PROPOSAL
TUGAS AKHIR
Oleh :
HAYRUN
NIM 1501105
PROPOSAL
TUGAS AKHIR
Oleh :
HAYRUN
NIM 1501105
Disetujui oleh :
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Mengetahui:
Ketua Prodi
Dalam dunia perminyakan seiring berjalannya waktu sumur minyak dan gas
bumi akan mengalami penurunan laju alir produksi hal itu lumrah terjadi secara
alami di karenakan menurunnya tekanan reservoir yang dimana berfungsi sebagai
pendorong fluida atau hydrocarbon kepermukaan ketika tekanan reservoir
menurun otomatis laju alir produksi juga ikut menurun yang dimana ketika itu di
biarkan maka produksi rata rata sumur akan mengalami penurunan produksi yang
berakibat pada tidak optimalnya sumur minyak dan gas bumi oleh kareana itu
pada sumur ini akan di lakukan beberapa metode untuk meningkatkan laju alir
produksinya salah satunya menggunakan metode nodel analisis. Sedangkan tujuan
dari kegitan produksi yaitu untuk mendapatkan laju alir yang optimum pada
sumur.
Nodal analisis adalah analisa titik komponen produksi pada sumur yang
bertujuan untuk mendapatkan laju alir yang optium. Salah satu optimasi dengan
menggunakan nodal analisis di bawa permukaan dengan cara mengganti ukuran
tubing. Dengan mengganti ukuran tubing dapat menaikan laju alir produksi.
Untuk itu penulis mencoba menganalisa performa sumur untuk di tingkatkan laju
alirnya dari keadaan sebelumnya ketika tekanan reserfoir menurun dengan
mengganti variasi ukuran tubing 3 inch, 3.5 inch. 4 inch.
Teknik produksi secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
produksi secara sembur alam (natural flow) dan produksi dengan metode
pengangkatan buatan (artificial lift).
Produksi sembur alam biasanya terjadi pada reservoir minyak yang baru
diproduksikan. Hal ini dikarenakan reservoir tersebut memiliki tekanan yang
cukup kuat untuk mengangkat fluidanya ke permukaan. Setelah diproduksikan
beberapa lama, tekanan yang dimiliki oleh reservoir akan mengalami penurunan
(decline) dan kemampuan untuk mengangkat fluidanya pun akan menurun pula.
Jika penurunan tekanan yang dialami oleh reservoir sangat besar, maka reservoir
tersebut tidak dapat lagi memproduksi minyak ke permukaan. Ketika suatu sumur
sudah tidak dapat lagi memproduksi minyak secara alami, maka dibutuhkan
metode pengangkatan buatan (artificial lift), seperti injeksi gas lift atau
menggunakan pompa.
BAB II
RENCANA TAHAPAN TUGAS AKHIR
2.1 Lokasi Kegiatan
Kegiatan Tugas Akhir ini akan dilaksanakan bertempat di lokasi PT. Bama
Bumi Sentosa (Base Muara Badak Kalimantan Timur). Dan dengan cakupan
bidang–bidang yang berhubungan dengan teknik perminyakan seperti Departemen
Well Intervention dan Departemen Operasi (secara khusus).
2.3 Sarana
Adapun dalam Tugas Akhir ini kami mengharapkan adanya bantuan
informasi dimudakan untuk mendapatkan data tugas akhir ini dan support dari
rekan rekan kerja yang ada di PT. Bama Bumi Sentosa (Base Muara Badak
Kalimantan Timur).
BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini akan dipaparkan suatu gambaran singkat mengenai latar
belakang masalah yang akan dikaji, maksud dan tujuan penulisan, ruang
lingkup kajian, metodologi penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Umum Lapangan
Bab ini memberikan gambaran umum mengenai sejarah lapangan,
geologi lapangan, produksi lapangan, serta karakteristik reservoir
lapangan.
BAB III Tinjauan Pustaka
Di dalam bab ini bahas mengenai teori dasar dari ilmu terapan yang
digunakan dalam penulisan TA ini seperti Beggs, D. (1991).
Optimization using Nodal Analysis
BAB IV Analisa dan Perhitungan
Pada bab ini, dilakukan analisa dan perhitungan terhadap semua
permasalahan yang kemudian akan dibahas dengan lebih detail.
BAB V Pembahasan
Bab ini menjelaskan tentang pembahasan mengenai bab empat dan
analisa yang akan dilakukan terhadap hasil perhitungan serta datadata
yang ada.
BAB VI Kesimpulan
Bab ini merupakan kesimpulan dari pembahasan dan perhitungan yang
telah dijelaskan sebelumnya.
BAB III
TEORI DASAR
Gambar 3.1 memperlihatkan kurva IPR dan kurva tubing intake tidak
berpotongan yang menunjukan bahwa kelakuan dari reservoir tidak lagi dapat
memproduksikan fluidanya secara alamiah melewati tubing produksi. Jika
suatu sumur tidak dapat berproduksi lagi, maka hal tersebut dapat disebabkan
oleh banyak faktor, tapi pada umumnya hal tersebut diakibatkan karena tekanan
alir dasar sumur sudah mengalami penurunan sehingga tidak mampu lagi untuk
mengangkat fluida ke permukaan. Pada saat itulah diperlukan adanya
pengangkatan buatan (artificial lift) untuk mengangkat sisa fluida yang masih
ada di dalam sumur.
