Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN WELL LOG ANALYSIS

Di susun oleh :
Airlangga Naufal Firdaus
10019003
Engineering Petroleum

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

TANRI ABENG UNIVERSITY

DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena telah di beri kesempatan
kepada penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah Well Log
Analysis di susun untuk memenuhi proyek UAS dosen Rian Cahya Rohmana,
ST,M.Eng pada Teknik Perminyakan di Tanri Abeng University. Selain itu
penulis juga berharap makalah ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan
bagi pembaca nya terkait dengan Well Log Analysis.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar besar nya kepada
Ibu/Bapak dosen Rian Cahya Rohmana,ST,M.Eng. Tugas proyek UAS ini
dapat menambah pengetahuan serta wawasan terkait bidang yang di tekuni
penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karna itu segala kritik dan sarannya yang bersifat membangun sangat di harap kan
oleh penulis di masa yang akan datang

Bogor, 14 Juni 2021

Airlangga Naufal Firdaus

i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Akhir Pembelajaran

Laporan pembelajaran Well Log Analysis dengan Judul ‘’Laporan Well


Log Analysis’’ di susun sebagai persyaratan kelulusan mata kuliah Well Log
Analysis. Demikian laporan ini di buat dengan sebenar-benarnya.

Disusun oleh :
Nama : Airlangga Naufal Firdaus
Nim : 10019003
Program Studi: Petroleum Engineering

Menyetujui,
Dosen Mata Kuliah Well Log Analysis

Rian Cahya Rohmana. S.T., M. Eng.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................iii
BAB I ....................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
BAB II....................................................................................................................................5
2.1 Pengkuran dan Aplikasi Log Caliper ..............................................................................6
2.2 Pengkuran dan Aplikasi Bit Size .....................................................................................8
2.3 Pengukuran dan Aplikasi Log Gamma Ray ....................................................................9
BAB III ...............................................................................................................................10
3.1 Pengukuran dan Aplikasi Log Resistivity .....................................................................11
BAB IV ...............................................................................................................................12
4.1 Pengukuran dan Aplikasi Log Neutron ........................................................................13.
4.2 Pengukuran dan Aplikasi Log Densitas.........................................................................15
4.3 Pengkuran dan Aplikasi Log PEF..................................................................................16
4.4 Pengukuran dan Aplikasi Log Sonic..............................................................................17
BAB V..................................................................................................................................20
5.1 Pengambilan dan Aplikasi Core.....................................................................................20
BAB VI................................................................................................................................21
KESIMPULAN....................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................22
LAMPIRAN........................................................................................................................35

iii
BAB I
PENDAHULUAN
Logging adalah metode atau teknik untuk mengkarakterisasi formasi di
bawah permukaan dengan pengukuran parameter – parameter fisis batuan dalam
lubang bor, sedangkan log adalah hasil rekaman dalam fungsi kedalaman terhadap
proses logging (Serra, 1984). Pertama kali well logging dapat dihitung dari
peristiwa pertama yang tercatat di Pechelbronn pada tanggal 5 September 1927 di
mana H. Doll dan Schlumberger bersaudara (dan beberapa orang lain) membuat
pengukuran resistivitas semikontinyu di medan lama yang di Alsace. Profesor
Forbes dari Observatorium Edinburgh adalah mungkin orang pertama yang
membuat well log pengukuran, ketika, dari tahun 1837 hingga 1842, ia
menurunkan sensor suhu menjadi tiga poros hingga 24 kaki mendalam untuk
merekam variasi suhu dengan kedalaman dan waktu.

Gambar 1.1 Operasi logging pertama di sumur minyak. Pechelbronn, sumur-2905,


pada 5 September,1927 (dalam Luthi, 2001)

Kemudian hasilnya dianalisis oleh fisikawan Lord Kelvin (Thomson,


1861), yang mampu menentukan variasi sekuler dalam suhu dan aliran panas,
yang dia butuhkan untuk perhitungan usia bumi. Awal dari well logging komersial
sepenuhnya dikaitkan dengan inisiatif dua bersaudara Prancis, Conrad
Schlumberger (1878-1936), seorang fisikawan yang lulus dari Ecole
Polytechnique France, dan Marcel Schlumberger (1884-1953), seorang insinyur
dari Ecole Centrale de Paris.

