Obat merupakan zat yang digunakan untuk mendiagnosis, mengurangi rasa sakit,
serta mengobati ataupun mencegah penyakit pada manusia dan hewan (Ansel, 1985).
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 193/Kab/B.VII/71, obat
merupakan suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan
dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit atau gejala penyakit, atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau
hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia.
Mayoritas obat bekerja secara spesifik terhadap suatu penyakit. Namun tidak
jarang juga obat yang bekerjanya secara menyeluruh. Berdasarkan efek obat yang
diberikan obat kepada tubuh, maka obat dibagi menjadi :
1. Obat yang berefek sistemik adalah obat yang memberi pengaruh pada tubuh yang
bersifat menyeluruh (sistemik) dan menggunakan sistem saraf sebagai perantara.
Obat ini akan bekerja jika senyawa obat yang ditentukan bertemu dengan reseptor
yang spesifik.
2. Obat yang berefek non-sistemik (lokal) merupakan obat yang mempunyai
pengaruh pada tubuh bersifat lokal atau pada daerah yang diberikan obat. Contoh
obat ini adalah obat-obat yang bersifat anestesi lokal ataupun transdermal.
Laporan Praktikum Farmakologi 1
Berbagai produk obat yang bersifat lokal dibuat bertujuan untuk menghilangkan
segala sensasi yang tidak menyenangkan pada bagian yang spesifik di tubuh. Beberapa
contoh dari produk tersebut bersifat anastetik ataupun obat-obat yang diberikan secara
transdermal.Anastetika lokal atau yang dikenal dengan zat penghilang rasa setempat
adalah obat yang pada penggunaan lokal merintangi secara reversibel penerusan impuls
saraf ke SSP dan dengan demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-
gatal, rasa panas atau dingin.
Anastetika pertama adalah kokain, yaitu suatu alkaloid yang diperoleh dari daun suatu
tumbuhan alang-alang di pegunungan Andes (Peru). Setelah tahun 1892, perkembangan
anastetik meningkat pesat hingga ditemukan prokain dan benzokain, dan derivat-derivat
lainnya seperti tetrakain dan lidocain.
Beberapa kireteria yang harus dipenuhi suatu jenis obat yang digunakan sebagai
anestetika lokal :
Beberapa bahan kimia dapat menyebabkan cedera pada tempat bahan itu bersentuhan
dengan tubuh. Efek lokal ini dapat diakibatkan oleh senyawa-senyawa kaustik, misalnya
pada saluran pencernaan, bahan korosif pada kulit, serta iritasi gas atau uap pada saluran
napas. Efek lokal ini menggambarkan perusakan umum pada sel-sel hidup.
a) Inhalasi, yaitu larutan obat disemprotkan ke dalam mulut atau hidung dengan alat
seperti : inhaler, nebulizeer atau aerosol.
b) Penggunaan obat pada mukosa seperti: mata, telinga, hidung, vagina, dengan obat
tetes, dsb.
c) Penggunaan pada kulit dengan salep, krim, lotion, dsb.
Bahan Alat
Menggugurkan bulu : Kulit Tikus - Alat-alat bedah
Korosif : Usus -Batang pengaduk
Sifat korosif : Larutan Raksa (II) klorida (HgCl2) -Wadah kaca
Larutan fenol 5% -Pipet tetes
VI. Pengamatan
Efek diamati
Larutan
Kaustik
Bahan obat
Percobaan Bau (gugur
Percobaan diberikan Efek lainnya
awal bulu)
pada kulit
Menit
Lar. NaOH Warna kuning, Rontok
Apek 7
20% dan berlendir
Lar.Natrium
Kulit Bulu tidak berubah
Gugur Sulfida Tengik 12
Tikus warna, sedikit rontok
Bulu 20%
@2,5 cm Bulu rontok, kulit tidak
Veet Cream Amis 9 berubah warna, bau khas
Veet cream
Efek korosif
VII. Pembahasan
Tikus yang sudah dikorbankan kemudian dikuliti (ambil kulitnya) sesuai dengan
keperluan, baik dari segi jumlah maupun ukurannya. Selain kulit, bagian usus dari tikus
juga digunakan dengan cara membelah usus tikus dan memotongnya.
Kulit dan usus yang sudah ada tadi di letakkan diatas kertas saring dan mulailah dengan
pengujian yang sudah ditentukan.
Pada pengujian efek korosif, beberapa hasil yang dapat diamati adalah:
a. HgCl2 5% pada usus akan menyebabkan usus menjadi memutih (pucat), menipis,
dan melepuh. Sehingga membuat jaringan menjadi bengkak.
b. Fenol 5% pada usus menyebabkan efek menjadi putih, kering dan pucat.
c. H2SO4 pekat pada usus akan menyebabkan usus menjadi pucat, tipis, kaku,
kering dan melepuh, yang lama kelamaan akan hancur.
d. HCl pekat pada usus akan menyebabkan kulit menjadi putih, kerut, kaku, dan
pucat. Sehingga usus mengecil.
e. NaOH 10% pada usus akan menyebabkan usus pucat dan jaringan tidak rusak.
VIII. Kesimpulan
1) Apakah ada perbedaan bau yang jelas dari obat-obat yang bersifat menggugurkan
bulu sebelum dan sesudah digunakan?
Jawab : ya, sangat ada perbedaan bau yang jelas antara sebelum dan sesudah
menggunakan obat yang bersifat menggugurkan bulu.
