Anda di halaman 1dari 10

TEKNIK PEMBORAN

Pemboran adalah suatu kegiatan atau pekerjaan membuat lubang dengan diameter dan
kedalaman yang sudah ditentukan. Dalam pembuatan lubang untuk mencapai kedalaman tertentu
tersebut, yang harus diperhatikan adalah mempertahankan ukuran diameter lubang. Pekerjaan
terpenting yang lain adalah membawa serpihan batuan (cutting) ke permukaan.

1. Jenis-Jenis Sumur

 Sumur Eksplorasi : sumur untuk membuktikan adanya cadangan hidrokarbon.


 Sumur Development : sumur pengembangan (menambah produksi suatu lapangan).
 Sumur Abandonment : sumur yang sudah ditutup karena dianggap sudah ekonomis,
adanya kerusakan formasi, atau karena tekanan reservoirnya
sudah sangat rendah.

2. Sistem Pemboran

a. Hoisting System (Sistem Pengangkatan)


 Supporting Structure : konstruksi menara yang ditempatkan diatas titik bor.
 Hoisting Structure : drawwork, overhead tools (crown block, travelling block,
monkey board), dan drilling line.
b. Rotary System (Sistem Putar)

 Bit : diamond (batuan keras), drag bit (batuan lunak), Polyester


Diamond Crystalin (PDC)
 Rotary Assembly : rotary table, top drive (memutar pipa pemboran menggantikan
rotary table tanpa menggunakan kelly), master bushing, kelly
bushing, rotary slip.
 Rangkaian Pipa Pemboran : swivel, kelly, drill pipe, heavy weight drill pipe
(HWDP), dan drill collar.
c. Circulating System

 Mud Pit
 Mud Pump (piston dan sentrifugal)
 Hose (selang)
 Stand Pipe
 Removal Equipment : Shale Shaker, Desender, (pasir), Desilter (komponen
terhalus), dan Degasser (gas).

d. Blow Out Preventer (BOP) System


 Annular : berbahan rubber (lebih flexible)
 Piper Ram : memiliki ukuran, disesuaikan dengan ukuran drill pipe nya.
 Shear Ram : drill pipe dipotong.
 Blind Ram : drill pipe digepengkan.
 Drilling Spool : tempat pemasangan choke line
 Kill Line : untuk memasukkan kill mud weight, posisi di sebelah kanan xmas tree.
 Choke Line : merupakan sambungan ke choke produksi, posisi di sebelah kiri.
e. Power System (Sistem Tenaga)
Sistem tenaga dalam operasi pemboran terdiri dari power suply equipment, yang
dihasilkan oleh mesin-mesin besar yang biasa dikenal dengan nama “prime mover” dan
distribution equipment yang berfungsi untuk meneruskan tenaga yang diperlukan untuk
mendukung jalannya kegiatan pemboran.

3. Proses Pemboran : open hole dan cased hole

4. Jenis-Jenis Rig

 On-shore : mobile rig dan land rig


 Off-shore : swamp barge, jack up, semi submersible, drill ship.

5. Lumpur Pemboran

a. Fungsi Lumpur Pemboran


 Mengontrol tekanan formasi
 Mengangkat cutting ke permukaan
 Melumasi dan mendinginkan mata bor (bit) dan drill string
 Membersihkan lubang bor
 Menaha sebagian dari berat drill string
 Memberi dinding pada lubang bor dengan membentuk mud cake.
 Sebagai media logging

b. Sifat Lumpur Pemboran


 Densitas
 Viscositas
 Gel Strength : Lumpur akan mengagar atau menjadi gel apabila tidak terjadi
sirkulasi.
 Plastic viscosity
 Yield point : Sifat mengagar yang menunjukkan besarnya tekanan minimal
yang yang harus diberikan kapada fluida agar fluida tersebut dapat
bergerak.
c. Tipe Lumpur Pemboran
 Water Base Mud : Air yang digunakan dapat berupa air tawar maupun air asin.
Lumpur yang mempunyai bahan dasar air tawar disebut
fresh water mud, dan bila bahan dasarnya air asin disebut
salt waterbase mud.
 Oil Base Mud : Kegunaan terbesar adalah pada saat komplesi dari work
over sumur. Kegunaan lain adalah untuk melepaskan drill
pipe yang terjepit, sehingga mempermudah pemasangan
casing dan liner.

d. Mud Additif
 Weighting agent (untuk menaikkan densitas) : barite, galena
 Viscofier (mengentalkan mud) : bentonite, asphalt
 Fluid loss reducer (menurunkan filtration loss) : cmc
 Thinner (mengencerkan mud) : fosfat
 Emulsifier : atlasol

6. Well Control

Mengontrol tekanan formasi, salah satunya dengan memastikan bahwa tekanan lubang
bor lebih besar daripada tekanan formasi (kontrol primer) atau dengan menutup BOP valves di
permukaan (kontrol sekunder), umumnya disebut dengan menjaga tekanan sumur dibawah
kontrol atau biasanya disebut well control.

a. Sebab Terjadinya Kick

 Berat jenis lumpur pemboran (MW) turun


𝑃ℎ = 0.052 𝑥 𝑇𝑉𝐷 𝑥 𝑀𝑊

 Tinggi kolom lumpur turun


 Hilangnya lumpur pemboran
 Abnormal Pressure
b. Indikasi Adanya Kick
a. Laju alir meningkat
b. Volume pit Meningkat
c. Adanya aliran ketika pompa dihentikan
d. Adanya penambahan volume ketika trip
e. Drilling break
f. Gas cut mud

c. Metode Penanggulangan Kick


1. Bila terjadi saat pemboran berlangsung:
a. Menghentikan pompa.
b. Mengangkat kelly di atas BOP.
c. Menutup BOP dengan semua choke terbuka (menghindarkan adanya shock karena
tekanan).
d. Menutup choke perlahan (bila tekanan permukaan memungkinkan).
e. Mencatat Pdp dan Pann.
f. Mencatat kenaikan lumpur di permukaan.
g. Menyiapkan untuk sirkulasi.