Gambar 1.2 Operasi penebangan pada tahun 1932 di California. Rekor Insinyur Deschatre
dan Legrand (kiri) dua kurva, resistivitas dan potensial spontan, menggunakan
potensiometer (dalam Luthi, 2001).

Saat itu, mereka mengapilkasikan sonde geolistrik yang biasa dipakai


dalam mencari prospek biji mineral untuk aplikasi bawah permukaan dalam dunia
migas. mereka menggunakan perekaman tersebut untuk mengetahui resistvitas
formasi yang ada di bawah permukaan. Sehingga log yang pertama kali digunakan
dalam sejarah industri adalah log resistivitas. Umumnya well logging
menggunakan pengukuran yang memanfaatkan prinsip – prinsip fisika, seperti
resistivitas, radioaktif, gelombang akustik, konduktifitas, dll. Dengan bantuan
peralatan tersebutlah kegiatan eksplorasi geosaintis dapat lebih optimal.
Well Logging berasal dari terjemahan bahasa Prancis dari istilah well
logging adalah carottage ´electrique, ∗ secara harfiah "Coring listrik", deskripsi
yang cukup tepat dari teknik pencarian prospek geofisika ini ketika ditemukan
pada tahun 1927. Untuk seorang petrofisikawan, ini adalah cara untuk
mengevaluasi potensi produksi hidrokarbon dari suatu reservoir. Untuk sebuah
ahli geofisika, ini adalah sumber data pelengkap untuk analisis seismik
permukaan.
Untuk sebuah insinyur reservoir, mungkin hanya memberikan nilai untuk
digunakan dalam simulator. Penggunaan awal logging sumur adalah untuk

2
menghubungkan pola listrik yang serupa konduktivitas dari satu sumur ke sumur
lainnya, terkadang dalam jarak yang jauh.
Sejak tahun 1927 hingga sekarang, teknologi well logging telah
mengalami banyak perkembangan dan inovasi terbaru untuk mengakomodasi
kebutuhan industri minyak dan gas dalam mencari dan mengetahui prospek
minyak bumi di dalam suatu reservoir dari mulai tool konvensional seperti log
GR, log SP, log densitas hingga ke tool unconventional seperti NMR, dipmeter.
bahkan tekhnik pengambilan datanya sekarang pun sudah berkembang lagi
menjadi LWD (Logging While Drilling) dimana antara perekaman log dan
pengeboran dilakukan bersamaan, sehingga diharapkan kondisi ini dapat
mencerminkan kondisi paling sebenarnya dari formasi.
Tujuan dilakukannya logging adalah untuk mengetahui karakter fisik
batuan di dalam lubang sumur secara spesifik sehingga dapat mengetahui kondisi
bawah permukaan seperti litologi, porositas, saturasi air, permeabilitas, dan
kandungan serpih yang ada dalam formasi.

Gambar Gambar 1.2 Gambaran secara umum saat melakukan well logging

3
Dengan berkembang nya zaman di dalam industry survey eksplorasi
minyak dan gas bumi, terdapat berbagai macam jenis pengukuran log sesuai
dengan prinsip kerja dan fungsinya. Namun, dari bermacam logging yang tersedia,
terdapat jenis logging yang utama, yaitu :

a. Log Radioaktif : Log Gamma Ray, Log Densitas, Log Neutron


b. Log Listrik : Log Resistivitas, Log Spontaneous Potential
c. Log Akustik : Log Sonik
d. Log Mekanik : Log Kaliper.

Gambar 1.3 Contoh alat well longing dan Log Gamma Ray

4
BAB II

2.1 Pengukuran dan Aplikasi Log Caliper


Log caliper digunakan untuk mengukur variasi diameter lubang bor saat
borehole masih dalam open case. Log caliper berfungsi untuk menentukan lapisan
produktif, menggambarkan kondisi diameter/profil lubang bor, Menentukan letak
setting packer serta dapat mengetahui estimasi ketebalan Mud Cake didepan zona
Permeabel yang akan memberikan dukungan pada analisa logging secara
kualitatif.
Pada lapisan permeabel yang pada dinding lubang bornya terbentuk akan
menyebabkan dimeter lubang bor menjadi lebih kecil dibanding diameter bit,
sedangkan pada lapisan shale kerontokan batuan yang terjadi akan menyebabkan
diameter dinding lubang bor menjadi lebih besar dibanding ukuran bit.
Prinsip kerja log caliper adalah menggunakan mekanisme gerak pegas.
Untuk menyesuaikan kondisi lubang bor yang umunya tidak rata digunakan pegas
yang dapat mengembang secara fleksibel. Ujung paling bawah dari pegas tersebut
dihubungkan dengan rod yang berfungsi untuk meneropong kedalam lubang bor.