2) Apakah mungkin suatu obat bekerja korosif tanpa menghilangkan bulu dan
sebaliknya?
Jawab : Hal itu mungkin saja terjadi, namun kemungkinannya hanya sedikit
sekali. Obat yang bekerja korosif akan mengendapkan protein kulit, sehingga
kulit/ membran mukosa akan menjadi rusak. Hal juga akan berpengaruh pada
organ rambut. Rambut merupakan struktur protein yang kompleks, yang terdiri
dari bermacam-macam jenis.
3) Sebutkan obat-obat lain yang dapat menyebabkan gugur bulu? Senyawa kimia
lain yang dapat menyebabkan korosif?
Jawab : Aman (tidak toksik, tidak iritatif), Efektif dan efisien, Stabil dalam
penyimpanan, bahan pembawa mampu membawa zat aktif dan melepaskannya
pada tempat aksi, Memiliki viskositas dan daya sebar sedemikian rupa sehingga
mudah dikeluarkan dari kemasan dan mudah dioleskan secara merata.
(Anestesi Permukaan)
Anestesi Lokal adalah obat yang mampu menghambat konduksi saraf terutama
nyeri) secara reversibel pada bagian tubuh yang spesifik. Anestesi(pembiusan; berasal
dari bahasa Yunanian-"tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk
merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit
pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada
tahun 1846.
Secara umum anestetik local mempunyai rumus dasar yang terdiri dari 3 bagian:
gugus amin hidrofil yang berhubungan dengan gugus residu aromatic lipofil melalui
suatu gugus antara. Gugus amin selalu berupa amin tersier atau amin sekunder. Gugus
antara dan gugus aromatic dihubungkan dengan ikatan amid atau ikatan ester. Maka
secara kimia anestetik local digolongkan atas senyawa ester dan senyawa amid.
Obat baru pada dasarnya adalah obat lama dengan mengganti, mengurangi atau
menambah bagian kepala, badan, dan ekor. Di Indonesia yang paling banyak digunakan
ialah lidokain dan bupivakain.
Perbedaan yang utama dari kedua klasifikasi obat anastesi antara amida dan ester
adalah dimana kedua obat tersebut dibawa untuk mengalami pemecahan metabolisme.
Metabolisme (atau biotransformasi) dari anastesi lokal sangat penting, karena hampir
semua toksisitas obat tergantung dari keseimbangan antara kadar absorpsi ke dalam
pembuluh darah di tempat injeksi and kadar penghilangan obat dari darah dari proses
pemasukan ke dalam jaringan dan metabolisme.
VIII. Pembahasan
Anestesi Permukaan
Dari hasil percobaan ini, adanya perubahan mata setelah pemberian obat lidokain
dan tetrakain pada masing-masing mata. Mata kanan diberikan lidokain dan mata kiri
diberikan tetrakain. Mata kanan yang diberikan lidokain masih adanya gerakan reflek
berkedip dibandingkan dengan mata kiri (lama kerja tetracain lebih panjang daripada
lama kerja lidocain).
IX. Kesimpulan
Dari hasil percobaan ini, adanya perubahan mata setelah pemberian obat lidokain
dan tetrakain pada masing-masing mata. Mata kanan diberikan lidokain dan mata kiri
diberikan tetrakain. Mata kanan yang diberikan lidokain masih adanya gerakan reflek
berkedip dibandingkan dengan mata kiri (lama kerja tetracain lebih panjang daripada
lama kerja lidocain).
X. Pembahasan soal
Anestesi Permukaan
1. Apakah yang perlu diperhatikan pada persiapan larutan obat mata agar dapat
terjamin khasiatnya?
2. Pada percobaan, mata kelinci harus terlindung dari cahaya langsung. Jelaskan!
3. Sebutkan anestetika lokal mata yang digunakan, selain pada percobaan ini !
Jawaban
1. Larutan harus steril dan jangan dibiarkan terbuka agar tidak mengganggu zat
khasiatnya.
2. Agar mata tetap fokus dalam pemberian obat.
3. oxybuprocaine, promoxine dan proparacaine.
(Metoda Regnier)
Mata normal bila disentuh pada kornea akan memberikan resoin reflex okuler
( mata berkedip ). Apabila mata ditetskan anestetika local, reflex okuler timbul
setelah beberapa kali kornea desentuh , sebanding dengan kekuatan kerja anestetika
dan besarnya sentuhan yang di berikan. Tidak adanya refleks okuler setelah kornea
disentuh 100 kali dianggap sebagai tanda adanya anestesi total.
Kokain pertama kali diisolasi pada tahun 1860 oleh Albert Niemann. Layaknya
ahli kimia lainnya beliau mencicipi sendiri penemuannya dan merasakan efek mati
rasa di lidah. Sigmund Freud meneliti efek fisiologi kokain dan pada tahun 1884 Carl
Laporan Praktikum Farmakologi 14
Koller memperkenalkan pemakaian kokain dalam praktek klinis sebagai anestesi
topikal untuk operasi mata. Halstead mempopulerkan penggunaan cara infiltrasi dan
blok saraf. Penggunaan obat anestesi lokal secara luas saat ini berdasarkan hasil
observasi dan temuan di atas.
