Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

EKPERIMEN DASAR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEK


FARMAKOLOGI

( VARIASI BIOLOGI DAN VARIASI KELAMIN )

Dosen : Teodhora, S. Farm, M.Farm, Apt.

Ainun Wulandari, S. Farm., M. Sc., Apt.

Di Susun Oleh :

Nuri Destia Murdiani 18330089

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

PROGRAM STUDI SI FARMASI FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak faktor yang mempengaruhi pada efek obat yang diberikan. Dalam eksperimen
rute pemberian obat, telah ditelaah faktor ini pada efek obat. Kalau dikatakan bahwa
berbagai faktor mempengaruhi dosis obat, maka hal ini hendaknya dilihat dalam kaitan
pengaruh faktor ini terhadap efek obat, sehingga dengan demikian dosis obat perlu di
sesuaikan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi efek obat dapat dikelompokkan dalam dua
kelompok besar yaitu :
a. Faktor – faktor lingkungan luar tubuh penerima obat

b. Faktor – faktor internal pada menerimaan obat

Kedua faktor ini pada dasarnya saling berkaitan. Faktor – faktor lingkungan luar tubuh
penerima obat dapat membawa perubahan fundamental dalam diri penerima obat, yang
kemudian memiliki perubahan yang permanen sebagai ciri khasnya, atau memperoleh
perubahan sementara yang reversibel.

Faktor – faktor pada penerimaan obat yang dapat mempengaruhi efek obat antara
lain : a. Usia
b. Status fungsional dan struktural (kondisi patologis dari penerima obat yang dapat
memodifikasi fungsi dan atau struktur sel, jaringan, organ maupun sistem tubuhnya
dan faktor genetiknya )
c. Jenis kelamin

d. Bobot tubuh dan luas permikaan

e. Suasana kejiwaan penerima obat

f. Kondisi mikroflora saluran pencernaan

Pada umumnya faktor – faktor yang sama antara menerima obat ( misalnya usia, jenis
kelamin, bobot tubuh, luas permukaan tubuh dan ras ) pada pemberian obat yang sama,

1
dengan dosis yang sama dan rute pemberian sama masih dapat di amati efek
farmakologinya secara kuantitatif berbeda, meskipun status fungsional dan struktural
penerima obat adalah sama. Oleh karna itu diambil kesimpulan bahwa yang menyebabkan
perbedaan ini adalah variasi biologik antara penerimaan obat. Sebagai mahluk hidup yang
dinamis, selalu ada perbedaan sesaat atau tetap antara sesamanya, karena pengalaman
yang berbeda maupun yang ditanggapi berbeda.

Jenis kelamin dapat mengakibatkan perbedaan kualitatif dalam efek farmakologi obat.
Perbedaan yang kadang kala fundamental dalam pola fisiologi dan biokimia antara jenis
jantan dan betina menyebabkan hal ini.

1.2 Tujuan

Mahasiswa dapat mengenal dan mengamati berbagai faktor yang memodifikasi obat
serta mejagukan hal – hal yang melandasi pengaruh faktor – faktor tersebut secara teoritis
dan praktis.
1.3 Prinsip

Dosis yang digunakan untuk mencapai kadar teurapetik efektif berbeda – beda pada
tiap – tiap individu disebabkan karena adanya variasi biologi dan variasi jenis kelamin
yang mempengaruhi respons tubuh terhadap obat.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar

Rute pemberian obat adalah salah satu faktor yang memberikan efek obat, karena
karakteristik biokimiawi, anatomi dan lingkungan fisiologis yang berbeda pada daerah
kontak mula obat dan tubuh. Karakteristik ini berbeda karena jumlah suplai darah yang
berbeda,struktur anatomi dari lingkungan kontak antara obat – tubuhn yang berbeda,
enzim – enzim dan getah – getah fisiologis yang terdapat dilingkungan tersebut berbeda.
Hal ini menyebabkan jumlah obat yang mencapai kerjanya dalam jangka waktu tertentu
akan berbeda, tergantung dari rute pemberian obat. Meskipun rute pemberian obat secara
oral merupakan cara paling lazim, seringkali rute ini tidak digunakan mengingat hal – hal
yang dikemukakan, mengingat kondisi penerima obat dan didasarkan juga oleh sifat –
sifat obat itu sendiri.