Gambar 2.1.1 Log Caliper


Kedudukan dari rod ini ditentukan oleh kompresi dari pegas dan dari sini
ukuran lubang bor dapat ditentukan. Arus dan coil perekam membentuk kopling

5
induktif sedemikian rupa sehingga potensial yang diinduksi dalam coil perekam
tergantung pada posisi rod. Hal ini akan menghasilkan pencatatan voltage yang
bervariasi dengan ukuran lubang bor, yang selanjutnya dicatat oleh suatu
instrumen di permukaan.

Gambar 2.1.2 Alat Log Caliper

2.2 Pengukuran dan Aplikasi Bit Size


Alat Caliper Log digunakan untuk mengukur diameter dan bentuk lubang
bor. Lengan dapat bergerak masuk dan keluar saat alat ditarik dari lubang bor,
dan gerakan diubah menjadi sinyal listrik oleh potensiometer. Setiap alat yang
diletakkan di lubang bor dikelilingi oleh lumpur, parameter yang direkam
sebagian besar dipengaruhi oleh lumpur sebagai fungsi volumenya, juga
tergantung pada diameter lubang bor, dan sifat-sifatnya.Karena itu, penting untuk
mengetahui dengan tepat diameter lubang bor pada setiap tingkat pengambilan
sampel.

Diameter lubang bor dapat diukur dengan cara sebagai berikut:


a. Diameter lubang bor diukur dengan menggunakan lengan artikulasi
simetris yang terhubung dengan kursor potensiometer. Dalam hal ini,
variasi diameter lubang dengan kedalaman menyebabkan lengan menutup

6
atau membuka dan gerakan tersebut tercermin dalam perubahan resistensi
dalam potensiometer.
b. Diameter lubang bor juga dapat ditentukan dengan cara mengukur waktu
transit gelombang akustik, pemancar dan penerima diselaraskan dengan
sumbu lubang. Jenis pengukuran ini jauh lebih tepat.
c. Jari-jari lubang bor juga dapat diukur dengan pengukuran resistivitas
khusus.

Gambar 2.2.1 Pengukuran Bit Size


Sebagian besar pengukuran gabungan berisi alat caliper yang sudah
memberikan pengukuran diameter lubang bor. Karena itu lengan caliper sudah di
pasang pegas, seperti pahat terbuka masuk ke diameter lubang maksimum, dalam
elips sepanjang sumbu utama. Akibatnya, bentuk lubang oval atau tidak beraturan.
Oleh sebab itu menggunakan alat dengan empat lengan, untuk mendapatkan
pengukuran yang lebih tepat dari bentuk lubang dan volume lubang. Seperti alat
geometri lubang bor yang di miliki oleh Schlumberger memiliki empat lengan
digabungkan berpasangan, masing-masing membuka dengan diameter lubang
maksimum dari 30". Jika diperlukan, ekstensi lengan untuk itu ditambahkan
untuk meningkatkan pembukaan ini hingga 40". Alat ini memberikan dua kurva
diameter independen yang diukur dalam dua bidang tegak lurus vertical integrator
ke dalam volume lubang bor.

