Oleh:
M Farhan Fauzan B04160166
Ratu Aesya Adinigntyas B04160167
Anisa Dira Setiadi B04160179
Siow Shuen Yuan B04168010
Latar Belakang
Tujuan
METODE
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum adalah spuid, papan fiksasi,
selang karet three-way stop cock, kertas saring, corong gelas, alat ukur, benang,
tabung reaksi, rak tabung reaksi, tikus, asam salisilat dalam susunan asam dan basa,
FeCl3, larutan NaCl fisiologis dan standar asam salisilat.
Waktu dan Tempat
Prosedur Kerja
Absorpsi obat adalah langkah utama untuk disposisi obat dalam tubuh dari
sistem LADME (Liberasi, Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, Ekskresi). Faktor
yang mempengaruhi absorpsi obat adalah ada/tidaknya isi lambung, tergantung pH,
waktu pengosongan lambung, dan motilitas saluran cerna (Behrman dan Arvin
1996). Sebelum obat diabsorpsi, terlebih dahulu obat larut dalam cairan biologis.
Kebanyakan obat berupa asam lemah atau basa lemah, oleh karena itu absorpsi
dengan cara difusi pasif hanya terjadi dalam bentuk tidak terionisasi (atau molekul),
maka perbandingan obat yang tidak terionisasi dengan yang terionisasi sangat
menentukan absorpsi. Obat berupa asam lemah, konsentrasi berupa ion meningkat
dengan peningkatan pH media air dan konsentrasi bentuk molekul menurun
(Rahardjo 2004).
Gambar 2. Perbandingan hasil filtrat (asam slisilat suasana basa) + FeCl3 dengan
warna standar.
SIMPULAN
Rata-rata asam salisilat dalam suasana asam yang diabsorpsi oleh lambung
tikus yaitu sebanyak 65%. Asam salisilat yang berada dalam suasana basa
diabsorpsi oleh lambung tikus sebanyak 0%. Asam asetil salisilat akan diabsorbsi
dengan baik di dalam lambung yang disertai dengan pH larutan yang rendah.
DAFTAR PUSTAKA