasa ingin tahu dan aktivitas motorik berdasarkan uji sangkar putar. Infusa rimpang jahe dosis 305 mg/kg bb dan 1220 mg/kg bb meningkatkan jumlah putaran pada uji roda sangkar putar pada menit ke-60 sampai ke-90 secara bermakna pada p<0,05. Infusa rimpang jahe dosis 610 mg/kg bb meningkatkan jumlah putaran pada uji roda sangkar putar pada menit ke 75-90 secara bermakna pada p<0,05. Pada metode meja datar pemberian infusa rimpang jahe dapat meningkatkan rasa ingin tahu pada dosis 1220 mg/kg bb yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah jengukan yang bermakna pada p<0,05. Pada metode papan miring pemberian infusa rimpang jahe dapat mempercepat waktu pertama kali mencit menaiki papan pada dosis 1220 mg/kg bb yang bermakna pada p<0,05.

Daftar Pustaka
1. 2. 3. 4. 5. 6.

Mushler, R.D. and Bird, J.G.,1969,Modern Pharmacology and Thera-peutics, 4th ed, The MacMillan Co., New York, 379. Gillman, A.G. et al., 1996, The Pharmacological Basic of Therapeutics, 10th ed., Pergamon Press Inc, New York, 636 . Wijayakusumah, H., 2001, Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia (Rempah, Rimpang dan Umbi), PT. Dyatama Millenia, Jakarta, 161-162. Ditjen POM, DepKes RI, 1995, Farmakope Indonesia, ed. 4, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 9. Kitada Y., Miyauchi T., Satoh A. and Satoh S., 1981, Effect of Antidepressants in the rat Forced Swimming Test, Europ. J. Pharmacol., 145-146. Carson, N.R., 1999, Foundation of Physiological Psychology, 4th ed., University of Massachusset, Singapore, 67, 72, 75, 77-78, 80-82.

Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No. 2, 2004 - 41

Suwendar, dkk.

7.

Fathoni, A., 1995, Uji Efek Ekstrak Air Akar Jambe (Areca catechu) terhadap Aktivitas Motorik Mencit, Skripsi Jurusan Farmasi, FMIPA ITB, Bandung, 26. 8. Hendrayadi, H., 1999, Pengaruh Pemberian Amfetamin dan Diazepam terhadap Daya Ingat dan Perilaku Mencit Swiss Webster, Skripsi Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, 24-25. 9. Foye. W.O., 1995, Prinsip-Prinsip Kimia Medisinal, jil. 1, ed. 2, terjemahan M.B. Widianto M.B., Gadjah Mada University Press, 580-583. 10. American Society of Health-System Pharmacist, 2002, AHFS Drug Information, vol. 2, New York, 2340-2341, 2362. 11. Tortora G.J., Grabowski S.R., 1996, Principles of Anatomy and Physiology, 8th ed., Harper Collins College Publ., 332.

42 Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No. 2, 2004

Anda mungkin juga menyukai