Pada tindakan bedah, obat anestesi lokal dapat langsung diberikan dan diawasi
oleh operator sehingga operator harus memiliki pengetahuan mengenai jenis, cara,
penggunaan, metabolisme, dosis dan mekanisme kerja, efek samping, dan efek
merugikan dari obat anestesi lokal.
Metode regnier adalah Mata normal bila disentuh pada kornea akan memberikan
resoin reflex okuler ( mata berkedip ). Apabila mata ditetskan anestetika local, reflex
okuler timbul setelah beberapa kali kornea desentuh , sebanding dengan kekuatan
kerja anestetika dan besarnya sentuhan yang di berikan. Tidak adanya refleks okuler
setelah kornea disentuh 100 kali dianggap sebagai tanda adanya anestesi total.
Perhitungan :
VIII. Pembahasan
Anestesi lokal adalah obat analgesik yang dirancang untuk digunakan secara
klinis guna menghilangkan sensasi secara reversible pada bagian tubuh tertentu.
(Intisari Farmakologi untuk Perawat, 2009 : 37)
Anestesi lokal adalah obat yang merintangi secara reversibel penerusan impuls
saraf ke sistem saraf pusat pada kegunaan lokal dengan demikian dapat
menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, panas atau dingin (Kartika Sari, 2013).
Anestesi lokal ialah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan
secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Anastetik local sebaiknya
tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen. Kebanyakan
anastetik local memenuhi syarat ini. Batas keamanan harus lebar, sebab anastetik
lokal akan diserap dari tempat suntikan. Mula kerja harus sesingkat mungkin,
sedangkan masa kerja harus cukup lama sehingga cukup waktu untuk melakukan
tindakan operasi, tetapi tidak demikian lama sampai memperpanjang masa
pemulihan. Zat anastetik local juga harus larut dalam air, stabil dalam larutan,
dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan.
Ester
2. Tetrakain
Derivat PABA
Adalah anestesi local yang menembus kornea dan konjungtiva, obat ini efektif
setelah pemberian topical pada mata dalam 30 dtk dan anestesi bertahan selama
min. 15 mnt
Dosis dan pemberian: pada mata 1 atau 2 tetes larutan 0,5%; THT : lar 2%
Tindakan pencegahan : Mata yang teranestesi harus dilindungi dari debu dan
kontaminasi bakteriologi samapai sensasi pulih sepenuhnya. Pemakaian yang
lama dapat menimbulkan opasitas pada kornea
Efek merugikan : Perasaan terbakar setempat dapat timbul dan yang lebih
jarang adalah lakrimasi dan fotofobia
Penyimpanan: Tetrakain tetes mata harus disimpan dalam wadah tertutup rapat
terlindung dari cahaya dan jangan didinginkan
XI. Kesimpulan
Kedua obat menghasilkan efek anastesi local karna angka regnier minimal 13
pada lidocain hcl angka regnier 27,375 dan pada tetrakain hcl memiliki angka
regnier 20,5 . dari hasil pengamatan diatas kita melihat bahwa lama kerja tetrakain
hcl lebih lama dibanding lidokain hcl tetapi tetrakain hcl lebih toksik dari pada
lidocain hcl
Lidokain HCL
Bekerja cepat,bertahan lama,kekuatan kerja 4x prokain,toksisitas 2x prokain.tidak
diurai oleh hidrolase dibiotrasnformasi secara oksidatif.pemakaian simpatometik
harus dihindari.
Tetrakain HCL
Berkhasiat 10x kuat dari prokain dan 10x lebih toksisitas.lebih sering digunakan
secara anestetik permukaan.sangat cepat diabsorbsi dari membran mukosa luka
sehingga terdapat bahaya keracunan absorpsi.
Jawab :
Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan yang
dibuat dan dikemas sedemikian rupa sehingga sesuai digunakan pada mata.
Pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas
obat, nilai isotonositas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet dan jika
perlu pemilihan pengawet dan kemasan yang tepat.
obat tetes mata haruslah :
a. steril
b. bebas dari partikel tersuspensi kecuali bentuk suspense
c. sedapat ungkin isotonis dan isohidris
d. Dibufer
e. Dalam wadah kecil, praktis dan steril
f. Mengandung zat bakteriostatik untuk menjaga sterilitas dan stabilitas
Formulasi suspense obat mata dapat dibuat jika diperlukan untuk membuat
produk yang bertujuan mengingkatkan waktu kontak kornea, atau diperlukan untuk
obat tidak larut atau tidak stabil dalam pembawa air.
Larutan Mata
Sebelum memberikan larutan atau suspense oftalmik sebaiknya pengguna
mencuci tangan sampai bersih. Selama penanganan dan pemberian obat atau, harus
berhati-hati agar penetes tidak berkontak dengan mata, kelopak mata, atau permukaan
lain.
2. Pada percobaan, mata kelinci harus terhindar dari cahaya langsung. Jelskan !
Jawab :
Agar obat tersebut dapat bekerja dengan baik karena obat tersebut dengan mudah
dapat terurai oleh cahaya . Mata merupakan indera yang paling sensitive serta
mempunyai jaringan yang sangat halus dibanding dengan indera lain sehingga sangat
mudah terangsang , terinfeksi dan mengalami iritasi.