7
Gambar 2.2.2 Alat untuk mengukur lubang bor
2.3 Pengukuran dan Aplikasi Gamma Ray Log
Log gamma ray adalah log yang menunjukkan besaran intensitas
radioaktif yang ada dalam formasi dan berfungsi untuk mendeteksi endapan –
endapan mineral radioaktif seperti unsur-unsur tertentu pada mineral mika,
glaukonit, dan potassium feldspar, yang umum nya ditemukan pada batu serpih
(shale) dan lempung (clay). Secara umum (konvensional), kegiatan eksplorasi
dilakukan untuk mencari hidrokarbon pada batuan reservoir yang memiliki
porositas dan permeabilitas yang baik, yaitu batupasir dan batu gamping. Karena
karakteristik batu serpih dan lempung yang memiliki porositas dan permeabilitas
yang kecil (kemudian dianggap sebagai batuan non-reservoar), dan bersifat
“menyerpih” dalam suatu tubuh batuan, maka dengan analisa log Gamma Ray ini
dapat dilakukan identifikasi litologi

Sinar gamma dapat menembus batuan dan dideteksi oleh sensor sinar
gamma yang umumnya berupa detektor sintilasi. Setiap gamma ray yang
terdeteksi akan menimbulkan pulsa listrik, setelah itu parameter yang direkam
adalah jumlah dari pulsa yang tercatat persatuan waktu. Gamma ray log
digunakan untuk menentukan zona permeable dan non permeable suatu formasi.
Unsur Uranium, Thorium dan Potasium umumnya terkonsentrasi cukup besar
pada mineral lempung sehingga mineral lempung mempunyai radioaktivitas tinggi
(>100°API) sedangkan batu pasir dan karbonat mempunyai radioaktivitas rendah

8
(10 – 20 °API) tetapi batu pasir bersih akan memberikan bacaan gamma ray log
yang tinggi apabila batupasir tersebut mengandung potasium feldspar, mika,
glaukonit atau air yang mengandung uranium. Pembacaan gamma ray yang
rendah menunjukkan formasi tersebut permeable dan nilai gamma ray yang tinggi
menunjukkan formasi tersebut non permeable.

Prinsip pengukuran log Gamma Ray, yaitu mengukur tingkat


radioaktivitas (sinar gamma) alami dari unsur Potasium (K), Thorium (Th), dan
Uranium (U), yang menyusun batuan. Unsur tersebut umum ditemukan pada batu
serpih atau lempung, sehingga pengukuran ini dapat dilakukan untuk identifikasi
dan korelasi litologi, analisa fasies dan sekuen pengendapan.

Pengukuran Log Gamma Ray memiliki kelemahan, terutama apabila


terdapat batuan selain serpih dan lempung yang memiliki radioaktivitas alami
tinggi, seperti tuff. Sehingga identifikasi litologi umumnya diperkuat dengan
pengukuran Spectral Gamma Ray, yang mampu mengetahui sumber radiasi.

Gambar 2.3 Respon Log Gamma Ray di berbagai Litolog

9
BAB III

3.1 Pengukuran dan Aplikasi Log Resistivity

Log resistivitas adalah rekaman tahanan jenis formasi ketika dilewati oleh
kuat arus listrik yang dinyatakan dalam ohmmeter, Hukum yang terkenal ini
menunjukkan bahwa arus dengan intensitas I, dalam ampere, yang mengalir
melalui media homogen dengan hambatan R, dalam ohm, dikaitkan dengan jatuh
tegangan V, dalam volt. Hubungan ini ditulis: V = R I (3-1).
Selain itu, hambatan, R, dari suatu bahan tergantung pada dua factor (lihat
gambar 3.1 hukum ohm resistivity) dan permukaannya, S, dalam meter persegi,
m2; bahan. Satuannya adalah ohm-m2/m atau ohm-m atau Q-m.

Gambar 3.1 Hukum ohm resistivity


Prinsipnya pengukuran log resistivitas adalah dengan mengukur batuan
beserta kandungan fluidanya terhadap arus listrik yang melaluinya. Sifat
resistivitas tersebut, utamanya merupakan fungsi dari fluida dalam pori batuan.
Pada awalnya, arus listrik searah DC dilepaskan dari satu atau beberapa elektroda,
dan akan melalui batuan hingga tiba di permukaan. Beda potensial (kebalikannya
resistivitas) dan arus listrik diukur menggunakan dua unit elektroda tambahan di
permukaan, dan dari hasil pengukuran dapat diketahui nilai resistivitasnya (dalam
satuan ohm-meter/Ωm). Log Resistivitas dapat digunakan untuk membedakan
antara zona berisi air dan hidrokarbon dalam formasi batuan. Dalam
penerapannya, terdapat dua macam log Resistivitas, yaitu :
a. Lateral Log : Dirancang untuk mengukur resistivitas batuan yang dibor
dengan lumpur pemboran yang salty, dan dilakukan dengan menggunakan
sonde yang memiliki elektroda dan penyangga.
b. Induction Log : Prinsipnya dengan mengukur konduktivitas batuan
sehingga diperoleh nilai resistivitas. Dengan prinsip arus Eddy, di dalam

10
kumparan transmitter dialirkan arus bolak-balik berfrekuensi tinggi dan
amplitudo yang konstan.