Gambar 3.2 Kurva IPR dan tubing intake pada sumur mati
Berikut ini beberapa persamaan untuk IPR pada sumur gas, yaitu persamaan
Darcy dan Persamaan Jones, Blount&Glaze ( jones et al ).
1. Persamaan Darcy
Persamaan Darcy tidak berlaku apabila dalam media berpori terjadi aliran
turbulen. Persamaan ini digunakan pada perhitungan laju alir dari reservoir
sampai lubang bor. Persamaan Darcy dapat digunakan untuk memprediksi
beberapa kondisi aliran dan digunakan secara general yaitu dapat digunakan
untuk sumur minyak dan gas.
……………………………………………..(3-1)
Dimana :
Qg = laju alir gas, MCFD
k = permeabilitas gas, Md
h = ketebalan lapisan, ft
Pr = tekanan reservoir rata-rata, Psia
µo = viskositas, cp
T = temperature, °R
Z = superkompressibilitas ( tak berdimensi )
re = jari-jari pengurasan, ft
rw = jari-jari lubang bor, ft
S = Skin ( tak berdimensi )
a’q = term aliran turbulen ( a’q term umumnya tidak signifikan untuk
permeabilitas yang rendah dan laju alir yang rendah )
2. Persamaan Jones et al
Jones, Blount & Glaze juga memberikan suatu persamaan umum mengenai
IPR untuk sumur gas, yaitu :
…………………………………………….... (3-2)
Sehingga untuk mendapatkan besarnya laju alir maksimum ( Pwf = 0 ),
digunakan persamaan berikut :
……………………………………………… (3-3)
Dimana :
AOFP = Absolute Open Flow Potential, MMscfd
a = , turbulence term
……………………….. (3-4)
Dimana :
q = laju alir, scf/d
= = PI future, scf/d-psi
n = eksponen = 0.5<n<1.0
k = permeabilitas
T = temperature, °R
Z = superkompresibilitas ( tak berdimensi )
h = ketebalan, ft
Pr = tekanan reservoir, psi
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psi
µ = viskositas, cp
re = jari-jari pengurasan, ft
rw = jari-jari sumur, ft
S = skin ( tak berdimensi )
5. Metode Wiggins
Metode Wiggins merupakan pengembangan dari metode Vogel yang dalam
pengembangannya Wiggins menyetarakan metode dua fasa dari Vogel dengan
metode tiga fasa, sehingga mendapatkan suatu metode tiga fasa yang lebih
sederhana dari metode tiga fasa yang sudah ada. Dalam metode Wiggins
(penyetaraan IPR tiga fasa) mengasumsikan bahwa setiap fase dapat
diperlakukan secara terpisah, sehingga antara rate minyak (Qo) dan rate air
(Qw) dapat dihitung sendiri-sendiri. Secara empiris Wiggins menyatakan
bentuk dasar kurva IPR tiga fasa sebagai berikut : Untuk minyak :
Perencanaan teknik produksi sumur minyak atau gas antara lain diperlukan
pengetahuan tentang kelakuan aliran fluida reservoir dari formasi produktif
menuju ke lubang sumur. Inflow performance adalah aliran air, minyak, dan gas
dari formasi menuju ke lubang dasar sumur yang dipengaruhi oleh productivity
indeksnya atau lebih umum oleh Inflow Performance Relationship (IPR).
dimana:
PI = indeks produktivitas
qo = laju produksi, (bpd)
Pwf = tekanan alir dasar sumur, (psi)
Ps = tekanan statik reservoir, (psi)
Untuk sumur natural flow atau gas lift, Pwf dan Ps diukur dengan
alat BHP survey (wireline). Sedangkan untuk sumur pompa (ESP dan
SRP), Pwf dan Ps dihitung dari data SFL dan DFL yang diperoleh dengan
alat sonolog.
Ps
Pwf
w
qo
qo
Metode Vogel ini ditulis dalam bentuk fraksi Pwf/Ps terhadap qo/qmax,
yang persamaannya seperti terlihat dibawah ini :
qo 2
Pwf Pwf
1 0.2
0.8
q max Ps Ps
dimana :
qmax = laju produksi maksimum, (bpd)
q0 = laju produksi test, (bpd)
Pwf = tekanan alir dasar sumur, (psi)
Ps = tekanan statis dasar sumur, (psi)
Perhitungan awal untuk menentukan kurva IPR
berdasarkan Metoda Vogel adalah :
a. Mempersiapkan data-data penunjang yang meliputi, tekanan
reservoir/tekanan statis (Ps), tekanan alir dasar sumur (Pwf),
serta laju produksi (q0).
b. Kemudian melakukan perhitungan harga tekanan alir dasar
sumur terhadap tekanan reservoir/tekanan statis (Pwf/Ps).
c. Substitusikan harga dari langkah kedua (Pwf/Ps) dan harga
laju produksi (q0) kedalam persamaan Vogel dan menghitung
harga laju produksi maksimum (qmaks), yaitu :
q0
qmaks 2
Pwf Pwf
1.0 0.2 0.8
Ps Ps
d. Untuk membuat kurva IPR, anggap beberapa harga Pwf dan
menghitung harga qo, yaitu :
Pwf Pwf
2
BAB IV
PENUTUP
Boyun, G., William, C.L., and Ali, G. (2007). Petroleum Production Engineering.
Lafayette LA : Elsevier Science & Technology Books