3. Sebutkan anestesi local mata yang digunakan, selain pada percobaan ini !
Jawab :
Prokain HCL
Piperakain HCL
Prilokain HCL
LAPORAN PERCOBAAN IV
(Anastesi Konduksi)
Anastetik lokal ialah obat yang menghasilkan blokade konduksi atau blokade lorong
natrium pada dinding saraf secara sementara terhadap rangsang transmisi sepanjang saraf,
jika digunakan pada saraf sentral atau perifer. Anestetik lokal setelah keluar dari saraf
diikuti oleh pulihnya konduksi saraf secara spontan dan lengkap tanpa diikuti oleh
kerusakan struktur saraf. Anestetik lokal menghilangkan penghantaran saraf ketika
digunakan secara lokal pada jaringan saraf dengan konsentrasi tepat. Bekerja pada
sebagian Sistem Saraf Pusat (SSP) dan setiap serabut saraf. Kerja anestetik lokal pada
ujung saraf sensorik tidak spesifik. Hanya kepekaan berbagai struktur yang dapat
dirangsang berbeda. Serabut saraf motorik mempunyai diameter yang lebih besar
daripada serabut sensorik. Oleh karena itu, efek anestetika lokal menurun dengan
kenaikan diameter serabut saraf, maka mula-mula serabut saraf sensorik dihambat dan
baru pada dosis lebih besar serabut dihambat.
Anastetika Konduksi adalah Anestetika local yang disuntikkan di sekitar saraf tertentu
yang dituju dan hantaran rangsang pada tempat ini diputuskan.
V. Dasar Teori
Anestetik lokal adalah obat yang menghasilkan blockade konduksi atau blockade
lorong natrium pada dinding saraf, jika digunakan pada saraf sentral atau perifer.
Anestetik lokal setelah keluar dari saraf diikuti oleh pulihnya konduksi saraf secara
spontan dan lengkap tanpa diikuti oleh kerusakan struktur saraf. Anestesi lokal
merupakan obat – obat yang menghalangi penghantaran impuls – impuls saraf ke
susunan saraf pusat secara reversible pada penggunaan lokal.
Struktur Anestetik Lokal
Anestetik lokal merupakan gabungan dari garam laut dalam air dan alkaloid larut
dalam lemak dan terdiri dari bagian kepala cincin aromatik tak jenuh bersifat lipofilik,
bagian badan sebagai penghubung terdiri dari cincin hidrokarbon dan bagian ekor yang
terdiri dari amino tersier bersifat hidrofilik. Anestetik lokal dibagi menjadi dua golongan:
1. Golongan ester (-COOC-)
Obat – obat ini termetabolisme melalui hidrolisis. Yang termasuk kedalam golongan
ester, yakni : Kokain, Benzokain, ametocaine, prokain, piperoain, tetrakain,
kloroprokain.
2. Golongan amida (-NHCO-)
Obat – obat ini termetabolisme melalui oksidasi dealkilasi di dalam hati. Yang
termasuk kedalam golongan amida, yakni : Lidokain, mepivakain, prilokain,
bupivacain, etidokain, dibukain, ropivakain, levobupivacaine.
Kecuali kokain, maka semua anestesi lokal bersifat vasodilator (melebarkan
pembuluh darah). Sifat ini membuat zat anestesi lokal cepat diserap, sehingga
toksisitasnya meningkat dan lama kerjanya jadi singkat karena obat cepat masuk ke
dalam sirkulasi. Untuk memperpanjang kerja serta memperkecil toksisitas sering
ditambahkan vasokonstriktor. Vasokonstriktor merupakan kontraindikasi pada
keadaan-keadaan sebagai berikut:
1. Anestesi end organ, misalnya telinga dan jari.
2. Infiltrasi, blok saraf pada persalinan spontan.
3. Penderita usia lanjut.
4. Penderita hipertensi.
5. Penderita dengan penyakit-penyakit kardiovaskuler.
6. Penderita diabetes mellitus.
7. Penderita tirotoksikosis.
Cara Pemberian
1. Topikal : melalui cara ini obat dioleskan/ disemprotkan pada mukosa daerah tindakan,
misalnya pada mata, rongga hidung, faring, laring, traktus respiratorius bagian bawah,
telinga, uretra dan jalan lahir. Agen anestesi lokal yang digunakan yang mudah
diserap permukaan mukosa, seperti lignokain 4%, kokain 5%, tetrakain, dan lidokain.
2. Infiltrasi : obat disuntikkan langsung ke dalam jaringan yang akan dimanipulasi, tanpa
mempertimbangkan persarafannya. Anestesi berdifusi dan khasiatnya dicapai melalui
penghambatan ujung saraf perasa di jaringan subkutan. Cara pemberian ini dipakai
pada pembedahan kecil, penjahitan luka, pengambilan kulit untuk transplantasi,
pencabutan gigi. Keuntungan teknik ini adalah sederhana, mudah dan dapat
diandalkan. Sedangkan kerugiannya ialah struktur jaringan di lapangan bedah
disamarkan.
3. Field block : obat disuntikkan mengelilingi daerah tindakan, misalnya pada
pengangkatan kista di kulit, tumor-tumor kulit.
4. Blok saraf : Melalui cara ini yang dituju langsung saraf bagian proksimal. Dengan
cara ini daerah yang dipersarafi akan teranestesi, misalnya pada tindakan operasi di
lengan bawah dengan memblok saraf brakialis.
5. Intravascular : obat dimasukkan langsung ke dalam vena atau arteri besar pada
ekstremitas yang bersangkutan, sedangkan aliran darah dibendung dengan manset
tensimeter, sehingga obat tidak langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Cara ini
dipakai pada reposisi patah tulang, amputasi, dan debridement.
