Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI II
“EFEK LOKAL OBAT”

Disusun Oleh:
Anjani Awijayanti
1948201008
4B Farmasi

Dosen Pengampu;
Apt. Denia Pratiwi, M. Farm.
&
Apt. Dini Mardhiyani, M. Farm.

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam arti luas farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa
terhadap sel hidup, lewat proses kimia khususnya lewat reseptor. Obat didefinisikan
sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis
penyakit/gangguan atau menimbulkan suatu kondisi tertentu misalnya membuat
seorang infertile, atau melumpuhkan otot rangka selama pembedahan.
Obat merupakan zat yang digunakan untuk mendiagnosis, mengurangi rasa
sakit, serta mengobati ataupun mencegah penyakit pada manusia dan hewan.
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 193/Kab/B.VII/71, obat
merupakan suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, atau kelainan badaniah dan rohaniah
pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau
bagian badan manusia. Mayoritas obat bekerja secara spesifik terhadap suatu
penyakit. Namun tidak jarang juga obat yang bekerjanya secara menyeluruh.
Pemberian obat ikut juga dalam menentukan cepat lambatnya dan lengkap
tidaknya resorpsi suatu obat. Tergantung dari efek yang diinginkan, yaitu efek
sistemik (di seluruh tubuh) atau efek lokal (setempat) dan keadaan pasien serta
sifat-sifat fisiko-kimiawi obat, dapat dipilih di antara berbagai cara untuk
memberikan obat.
Efek lokal itu artinya pengaruh obat pada tubuh yang bersifat lokal,
misalnya hanya mempengaruhi daerah kulit yang dioleskan obat, Efek sistemik
adalah pengaruh dari obat yang (biasanya) diberikan melalui sistem fisiologis
tubuh, misalnyaobat penurun panas yang diminum per oral (lewat mulut). Efek
teratogen adalah efek samping obat yang dapat menimbulkan kecacatan tubuh.
Plasebo meruapakan sediaan yang tidak mengandung bahan aktif obat. Permeasi
kurang lebih berarti daya tembus suatu zat.
Hewan yang digunakan adalah mencit. karakteristik utama mencit : hewan
mencit di laboraturium mudah ditangani ia bersifat penakut, fotofobia, cenderung
berkumpul sesamanya, mempunyai kecenderungan untuk bersembunyi dan lebih
aktif dimalam hari dari pada siang hari. Kehadiran manusia akan menghambat
aktivitas mencit. Suhu normal 37,4oC. Laju respirasi normal 163 kali tiap menit.
1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat memahami efek lokal dari berbagai obat/senyawa
kimia terhadap kulit dan membrane mukosa berdasarkan cara kerja
masing-masing; serta dapat diaplikasikan dalam praktek dan
dampakmya sebagai dasar keamanan penanganan bahan.
2. Mahasiswa dapat memahami sifat dan intensitas kemampuan merusak
kulit dan membrane mukosa dari berbagai obat yang bekerja lokal.
3. Mahasiswa dapat meyimpulkan persyaratan farmakologi untuk obat
yang dipakai secara lokal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Anestetika
Lokal Anestetik lokal ialah obat yang menghambat hantaran saraf bila
dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Obat ini bekerja
pada tiap bagian susunan saraf. Sebagai contoh bila anestetik lokal dikenakan
pada korteks motoris, impuls yang dialirkan dari daerah tersebut terhenti, dan bila
disuntikkan kedalam kulit maka transmisi impuls sensorik dihambat. Pemberian
anestetik lokal pada batang saraf menyebabkan paralisis sensorik dan motorik di
daerah yangdipersarafinya.Banyak macam zat yang dapat mempengaruhi hantaran
saraf,tetapiumumnya tidak dapat dipakai karena menyebabkan kerusakan
permanen pada selsaraf. Paralisis saraf oleh anestetik lokal bersifat revesible tanpa
merusak serabutatau sel saraf.
Anestetik lokal yang pertama ditemukan ialah kokain,suatu alkaloid