Di dalam menilai efek farmakologis suatu senyawa bioaktif dengan hewan percobaan
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, anatar lain :

a. Faktor internal pada hewan percobaan itu sendiri yaitu :

1) Umur

2) Jenis kelamin

3) Bobot badan

4) Keadaan kesehatan

5) Nutrisi

6) Sifat genetik

b. Faktor – faktor lainnya yaitu :

1) Lingkungan

2) Keadaan kandang

3) Suasana kandang

3
4) Populasi dalam kandang

5) Keadaan ruang tempat pemeliharaan

6) Pengalaman hewan percobaan sebelumnya

7) Suplai oksigen dalam ruang pemeliharaan

8) Cara pemeliharaan

Keadaan faktor – faktor ini dapat merubah dan mempengaruhi respon hewan
percobaan terhadap senyawa bioaktif yang di ujikan. Penanganan yang tidak baik
terhadap hewan yang akan menjadi percobaan dapat mempengaruhi hasil percobaan
dan memberikan hasil yangmenyimpang. Di samping itu cara memberikan senyawa
bioaktif kepada hewan percobaan tentu dapat mempengaruhi respon hewan terhadap
senyawa bioaktif yang nantinya memberikan hasil efeknya. Cara pemberiannya yang
digunakan tentu tergantung pada bahan amaupun bentuk sediaan yang akan digunakan
serta hewan percobaan yang akan digunakan. Sebelum senyawa bioaktif dapat
mencapai kerjanya, senyawa bioaktif harus melalui proses absorpsi terlebih dahulu.

4
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat

a. Spuit injeksi 1 ml

b. Jarum suntik no.27 ( ¾-1 inch )

c. Timbangan hewan

d. Benjana untuk pengamatan

e. Stop watch

3.2 Bahan

a. Hewan : Mencit putih, jantan dan betina ( jumlah masing – masing 3 ekor ), usia 2
bulan, bobot tubuh 20 – 30 g
b. Obat : Fenobarbital 100 mg / 70 kgBB manusia secara IP

3.3 Prosedur Kerja

a. Siapkan mencit. Sebelum pemberian obat, amati kelakuan normal masing – masing
mencit selama 10 menit.
b. Hiting dosis dan volume pemberian obat dengan tepat untuk masing – masing mencit.

c. Berikan larutan fenobarbital 100 mg / 70 kgBB manusia secara IP dan catat waktu
pemberiannya.
d. Tempatkan mencit ke dalam bejana untuk pengamatan.

e. Amati selama 45 menit.

f. Catat dan labelkan pengamatan masing – masing kelompok. Bandingkan hasilnya.

5
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dalam percobaan ini menggunakan 3 ekor mencit jantan dan 3 ekor mencit betina
yang akan diberikan Fenobarbital

Mencit Berat Badan Rute Pemberian Dosis Pemberian Volume Pemberian


(gram) (mg) (ml)
Jantan
1 28 Intra Peritonial 0,364 mg 0,0728 mg
2 22 Intra Peritonial 0,286mg 0,0572 mg
3 30 Intra Peritonial 0,39 mg 0,078 mg
Betina
1 32 Intra Peritonial 0,416 mg 0,0832 mg
2 27 Intra Peritonial 0,351 mg 0,0702 mg
3 21 Intra Peritonial 0,273 mg 0,0546 mg
Sediaan Fenobarbital Injeksi 50 mg/ml