6. Spinal : zat anastesi lokal disuntikkan ke dalam rongga subaraknoid atau ke ruang
epidural di dalam kanalis vertebralis pada ketinggian tertentu, sehingga daerah
setinggi persarafan yang bersangkutan dan di bawahnya teranestesi sesuai dengan
teori dermatom kulit.
Mekanisme Kerja
Membran yang mudah terangsang dari akson saraf, mirip dengan membrane otot
jantung dan badan sel saraf mempertahankan potensial transmembran seitar -90 sampai
-60 mV. Selama eksitasi, saluran natrium terbuka dan arus natrium yang masuk cepat ke
dalam sel dengan cepat mendepolarisasi membrane ke arah keseimbangan potensial
natrium (+40mV). Sebagai akibat depolarisasi ini maka saluran natrium menutup (inaktif)
dan saluran kalium terbuka. Aliran kalium keluar sel merepolarisasi membran ke arah
keseimbangan potensial kalium (-95mV), terjadi lagi repolarisasi saluran natrium menjadi
keadaan istirahat. Perbedaan ionic transmembran dipertahankan oleh pompa natrium.
Sifat ini mirip dengan yang terjadi pada otot jantung, dan anestesi lokal pun mempunyai
efek yang sama pada kedua jaringan tersebut.
Obat anestesi lokal bekerja pada reseptor spesifik pada saluran natrium (sodium
channel), mencegah peningkatan permeabilitas sel saraf terhadap ion natrium dan kalium,
sehingga terjadi depolarisasi pada selaput saraf dan hasilnya tidak terjadi konduksi saraf.
Potensi kerja obat anestesi lokal dipengaruhi oleh kelarutan dalam lemak, makin larut
makin poten. Ikatan dengan protein (protein binding) mempengaruhi lama kerja dan
konstanta dissosiasi (pKa) menentukan awal kerja.
Kosentrasi minimal anestetik lokal (analog dengan mac, minimum alveolar concentration)
dipengaruhi oleh :
a. Ukuran, jenis dan mielinisasi saraf
b. pH (asidosis menghambat blockade saraf)
c. frekuensi stimulasi saraf
VI. Percobaan
Alat Bahan
- Alat suntik + Jarum Suntik -Mencit jantan 3 ekor
- Klem/Pinset ekor -Tetrakain
- Silinder khusus mencit -NaCl Fisiologis
- Timbangan -Lidokain
- Spidol
- Stopwatch
-
Prosedur Kerja
1. Semua mencit dicoba dulu respon haffner (ekor mencit dijepit dan dilihat angkat
ekor atau menit bersuara) dan hanya dipilih hewan hewan yang member respon
haffner negatif, artinya hewan mengangkat ekor/bersuara
2. Hewan hewan dikelompokkan dan ditimbang dan diberi tanda
3. Mencit dimasukkan kedalam silinder (kotak penahan mencit) dan hanya ekornya
yang dikeluarkan. Jumlah silinder disesuaikan dengan jumlah mencit dari satu
kelompok
4. Ekor mencit kemudian dijepit pada jarak 0,5cm dari pangkal ekor. Manifestasi rasa
nyeri ditunjukkan dengan refleks gerakan tubuh mencit atau dengan suara kesakitan.
Respon demikian dicatat sebagai haffner negatif.
5. Pada waktu t =0, masing masing mencit dari kelompok yang sama disuntik.
Pehacain divena ekor, kelompok control hanya disuntik larutan pembawanya
dengan cara penyuntikkan yang sama.
6. Setalah waktu t=10 menit, masing masing mencit diperiksa respon haffner; dan
selanjutnya dilakukan hal yang sama pada t=15 dan 20 menit. Hasil pengamatan
dicatat dalam sebuah tabel
Perhitungan dosis:
Rumus :
Pengamatan:
VIII. Pembahasan
Dari hasil percobaan ternyata NaCl memiliki efek anastesi yang dapat bertahan lebih
lama dibandingkan dengan Lidokain dan Terakain, ini disebabkan karena adanya blokade Na.
Teknik pemberian anastesi konduksi disuntikkan di sekitar saraf tertentu yang dituju atau
injeksi tulang belakang, yaitu pada suatu tempat berkumpulnya banyak saraf hingga tercapai
anastesi dari suatu daerah yang lebih luas.
Bila konsentrai yang meningkat dari suatu anastesi lokal dterapkanpada suatu serabut
saraf, maka nilai ambang aksitasi akan meningkat, konduksi impul lambat, kecepatan
peningkatan potensial aksi menurun, ampliude potensial berkurang, dan akhirna kemampuan
untuk membangkitkan potensial aksi akan hilang.efek progresif ini disebabkan oleh adanya
ikatan antara anastetik lokal dengan saluran ion Na yang semakin meningkat. Pada setiap
saluran ion, ikatan menghasilkan penghambatan arus ion Na. Apabila arus ion Na
dihambatdisepanjang serabut saraf maka impuls yang melewati daerah yang dihambat tidak
terjadi.