yangterdapat dalam daun Erythroxylon coca,semacam tumbuhan belukar.
Anestetik lokal sebaiknya tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan
saraf secara permanen. Kebanyakan anetetik lokal memenuhi syarat ini. Batas
keamanan harus lebar, sebab anestetik lokal akan diserap dari tempat suntikan.
Mula kerja harussesingkat mungkin, sedangkan masa kerja harus cukup lama
sehingga cukup waktuuntuk melakukan tindakan operasi,tetapi tidak demikian
lama sampaimemperpanjang masa pemulihan. zat anestetik lokal juga harus larut
dalam air, stabildalam larutan, dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan.
Secara kimia obat Anestetika lokal secara kimia digolongkan sebagai berikut:
1. Senyawa ester
Adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anestesi lokal sebab
padadegradasi dan inaktivasi di dalam tubuh, gugus tersebut akan
dihidrolisis. Karena itu golonganesterumumnya kurang stabil dan mudah
mengalamimetabolisme dibandingkan golongan amida.
Contohnya: tetrakain,benzokain,kokain,prokain,dengan prokain sebagai
prototip.
2. Senyawa amida
Contohnya senyawa amida adalah dibukain,lidokain,mepivakain dan
prilokain.
3. Lainnya
Contohnya fenol,benzilalkohol,etilklorida,cryofluoran.
2.2 Macam-macam Teknik Anestetika Lokal
1. Anestesi permukaan, anestetika lokal digunakan pada mukosa atau
permukaan luka dan dari sana berdifusi ke organ akhir sensorik dan ke
percabangan saraf terminal. Pada epidermis yang utuh (tidak terluka)
makaanestetika lokal hampir tidak bekhasiat karena tidak mampu
menembuslapisan tanduk.
2. Anestesi Infiltrasi, anestetika lokal disuntikkan ke dalam
jaringan,termasuk juga diisikan ke dalam jaringan. Dengan demikian
selain organ ujungsensorik,juga batang-batang saraf kecil dihambat.
3. Anestesi Konduksi, anestetika lokal disuntikkan di sekitar saraf
tertentu yangdituju dan hantaran rangsang pada tempat ini diputuskan.
Bentuk khusus darianestesi konduksi ini adalah anestesi spinal,
anestesi peridural,dan anestesi paravertebral.
4. Anestesi Regional Intravena dalam daerah anggota badan sebelum
penyuntikan anestetika lokal, aliran darah ke dalam dan ke luar
dihentikandengan mengikat dengan ban pengukur tekanan darah dan
selanjutnyaanestetika lokal yang disuntikkan berdifusi ke luar dari
vena dan menuju ke jaringan di sekitarnya dan dalam waktu 13-14
menit menimbulkan anestesi.
Efek obat yang akan timbul pada membrane dan kulit mukosa tergantung
pada jumlah obat yang dapat diserap pada permukaan kulit dan membrane serta
kelarutan obat dalam lemak karena pada epidermis kulit merupakan sawar lemak.
Pada kulit yang terkelupas/ luka makaabsorpsi jauh lebih mudah. Obat
yang digunakan di sini dapat memberikan efek menggugurkan bulu korosif. Fenol
serta adstrigen obat tersebut obat tersebut dapat memberikan efek local pada
membrane dan kulit mukosa.
1. Fenol ( C6H5OH )
Fenol mengandung tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari 100,5 %
C6H5OH Dihitung terhadap zat anhidrat dapat mengandung stabilisator
yang sesuai. Fenol merupakan suatu hablur bentuk jarum/ massa hablur,
tidak berwarna/ putih/ merah jambu,bau khas, mencair dengan
penghangatan dan dengan penambahan 10 % air. Mendidih pada lebih 182
0 C,uapnya mudah membakar pada konsentrasi 0,5 – 1% dalam larutan
digunakan sebagai anestetik local. Larutan 5 % digunakan sebagai
desinfektan.
2. Veet cream
Komposisi : water, glearil alcohol, potassium, thioglikolate, calcium
hidrixide, sodium magnesium silicate, fragrance, PPG – 15, sterylether,
Mg trisilicate,titaniumdioxide,propylene glikol, capolymer, mineral oil,
sweet almond oil, sodium glikonate, pigmen red5.
3. AgNO3
AgNO3 di samping bekerja bakterisid juga mempunyai sifat adstrigen dan
korosif.Larutan AgNO3 1 % digunakan untuk perlindungan terhadap