Gambar 3.2 Skema prinsip kerja Lateral Log (kiri), dan Induction Log
(kanan).
Ada pun Faktor – faktor yang mempengaruhi pegukuran resistivitas antara lain:

a. Invasi Lumpur Bor


b. Ketebalan Lapisan Batuan
c. Ukuran Lubang Bor
d. Jenis Lumpur

Gambar 3.2 Contoh Log Resistivity

11
BAB IV

4.1 Pengukuran dan Aplikasi Log Neutron


Log neutron merupakan log yang dapat membaca indeks hidrogen yang
terkandung dalam batuan. Neutron adalah suatu partikel listrik netral yang
mempunyai massa hampir sama dengan atom hydrogen. Partikel neutron
memancar dan menembus formasi dan bertumbukan dengan material formasi
yang menyebabkan neutron kehilangan energi. Besarnya energi neutron yang
hilang tergantung dari banyaknya jumlah atom hidrogen dalam formasi. Pada
formasi bersih yang diisi oleh air atau minyak, log neutron mengukur porositas
yang diisi oleh cairan.

Gambar 4.1 Respon Neutron Beberapa Komponen Batuan, Dinyatakan sebagai


Porositas Neutron.

Prinsipnya adalah dengan mengukur persentase pori batuan, dari intensitas


atom hidrogennya, dengan asumsi bahwa pori batuan terisi oleh hidrogen sebagai
air atau hidrokarbon. Dengan menggunakan pemancar neutron dan dua detektor
yang ditempatkan pada dinding lubang pemboran, setelah neutron dipancarkan,
akan terjadi gejala Hamburan Elastik (neutron dengan atom hidrogen). Detektor
akan mendeteksi dan menghitung neutron yang terpantul kembali, yang dapat
mengindikasikan intensitas atom hidrogen dalam batuan. Hasil pengukuran log
Neutron dinyatakan dalam Porosity Unit.

Pada formasi yang mengandung minyak dan air, dimana kandungan


hidrogennya tinggi maka menyebabkan nilai Porosity Unit juga tinggi. Sedangkan
pada formasi yang mengandung gas yang memiliki kandungan hidrogen yang

12
rendah menyebabkan nilai PU yang rendah pula. Rendahnya nilai PU karena
kehadiran gas kemudian disebut dengan gas effect.

Gambar 4.1.1 Respon Log Neutron di Berbagai Litology

Suatu grafik log Neutron akan menunjukkan defleksi ke arah nilai yang
lebih tinggi (ke arah kiri) apabila melalui suatu zona berporositas tinggi, dan
sebaliknya, grafik akan mengalami defleksi ke kanan apabila melalui zona
berporositas rendah.Log Neutron, umumnya tidak terlepas dari log densitas,
karena kedua log tersebut memiliki korelasi dalam menentukan jenis fluida yang
terindikasi, antara gas, minyak, dan air, serta batas kontak antar fluida tersebut.

4.2 Pengukuran dan Aplikasi Log Density


Log densitas merupakan log yang menunjukkan besarnya densitas batuan
yang ditembus lubang bor. Densitas yang diukur adalah densitas keseluruhan dari
matriks batuan dan fluida yang terdapat pada pori.