IX. Kesimpulan
Anestesi konduksi merupakan teknik anestetika lokal yang di suntikan di sekitar saraf
tertentu yang dituju dan hantaran rangsang pada tempat ini diputuskan. Terdapat bermacam-
macam obat anestesi yang dapat digunakan dengan teknik anestesi konduksi, dimana masing-
masing obat memiliki kekuatan kerja, toksisitas, kecepatan absorpsi yang berbeda-beda.
Lidocain adalah anastetik lokal yang kuat yang digunakan secara luas dengan pemberian
topikal dan suntik. Anestesi konduksi (penyaluran saraf), injeksi di tulang belakang, yaitu
dengan penyuntikan di suatu tempat dimana banyak saraf terkumpul, sehingga mencapai
anestesia dr suatu daerah yang luas , misal pada pergelangan tangan atau kaki, juga untuk
mengurangi nyeri yg hebat.
LAPORAN PERCOBAAN V
(Anestesi Infiltrasi)
I. Tanggal percobaan : 15 Agustus 2015
II. Tujuan percobaan :
1. Mengetahui efek obat anestesi infiltrasi
2. Mengetahui onset dan durasi obat anestesi infiltrasi
3. Mengetahui fungsi adrenalin dalam anestesi infiltrasi
1. Gunting bulu kelinci pada punggungnya dan cukur hingga bersih kulitnya
(hindari terjadinya luka )
2. Buat daerah penyutikkan dengan spidol dengan jarak minimal 3 cm
3. Uji getaran otot dengan memberikan sentuhan ringan pada daerah
penyuntikkan dengan peniti, setiap kali enam sentuhan
4. Suntikkan larutan-larutan diatas pada daerah penyuntikkan
5. Lakukan uji getaran setelah penyuntikkan seperti no. 3
Tabel. Pengamatan
Getaran otot punggung kelinci dengan 6 sentuhan
Bagian setiap kali dengan peniti pada waktu (t=menit)
Hewan Obat CP
percobaan setelah pemberian obat
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55
Punggung Tetracain IC - + + + + + + + + - - -
kiri NaCl IC - - - - - - - - - - - -
Kelinci Lidocain IC - + + + + + + + - - - -
Punggung
Lidocain+ IC
kanan - + + + + + + + + - - -
Adrenalin
1. Lidocain memberikan mula kerja cepat . Hal ini sesuai dengan teori karena
dalam teori Lidocain memiliki kerja lebih cepat, lebih kuat, lebih lama dan
lebih anaestesi.
2. NaCl tidak memberikan efek sama sekali. Hal ini sesuai dengan teori, NaCl
hanya larutan elektrolit dan tidak memiliki efek anastesi.
3. Tetracain memberikan efek mula kerja cepat dan masa kerja yang panjang.
Hal ini sesuai dengan teori, karena Tetracain adalah derivat asam
paraaminobenzoat memberikan efek 10 kali lebih aktif dan lebih toksik.
Tetracain digunakan untuk segala macam anaestesi.
4. Lidocain + Adrenalin memberikan efek lama kerja hampir sama kuat dengan
Tetracain. Hal ini sesuai teori karena penambahan adrenalin pada larutan
anaestetika lokal akan memperpanjang dan memperkuat kerja anaestesi lokal.
IX. Kesimpulan
Lidocain merupakan obat terpilih untuk anaestesi lokal karena
memberikan efek mula kerja yang cepat dan lebih aman dibanding Procain
dan Tetracain. Lidocain lebih efektif bila digunakan tanpa vasokontriktor
( adrenalin ), tetapi kecepatan absopsi dan toksisitasnya bertambah dan masa
kerjanya lebih pendek. Penambahan vasokontriktor berguna untuk mengurangi
kecepatan absorpsi anaestesi lokal sehingga dapat mengurangi toksisitas
sistemiknya tetapi akan memperpanjang dan memperkuat kerja anaestesi
lokal.
X. Pembahasan soal
LAPORAN PERCOBAAN VI
Secara kimiawi umumnya obat anastesi local terdiri dari sebuah gugus lipofilik
(biasanyasebuah cincin aromatic) yang berikatan dengan sebuah rantai perantara(umumnya
termasuk suatu ester atau amida) yang terikat pada satu gugusterionisasi (biasanya suatu amin
tersier). Aktivitas optimal memerlukan keseimbangan yang tepat antara gugus lipofilik dan
kekuatan hidrofilik. Penambahan sifat fisik molekul, maka konfigurasi stereokimia spesifik
menjadi penting, misalnya perbedaan potensi stereoisomer telah diketahui untuk beberapa
senyawa. Karena ikatan ester (seperti prokain) lebih mudah terhidrolisis dari ikatan amida
maka lama kerja ester biasanya lebih singkat. Anastesi local bersifat basa lemah. Untuk
aplikasi terapeutik, biasanya dibuat sebagai garam agar mudah larut dan lebih stabil. Di
dalam tubuh obat akanmenjadi basa tanpa muatan atau sebagai kation. (Katzung, 1997)
Absorbsi sistemik suntikan anastesi lokal dari tempat suntikan dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain dosis, tempat suntikan, ikatan obat- jaringan, adanya bahan
vasokonstriktor dan sifat fisikokimia obat. Aplikasianastesi local pada daerah yang kaya
vcaskularisasinya seperti mukosa trakea menyebabkan penyerapan obat yang sangat cepat
dan kadar obat dalam darah yang lebih tinggi dibandingkan tempat yang perfusinya jelek
seperti tendon.Untuk anatesi regional yang menghambat saraf yang besar kadar darah
maksimum anastesi local menurun sesuai dengan tempat pemberian yaitu:interkostal
(tertinggi) > caudal > epidural > pleksus brachialis > saraf ischiadicus(terendah). Bahan
vasokontriktor seperti epinefrin mengurangi penyerapan sistemik anastesi lokal dari tempat
tumpukan obat dengan mengurangi alirandarah di daerah ini. Keadaan ini menjadi nyata
terhadap obat yang masakerjanya singkat atau lemah seperti prokain, lodokain, dan
mepivakain (tidakuntuk prilokain). Vasokonstriktor kurang efektif dalam memperpanjang
sifat anastesi obat yang mudah larut dalam lipid danbekerja lama (bupivakain, etidokain)
mungkin karena molekulnya sangat erat terikat dalam jaringan. Selain itu katekolamin
mungkin mempengaruhi fungsineuronal antara lain meningkatkan analgesia terutama pada
medulla spinalis.(Katzung, 1997).