Hasil Pengamatan:
Pengamatan
Waktu Waktu Onset Durasi
Waktu
Hilang Kembali Kerja Kerja
Hewan Obat Dosis Rute Pemberian
Rightin Righting Obat Obat
Obat
g Reflex Reflex (menit) (menit)
(menit)
(menit) (menit)
Mencit Fenobarbital 100 mg/ IP 08.00 08.45 12.43 45 238
jantan 70 kgBB menit
menit
manusia
Mencit Fenobarbital 100 mg/ IP 08.05 08.43 11.59 38 196
jantan 70 kgBB menit
menit
manusia
Mencit Fenobarbital 100 mg/ IP 08.10 08.59 12.22 49 203
jantan 70 kgBB menit
menit
manusia
Mencit Fenobarbital 100 mg/ IP 08.00 08.40 12.17 40 217
betina 70 kgBB menit
menit
manusia
Mencit Fenobarbital 100 mg/ IP 08.05 08.37 11.57 32 200
6
betina 70 kgBB menit menit
manusia
Mencit Fenobarbital 100 mg/ IP 08.10 08.45 11.45 35 180
betina 70 kgBB menit
menit
manusia
Righting reflex adalah refleks mencit yang apabila tubuhnya dibalik dan berada pada
posisi terlentang, maka akan kembali tertelungkup.
Onset kerja adalah mula kerja obat (diamati waktu antara pemberian obat sampai
timbulnya efek hilangnya refleks balik badan jika ditelentangkan selama 30 detik
hingga tidur)
Durasi kerja adalah lama kerja obat (diamati waktu antara timbulnya efek hilangnya
reflex balik badan jika ditelentangkan selama 30 detik hingga tidur, sampai hilangnya
efek tersebut)

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini melakukan percobaan yaitu faktor yang mempengaruhi efek
farmakologi variasi biologi dan variasi kelamin. Variasi biologis dan variasi kelamin
merupakan faktor yang mempengaruhi kereaktifan obat dalam tubuh. Yang mana obat
dengan rute pemberian yang sama akan berpengaruh berbeda karena variasi biologis dan
variasi kelamin. Pada praktikum kali ini obat yang disuntikkan adalah melalui rute
pemberian secara intra peritoneal ( IP ). Yang mana setelah disuntikkan obat akan
diabsorpsi dan masuk kedalam pembuluh darah. Obat yang digunakan pada praktikum
kali ini yaitu phenobarbital, yang termasuk kedalam golongan obat sedative hipnotik.
Volume pemberian obat diberikan sesuai dengan bobot hewan coba yang telah ditimbang
dan dihitung volume pemberiannya.

Dari hasil percobaan di peroleh bahwa mencit dengan berat badan yang lebih kurus
akan mengalami efek obat yang lebih cepat dari pada mencit yang memiliki berat
badanyang lebih besar. Mencit yang memiliki efek sedasi lebih cepat ini dipengaruhi
oleh faktor biologis karena bobot badannya yang kecil, yang mana pada berat badan ideal
nilai laju filtrasi gromelurus naik. Sehingga volume distribusi tubuh baik, sedangkan
kelebihan lemak akan meningkatkan penurut. Tatapi lemak ini tidak ikut dalam
kesetimbangan kompartemen. Sehingga volume distribusi menjadi kecil dan akibat nilai
laju filtrasi gromelurus akan menjadi lebih kecil. Obat – obat yang larut dalam lemak
akan secara lebih luas terdistribusi dan dapat menghasilkan durasi kerja yang lebih lama.

7
8
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
a. Variasi kelamin juga dapat mempengaruhi efektifitas obat dalam tubuh.
b. Mencit dengan berat badan lebih kurus akan mengalami efek obat yang lebih cepat
dibandingkan pada mencit yang memiliki berat badan yang lebih besar.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hilter. H. and Nagle. B. 1999. “ Basic Pharmacology “ fourth edition. MC. Graw Hill : USA.

Katzug. B. G. 2002. “ Farmakologi Dasar dan Klinik “ Edisi VIII. Peneribit Buku Salemba
Medika : Jakarta.

Nurmelis, dkk. 2009. Penuntun Praktikum Farmakologi. Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Kesehatan , Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Ganis. 1980. “ Farmakologi dan Terapi “ Edisi II. Penerbit buku bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Mutschler. Ernst. 1991. Dinamika Obat. Penerbit : ITB. Bandung.

10

Anda mungkin juga menyukai