13
Besarnya nilai densitas dari suatu formasi berfungsi untuk :
a. Mendeteksi gas – bearing zone
b. Menentukan densitas hidrokarbon
c. Mengevaluasi pasir serpih dan lithologi yang kompleks
d. Mengidentifikasi mineral batuan ( Schlumberger 1972)
Secara teori, batuan berpori (umumnya berupa batupasir atau
batugamping) akan memiliki kandungan elektron yang lebih sedikit dibandingkan
dengan batuan pejal (tight). Untuk batu pasir (densitas ρ = 2,65 gr/cc) dan batu
gamping (ρ = 2,71 gr/cc) yang mengandung fluida gas akan memiliki densitas
bulk yang tinggi. Sedangkan serpih akan memiliki nilai densitas bulk yang sangat
tinggi apabila memiliki kandungan air terikat (clay-bound water).
Prinsipnya adalah dengan mengukur densitas bulk, densitas keseluruhan
batuan, termasuk matriks dan kandungan fluida dalam pori-porinya. Dengan
menggunakan sumber pemancar sinar gamma dan dua detektor pada suatu alat,
dan diposisikan pada dinding lubang pemboran. Sinar gamma yang dipancarkan
ke batuan akan mengalami gajala Hamburan Compton dengan elektron, dan
energi yang hilang akibat gejala tersebut menunjukkan densitas elektron dalam
batuan. Densitas elektron, dalam hal ini dapat dihubungkan sebagai densitas bulk
batuan.
Banyaknya jumlah sinar gamma yang kembali dan tertangkap oleh
detektor digunakan untuk indikator densitas formasi sedangkan jumlah sinar
gamma yang terserap oleh atom yang ada pada formasi menunjukkan nomor atom
dan photoelectric interpretation yang digunakan untuk identifikasi lithologi
batuan. Batuan homogen dengan porositas tertentu, jika mengandung air asin akan
mempunyai densitas lebih rendah dibanding dengan batuan yang seluruhnya
terdiri dari matrik. Batuan yang mengandung minyak, densitas batuan lebih
rendah daripada batuan yang mengandung air asin sebab densitas air asin lebih
besar daripada minyak. Sedangkan pada batuan homogen yang mengandung gas,
densitas batuannya lebih rendah dibandingkan dengan batuan yang berisi minyak.

14
Kriteria yang harus diperhatikan agar pengukuran density log yaitu :
a. Densitas batuan formasi rendah.
b. Unconsolidated sand formation.
c. Porositas antara 20% - 40%.

Gambar 4.2 Respon Log Neutron di Berbagai Litology


Suatu grafik log Neutron akan menunjukkan defleksi ke arah nilai yang lebih
tinggi (ke arah kiri) apabila melalui suatu zona berporositas tinggi, dan
sebaliknya, grafik akan mengalami defleksi ke kanan apabila melalui zona
berporositas rendah.Log Neutron, umumnya tidak terlepas dari log Densitas,
karena kedua log tersebut memiliki korelasi dalam menentukan jenis fluida yang
terindikasi, antara gas, minyak, dan air, serta batas kontak antar fluida tersebut.
Grafik log Neutron dan log Densitas biasanya ditampilkan pada satu kolom, dan
berdasarkan karakteristik grafik keduanya, apabila terdapat suatu cross-over
dengan jarak separasi yang besar maka merupakan indikasi dari adanya gas
4.3 Pengukuran dan Aplikasi Log PEF (Photo Electric Factor)
Log PEF (Photo Electric Factor) adalah log yang memanfaatkan sinar
gamma, neutron dan kurva porositas densitas sebagai panduan untuk identifikasi
litologi. Photo Electric Factor (PEF) diperkenalkan pada awal 1980-an sebagai
pengukuran tambahan untuk pengukuran densitas curah oleh perusahaan