Anastesi local amida disebar meluasa dalam tubuh setelah pemberian bolus intravena.
Bukti menunjukkan bahwa penyimpanan obat mungkin terjadidalam jaringan lemak setelah
fase distribusi awal yang cepat yang mujngkin menandakan ambilan kedalam organ yang
perfusinya tinggi seperti otak, hati,ginjal dan jantung, diikuti oleh fase distribusi lambat yang
terjadi karena ambilan dari jaringan yang perfusinya sedang seperti otot dan usus. Karena
waktu paruh plasma yang sangat singkat dari obat tipe ester, maka distribusinya
tidakdiketahui. (Katzung, 1997).
Anastesi lokal diubah dalam hati dan plasma menjadi metabolit yang mudah larut
dalam air dan kemudian diekskresikan ke dalam urin. Karena anastesi lokal yang bentuknya
tak bermuatan mudah berdifusi melalui lipid, maka sedikit atau tidak ada sama sekali bentuk
netralnya yang diekskresikan.Pengasaman urin akan meningkatkan ionisasi basa tersier
menjadi bentuk bermuatan yang mudah larut dalam air, sehingga mudah diekskresikan karena
bentuk ini tidak mudah diserap kembali oleh tubulus ginjal. (Katzung, 1997)
Tipe ester anastesi lokal dihidrolisis sangat cepat di dalam darah oleh
butirilkolinesterase (Pseudocolinesterase). Oleh karena itu, obat ini khas sekali mempunyai
waktu paruh yang sangat singkat, kurang dari 1 menit untuk prokaindan kloroprokain.
(Katzung, 1997)Ikatan amida dari anastesi lokal amida dihidrolisis oleh enzim
mikrosomalhati. Kecepatan metabolisme senyawa amida didalam hati ini bervariasi
bagisetiap individu, perkiraan urutannya adalah prilokain (tercepat) > etidokkain >lidokain >
mepivakain > bupivakain (terlambat). Akibatnya, toksisitas darianestesi lokal tipe amida ini
akan meningkat pada pasien dengan gangguanfungsi hati. Penurunan pembersihan anestesi
lokal oleh hati ini harus diantisipasi dengan menurunkan aliran darah ke hati. Sebagai contoh,
pembersihan lidokain oleh hati pada binatang yang dianestesi dengan halotan lebih lambat
dari pengukuran binatang yang diberi nitrogen oksida dan kurare. Penurunanpembersihan ini
berhubungan dengan penurunan aliran darah ke dalam hati danpenekanan mikrosom hati
karena halotan. Propanolol dapat memperpanjang waktu paruh anestesi lokal amida.
(Katzung, 1997).
Anestesi lokal mengikat reseptor dekat ujung intrasel saluran danmenghambat saluran
dalam keadaan bergantung waktu dan voltase. Bilapeningkatan konsentrasi secara progresif
anestesi lokal digunakan pada satuserabut saraf, nilai ambang eksitasinya meningkat,
konduksi impuls sarafmelambat, kecepatan munculnya potensial aksi menurun, ampltudo
potensialaksi mengecil, dan akhirnya kemampuan melepas satu potensial aksi hilang.Efek
yang bertambah tadi meupakan hasil dari ikatan anestesi lokal terhadap banyak dan makin
banyak saluran natrium; pada setiap saluran, ikatan menghasilkan hambatan arus natrium.
Jika arus ini dihambat melebihi titik kritissaraf, maka propagasi yang melintas daerah yang
dihambat ini tidak mungkin terjadi lagi. Pada dosis terkecil yang dibutuhkan untuk
menghambat propagasi,potensial istirahat jelas tidak terganggu. (Katzung, 1997).
Penghambatan saluran natrium oleh anestesi lokal adalah bergantung pada voltase dan
waktu: Saluran dalam keadaan istirahat mempunyai afinitas yang lebih rendah terhadap
anestesi lokal daripada keadaan diaktifkan. Olehkarena itu, efek dari kadar obat yang
diberikan makin jelas pada akson yang meletup cepat daripada serat dalam keadaan istirahat.
(Katzung, 1997)Peningkatan kalsium ekstrasel sebagian mengantagonisir kerja anestesilokal.
Kebalikan ini disebabkan oleh peningkatan potensial di permukaan membran karena kalsium,
sehingga menimbulkan keadaan istirahat yang berafinitas rendah. Sebaliknya, peningkatan
kalium ekstrasel mendepolarisasi potensial membran dan cocok untuk keadaan inaktif.
