LAPORAN PRATIKUM
FARMAKOLOGI VETERINER II
LAKSANSIA
Anggota Kelompok:
1. Mas Taufiqqurrahman (B04150106) ……….
2. Dwi Putri Anggraini (B04150174) ……….
3. Muhammad Farhan (B04150176) ………
4. Ratyan Tri Widowati (B04150193) ……….
5. Alyssa (B04150194) ……….
6. Sandi Putra (B04150200) ………
TUJUAN
Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui prinsip kerja sediaan
laksansia pada saluran pencernaan hewan secara langsung.
METODE PRAKTIKUM
Tempat dan Waktu
Praktikum kali ini dilaksanakan di ruang praktikum fifarm 3, Departemen
AFF FKH IPB pada jam 11.30-14.00.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum adalah peralatan bedah
minor dan syringe, seekor tikus, benang, kapas, uretan aquades, NaCl fisiologis
0.9%, NaCl fisiologis 3%, MgSO4 4,7%, dan MgSO4 27%.
Tata Kerja
Bobot badan tikus ditimbang untuk megetahui berat dan dosis anestesi
yang akan diberikan. Anestetikum yang diberikan pada praktikum kali ini adalah
uretan (1,24 gr/kg BB). Uretan disuntikkan secara intraperitoneal (IP). Setelah
teranestesi, tikus diletakkan pada alas kayu/busa tersebut. Pembedahan dilakukan
dengan alat bedah pada bagian abdomen. Setelah itu, usus dipreparir sepanjang
2,5 cm dari daerah pylorus dan diikat dengan benang.
Usus halus dibagi menjadi 5 segmen dengan cara mengikat usus dengan
benang. Interval antar ikatan adalah 5 cm dan jarak 1 cm. Setiap segmen
diinjeksikan dengan larutan yang berbeda menggunakan syringe. Segmen pertama
diinjeksikan dengan aquades, segmen kedua diinjeksikan dengan NaCl 0,9%,
segmen ketiga dengan NaCl 3%, segmen keempat dengan MgSO 4 4,7%, dan
segmen terakhir dengan MgSO4 27%. Volume masing-masing larutan adalah 0,25
ml.
Setelah semua segmen terinjeksi, maka ruang abdomen yang terbuka
tersebut ditutup dengan kapas yang dibasahi dengan NaCl 0,9%. Aspirasi cairan
dilakukan setelah 45 menit pascainjeksi larutan tersebut. Setiap segmen diaspirasi
menggunakan syringe. Volume cairan dari masing-masing segmen dihitung. Cara
lain yang dapat dilakukan untuk mengoleksi sampel adalah dengan cara
memotong usus dekat ikatannya dan volume cairan yang tersisa ditampung pada
gelas ukur, kemudian hasilnya dicatat.
KESIMPULAN
Pemberian sediaan diuretikum berupa kafein terbukti paling efektif dalam
menginduksi urinasi,dan sediaan diuretikum Salyrgan memiliki kemampuan
diuretik yang cukup baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bertram G Katzung, (2004): Basic and Clinical Pharmakology, 9Th edition,.
Prentice Hall.
Dipiro, Josep T, 1997. Pharmacotherapy Pathophysiologic Approach, Appleton
and Lange, 185-214
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Farmakologi dan terapi.
Jakarta (ID) : Balai penerbit FKUI
Mary J Mycek, et all (2001); Lippincott’s Illustrated Reviews: Pharmacology, 3th
edition, by Limppincott.
Varney Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Vol 1.Jakarta:EGC