15
Schlumberger, yang menandai kemunculannya dengan penunjukan 'Lithology
density' log.
Efek Z/A ada perbedaan kecil di beberapa formasi. Pengukuran merespon
kepadatan rata-rata bahan antara sumber dan detektor. Dalam pengukuran
wireline,hal yang perlu perhatian untuk meminimalkan lumpur antara sensor dan
formasi dengan menekan pad ke dinding lubang bor, dengan sumber dan detektor
difokuskan ke dalam formasi. Dalam pengukuran logging sementara pengeboran,
Detektor mengukur sinar gamma yang tersebar dari formasi, selanjut nya
mudcake atau rugositas lubang bor dapat mempengaruhi pengukuran. Ini adalah
praktek umum untuk mengkompensasi mudcake dengan menggunakan dua atau
lebih detektor pada jarak yang berbeda. Kurva PeF umumnya diskalakan pada
kisaran antara 0 dan 10 lumbung/elektron, dan panduan interpretasi umum
diberikan pada gambar di atas. Selanjutnya, kita akan meninjau contoh log
gamma-ray, PeF, neutron dan kepadatan porositas untuk tiga litologi reservoir
utama batu gamping, batu pasir, dan dolomit.
4.4 Pengukuran dan Aplikasi Log Sonic
Log sonik merupakan log yang digunakan untuk mendapatkan harga
porositas batuan sebagaimana pada log densitas dan log netron. Log sonik
menggambarkan waktu kecepatan suara yang dikirimkan atau dipancarkan ke
dalam formasi hingga ditangkap kembali oleh receiver. Kecepatan suara melalui
formasi batuan tergantung oleh matriks batuan serta distribusi porositasnya.
Waktu yang dipelukan gelombang suara untuk sampai ke receiver disebut interval
transite time atau ∆t. Besar kecilnya ∆t yang melalui suatu media (formasi) sangat
tergantung dari jenis batuan, besarnya porositas batuan dan jenis kandungan yang
ada dalam batuan. Sehingga Log sonic disamping itu dapat berguna untuk
mendapatkan besaran porositas batuan juga sangat membantu didalam
interpretasi seismic records, terutama untuk kalibrasi kedalaman formasi.
Salah satu peralatan sonic (BHC – Bore Hole Compensated) tersusun atas
1 transmitter dibagian atas dan dibagian bawah dengan masing-masing
mempunyai dua receiver. Suara dikirim dari transmiter dimana suara tersebut
masuk kedalam formasi, kemudian pencatatan dilakukan pada saat pantulan suara
pertama kali sampai di receiever.

16
Gambar 4.3 Sistem BHC ( Schlumberger, 1989)
Transmiter-transmiter yang ada mengirimkan suara secara bergantian dan
harga perbedaan waktu (∆t) suara yang diterima oleh receiver-receiver ini dicatat
pula secara bergantian. Harga ∆t rata-rata dari receiver ini dihitung, serta diproses
harga transite time menjadi total travel time. Kadang-kadang gelombang suara
yang dikirimkan oleh transmiter diterima oleh receiver terdekat masih cukup kuat
tetapi diterima oleh receiver yang jauh dengan lemah. Kemungkinan terhalang
oleh sesuatu yang menyebabkan harga ∆t terlalu besar. Ini bisa terjadi bila melalui
formasi yang unconsolidated atau pasir lepas, rekahan pada batuan, formasi yang
mengandung gas, lumpur yang mengandung gelembung - gelembung udara / gas
ataupun oleh adanya kondisi lubang yang sangat tidak rata terlebih pada lapisan
garam.

Gambar 5.1 Log sonic dan gamma ray ( Asquith G, 1990)

17
BAB V
5.1 Pengambilan dan Aplikasi Core
Core adalah sampel batuan yang di ambil dari bawah permukaan dengan
suatu metode tertentu. Core umumnya di ambil pada kedalaman tertentu yang
propektif oleh perusahaan minyak atau tambang untuk keperluan lebih
lanjut.Coring dilaukan pada interval tertentu yang di perlukan data-data
petrofisiknya terutama pada zone produktif. Data core merupakan data yang
paling baik untuk mengetahui kondisi bawah permukaan, tapi kerena panjang nya
yang terbatas maka dituntut untuk mengambil data-data yang ada secara
maksimal.

Gambar 5.1 hasil dari melakukan core


Data yang di ambil meliputi jenis batuan, warna, tekstur ( ukuran butir,
pemilahan, bentuk butir, kemas ), komposisi ( fragmen, matriks, dan semen ),
struktur sedimen dan keterangan yang penting lainnya. Hasil dari coring di
harapkan mendapatkan data yang valid sehingga perlu penanganan yang cermat.
Banyak factor yang dapat mempengaruhi kualitas coring antara lain :
a. Konstruksi dari peralatan
b. Kondisi dari formasi
c. Teknik pelaksanaan operasi coring
Teknik pengambilan Core dibagi 2 (dua), yaitu:
1. Conventional Core
2. Sidewall Core
Conventional Core adalah metode pengambilan sampel core (coring)
dengan cara langsung dengan menggunakan alat core barrel, yang berukuran
panjang 6 hingga 27 meter. Pengambilan core dilakukan dengan menggunakan

18
core bit biasa ( rotary core bit) atau Diamond bit. Dengan ukuran core diameter 3
– 5 inchi dan panjang 30 – 70 ft.