Keadaan ini memperkuatefek anastesi lokal. (Katzung, 1997)Kerja anestesi lokal juga
dipengaruhi :
1) pka : Obat anestesi lokal yang mempunyai pka mendekati PH fisiologismis: 7,4
akan mempunyai konsentrasi basa nonionisasi yang tinggi dan akan mudah menembus
membran sel syaraf sehingga “ onset of action “ akan lebih cepat.
3) Protein Binding : Obat anastesi lokal yang berikatan dengan plasma protein(α1-
acid glycoprotein), maka “duration of action” obat anastesi lokal menjadi lebih panjang. Oleh
karena itu sangat hati-hati pada pasiendengan plasma protein yang rendah, dan obat akan
bebas dalam sirkulasi darah sehingga akan timbul efek toksik pada pasien. (Rusda, 2004).
• Prokain HCL
Sering digunakan karena sifatnya diterima jaringan dengan baik, dalam organism cepat
disabunkan oleh esterase menjadi dietiloamin + paba yang bekerja melebarkan pembuluh
darah. Absorpsinya cepat diperlambat dengan penambahan vasodilator dan toksisitasnya jauh
lebih ringan.
• Lidokain HCL
• Tetrakain HCL
Berkhasiat 10x kuat dari prokain dan 10x lebih toksisitas.lebih sering digunakan secara
anestetik permukaan.sangat cepat diabsorbsi dari membran mukosa luka sehingga terdapat
bahaya keracunan absorpsi.
V. Bahan dan Alat
Bahan : Alat :
3. Tikus 3. Kapas
4. Alkohol 4.Spuit 1 ml
Keterangan :
200 g
20 mg
Tikus 2(Obat Lidocain secara Intra Peritoneal)Berat tikus :210gram
Pemberian obat : 0,018 x 125 mg/ml = 2,25
200 g
20 mg
Tikus 3 (obat Tetracain secara Intra Peritoneal), Berat tikus : 110 gram
Pemberian obat : 0,018 x 125 mg/ml = 2,25
200 g
20 mg
Tikus 5(Nacl infus 0,9% secara Intra Peritoneal) Berat tikus :200gram
Pemberian obat : 0,018 x 125 mg/ml = 2,25
200 g
20 mg
Tikus 6(Nacl infus 0,9% secara Subcutan) Berat tikus :140gram
Pemberian obat : 0,018 x 125 mg/ml = 2,25
200 g
20 mg
HasilPengamatan
VIII. Pembahasan
Pemberiaan obat anestetika lokal Lidokain HCl pada tikus yang diberikan secara IP
dan SC tidak menimbulkan kematiaan pada tikus, hanya menimbulkan efek lemas dan tidak
bergerak bila diberi rangsangan. Pada rute pemberian SC, efek yang timbul jauh lebih lama
dibandingkan IP. Pada pemberian injeksi via SC, kondisi tikus no 1 terlihat diam dan normal,
sedangkan pada tikus no 3 terlihat cemas ditandai dengan detak jantung tikus yang terus
berdebar.Sedangkan pada penyuntikan secara intra peritoneal efek yang ditimbulkan cepat
terlihat pada tikus no 2 yang tertidur dan lemas. Pada tikus no 4 terlihat efek tikus diam,
lemas, dan pupil mata mengecil. Penyuntikan nacl infus 0,9% pada tikus no 5 dan 6 tidak
menimbulkan efek terlihat pada keadaan tikus terlihat aktif dan normal.
IX. Kesimpulan
Lidokain mudah diserap dari tempat suntikan, dan dapat melewati sawar darah otak.
Sekitar 70% (55-95%) lidokain dalam plasma terikat protein, hampir semuanya dengan alfa 1
– acid glycoprotein. Distribusi berlangsung cepat,volume distribusi adalah 1 liter per
kilogram.
Konsentrasi obat anestesi yang rendah dalam plasma mungkin menyebabkan mati rasa
(baal) pada lidah dan bibir, mungkin menggambarkan penghantaran obat kedaerah vaskular
yang tinggi ini. Sebagai kelanjutan dari konsentrasi plasma yang meningkat, obat dengan
mudah melintasi sawar darah otak dan menyebabkan pola perubahan sistem saraf pusat yang
dapat diramalkan. Kegelisahan, vertigo, tinitus, dan kesulitan dalam memfokus terjadi lebih
awal. Peningkatan selanjutnya dari konsentrasi obat dalam sistem saraf pusat menyebabkan
ucapan seperti tertelan dan kejang otot rangkaEfek-efek di atas dapat dianggap sebagai
gejala-gejala toksik yang dapat diketahui secara dini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, A.C & Hall, J. E. Buku ajar fisiologi Kedokteran . Jakarta : EGC
5. http://dokumen.tips/documents/praktikum-anastesia-lokal-2008.html
6. http://dokumen.tips/documents/efek-obat-mata-kelinci-03.html
7. http://smart-fresh.blogspot.com/2012/02/anestesi-lokal-farmakologi.html
12. Katzung, BG. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 6. EGC : Jakarta, hal.414-
417
14. Syarif A & Sunaryo. 2007. Kokain dan Anastetik Lokal Sintetik. Dalam :
Farmakologi dan Terapi, edisi5. Departemen Farmakologi danTerapeutik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta, hal.260-261