2. Bila terjadi selama pengangkatan pipa:


a. Memasang full opening valve di drill string, lalu tutup.
b. Memasang back pressure valve.
c. Membuka full opening valve.
d. Menutup BOP dengan choke terbuka.
e. Menutup choke perlahan, bila tekanan memungkinkan.
f. Mencatat Pdp dan Pann dan kenaikan lumpur.
g. Stripping dan kemudian siap untuk sirkulasi
7. Casing

a. Fungsi Casing
 Mencegah runtuhnya lubang bor atau caving.
 Mencegah kontaminasi air tawar oleh lumpur pemboran.
 Menutup zona bertekanan abnormal dan zone lost.
 Membuat diameter sumur tetap.
 Mencegah hubungan langsung antar formasi.
 Tempat kedudukan BOP dan peralatan produksi.

b. Klasifikasi Casing

Berdasarkan fungsinya casing dapat diklasifikasikan menjadi conductor casing, surface


casing, intermediate casing, production casing, dan liner.

8. Cementing

a. Fungsi cementing
 Melindungi atau mengisolasi casing dari formasi
 Menguatkan formasi
 Mengurangi kemungkinan blow out
 Menutup lubang perforasi

b. Jenis-Jenis Cementing
 Primary Cementing : proses penyemenan awal setelah atau selama proses
pemboran
 Secondary (Re-cementing) : proses penyemenan yang dilakukan ketika
penyemenan pertama mengalami kerusakan atau
belum sempurna. Seperti memperbaiki kebocoran
pada casing dan menyemen ulang atau menutup lubang
perforasi (squeeze cementing).

c. Sifat-Sifat Semen
 Densitas
 Thickening Time : waktu yang dibutuhkan semen untuk mengeras.
 Waitin On Cement (WOC) : waktu yang dibutuhkan dimuai dari mixing sampai
proses cementing berakhir.
 Filtration Loss : hilangnya semen ke dalam formasi.
 Water Cement Ratio (WCR) : kandungan air di dala semen. Jika semen cair, maka
thickening time nya akan besar. Jika semen kental,
semen akan mengeras sebelum waktunya.
 Impermeable : kedap air
 Compressive Strength : ketahanan semen menahan tekanan dari segala arah
formasi (horizontal).
 Shear Strength : ketahanan untuk menahan berat casing (vertikal).

d. Additif Semen
 Accelerator : mempercepat pengerasan
 Retarder : memperlambat pengerasan
 Extender : menambah volume
 Weighting Agent : memperbesar densitas
 Thinner : mengurangi viskositas
 Fluid Loss Control Agent : menjaga nilai WCR

e. Grade Semen : Grade semen yang biasa digunakan adalah G dan H.

API Mixing Water Slurry Weight Well Depth Static Temperatur


Classification (gal/sk) (lb/gal) (ft) (0F)

A (portland) 5.2 15.6 0 to 6.000 80 to 170


B (portland) 5.2 15.6 0 to 6.000 80 to 170
C (high early) 6.3 14.8 0 to 6.000 80 to 170
D (retarded) 4.3 16.4 6.000 to 12.000 170 to 260
E (retarded) 4.3 16.4 6.000 to 14.000 170 to 290
F (retarded) 4.3 16.2 10.000 to 16.000 230 to 320
G (basic) 5.0 15.8 0 to 8.000 80 to 170

H (basic) 4.3 16.4 0 to 8.000


9. Masalah-Masalah Pemboran

a. Shale Problem
Formasi yang runtuh dapat menyebabkan: lubang bor membesar, pipa bor terjepit,
penyemenan yang kurang sempurna, bertambahnya kebutuhan lumpur dan kesulitan
logging.
Gejala yang timbul yang sering tampak bila sedang mengalami masalah shale:
1. Tekanan pompa naik.
2. Serbuk bor bertambah.
3. Air filtrasi bertambah banyak
4. Ada banyak endapan serbuk bor di dalam lubang bor.
5. Terjadi gumpalan pada pahat (bit bailing).
6. Terjadi perubahan sifat-sifat lumpur, antara lain: berat lumpur bertambah dan
viskositas lumpur naik.

Beberapa penyebab terjadinya shale problem dari kelompok mekanis antara lain:
1. Erosi, karena kecepatan lumpur di annulus yang terlalu tinggi.
2. Gesekan pipa bor terhadap dinding lubang bor.
3. Adanya penekanan (pressure surge) atau penyedotan (swabbing) pada waktu cabut
dan masuk pahat (tripping).
4. Adanya tekanan dari dalam formasi.
5. Adanya air filtrasi atau lumpur yang masuk ke dalam formasi.

b. Pipe Stuck
Penyebab terjepitnya rangkaian pipa bor pada sumur pemboran adalah karena
adanya differential sticking (beda tekanan hidrostatik dari kolom lumpur melebihi tekanan
dari formasi yang permeable) maupun mechanical sticking (terjadi secara mekanis,
misalnya rangkaian bor diturunkan terlalu cepat sehingga menghantam dasar lubang).

c. Lost Circulation
Hilang lumpur tejadi karena dua faktor, yakni: faktor mekanis dan faktor formasi.

Anda mungkin juga menyukai