Gambar 5.1.2 Proses Convensional Core


Keuntungan yang didapat melalui metode conventional coring antara lain
ukuran diameter core besar hampir seperti ukuran lubang bor, persentasi
perolehan core formasi tinggi,dapatdigunakan pada sebagian besar formasi, dan
tidak membutuhkan peralatan pemboran tambahan dipermukaan. Kelemahan
metode ini adalah pada pentingnya proses pencabutan drill pipe untuk menjaga
kondisi core setelah tiap core dipotong.
Sidewall Core yaitu core yang diambil pada saat melakukan wireline
logging. Pada metode ini, sampel batuan (core) diambil dari dinding sumur yang
telah dibor terlebih dahulu pada kedalaman yang ditentukan. Pengambilan core
dilakukan saat pemboran dihentikan sementara, dengan cara menurunkan
peralatan core, yang dilengkapi dengan peluru yang berlubang (sebagai tempat
core) dan diikatkan pada kawat baja (wireline).

Gambar 5.1.3 Core Gun

19
Peluru–peluru tersebut dioperasikan secara elektris dari permukaan dan
dapat ditembakkan secara simultan baik bersama–sama atau sendiri–sendiri.
Dengan menembusnya peluru ke dalam dinding lubang bor maka core akan
terpotong dan terlepas dari formasi. Dengan adanya kabel baja yang berhubungan
dengan peluru, maka peralatan sidewall coring beserta core dapat diangkat ke
permukaan. Ukuran core yang didapat dengan cara ini mempunyai diameter ¾ –
1 3/16 inci dan panjangnya hanya 2 ¼ inci. Keuntungan dari metode sidewall
coring adalah mendapatkan sampel pada kedalaman berapa pun setelah lubang
dibor dan dapat membantu interpretasi log.

20
BAB VI
KESIMPULAN

 Logging adalah metode atau teknik untuk mengkarakterisasi formasi di


bawah permukaan dengan pengukuran parameter – parameter fisis batuan
dalam lubang bor, sedangkan log adalah hasil rekaman dalam fungsi
kedalaman terhadap proses logging (Serra, 1984).
 Pertama kali well logging dapat dihitung dari peristiwa pertama yang
tercatat di Pechelbronn pada tanggal 5 September 1927.
 Profesor Forbes dari Observatorium Edinburgh adalah mungkin orang
pertama yang membuat well log pengukuran, ketika, dari tahun 1837
hingga 1842.
 Terdapat jenis logging yang utama, yaitu :
a. Log Radioaktif : Log Gamma Ray, Log Densitas, Log Neutron
b. Log Listrik : Log Resistivitas, Log Spontaneous Potential
c. Log Akustik : Log Sonik
d. Log Mekanik : Log Kaliper
 Core adalah sampel atau sampel batuan yang diambil dari bawah
permukaan dengan suatu metode tertentu.
 Secara umum teknik pengambilan Core dibagi 2 (dua), yaitu:
a. Conventional Core
b. Sidewall Core

21
DAFTAR PUSTAKA

 Well Logging For Earth Scientists Second Edition,Darwin V Ellis &


Julian M.Singer, published by Elsevier NY, 1987.
 Well Logging Analysis,Rian Cahya Rohmana,Tanri Abeng University
2021.
 Modul Guru Pembelajaran Pake Keahlian Teknik Pemboran
Minyak&Gas,Novrianti,Universitas Islam Riau 2016.
 Analisa Kuantitatif Wireline Log,Rachel Yanna,February 26 2015
https://geohazard009.wordpress.com/tag/logging/ akses 13 Juni 2021

22
LAMPIRAN HASIL STUDI KASUS
Log Caliper

23
24
Log Resistivity

25
26
27
28
Log Gamma Ray

29
30
31
Log SP

32
33
34
35

Anda mungkin juga menyukai