blenorea pada bayi yangbaru lahir ( profilaksis Lrede ). Larutan AgNO3
P / batang AgNO3 digunakan sebagai korosif. Lama kerja serta dalamnya
penetrasi dibatasi oleh ion klorida jaringan, yang dengan AgNO3
membentuk endapol mengandung tian AgCl. Garam peram
sulfonamide,sulfadiazine, sulfadiazine perak, Flamazine, terutama
digunakan untuk lukabaker,senyawa perak protein asetilanat ( targesin )
dalam betuk tetes mata berfungsi pada penanganan konjungtivitas.
4. Tanin
Tanin memberikan efek adstringen dimana dapat diserap melalui mukosa
serta memiliki sifat dapat menimbulkan presipitasi proten pada
permukaansel dengan daya penetrasi yang sehingga hanya permeabilitas
membrane sel yang dipengaruhi.Tanin dapat menimbulkan nekrosis hati.
5. Etanol
Etanol mengandung tidak kurang dari 92.3% b/b dan tidak lebih dari
93,8% b/b, setaradengan tidak kurang dari 94,9% dan tidak lebih dari
96,0% v/v C6H5OH pd suhu 15,56o.Cairan mudah menguap, jernih dan
tidak berwarna. Bau khas dan menyebabkan sepertirasa terbakar pada
lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada
suhu 78o, mudah terbakar.
6. Glyserin
Glyserin mengandung tidak kurang dari 95% dan tidak lebih 101%
C3H8O3. Cairanjernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis,
hanya boleh berbau khas lemah (tajam/tidak enak), higroskopis,
netral terhadap lakmus. Dapat bercampur bercampur dengan air dan
dengan etanol, tidak larut CHCl3 dalam eter, dalam minyak lemak dan
dalam minyak menguap.
7. Adstringen
Adalah senyawa yang dengan protein dalam larutan netral atau
asam lemah akan membentuk endapan yang tidak larut, terasa kesat jika
di berikan. Pada mukosa akan bekerja menciutkan. Zat ini akan
menyebabkan perapatan dan penciutan lapisan selterluar sel juga sekresi
jaringan yang meradang akan dihambat. Jika selalu adstrigensia,terutama
garam logam yang bekerja adstrigensia digunakan dalam konsentrasi
terlalutinggi, maka zat ini dapat menembus lapisan sel teratas dan juga
menyerang lapisan bawahnya.
Efek local obat terjadi akibat penggabungan langsung antara
molekul obat dengan reseptor, sehingga akan terobservasi timbulnya perubahan
dari fungsi organ tergantung pada daerah lokasi. Oleh karena itu, timbullah suatu
efek obat. Adapun factor-factor yang mempengaruhi efek local obat ini diketahui
jika efek terapi telah diketahui dan dicapai.Mukosa yang tervaskularisasi baik,
yaitu rongga mulut dan rongga tenggorokan (rute local, sublingual ), memilliki
sifat absorpsi yang baik untuk senyawa yang tidak terionisasi lipofil. Yang
menguntungkan pada bentuk pemakaian ini ialah munculnya kerja yang cepat,
disamping tak ada kerja cairan pencernaan dari saluran cerna dan bahan obat tidak
harus melewati hati segera setelah diabsorpsi. Karena permukaan absorpsi yang
relative kecil, rute bukal/sublingual hanya mungkin untuk senyawa yang dapat
diabsorpsi dengan mudah dan selain itu tidak mudah rasa tidak enak. Indikasi
penting ialah pengobatan serangan angina pectoris dengannitrogliserol dalam
kapsul kunyah/ sebagai aerosol.
BAB III

METODE KERJA

3.1 Tempat dan Waktu Praktikum


Tempat : Laboratorium Farmakologi Universitas Abdurra Pekanbaru
Tanggal : Senin, 14 Juni 2021
Waktu : 13.00 – 16.00 WIB
3.2 Alat
- Gunting Bedah
- Batang Pengaduk
- Gelas arloji
- Stop watch
3.3 Bahan
- Veet cream
- Larutan NaOH 20%
- Larutan Na2S 20%
- Kertas saring
3.4 Hewan uji yang digunakan
Tikus putih, jantan usia 2 bulan, bobot tubuh 200-300 gram
3.5 Prosedur Kerja
3.5.1 Anastesi Lokal
1. Siapkan alat dan bahan
2. Basahi kapas dengan eter sebanyak 8 tetes
3. Masukan dalam wadah tertutup seperti toples
4. Masukan mencit kedalam toples tersebut kemudian tutup
5. Amati dan catat hasil pengamatan.
3.5.2 Menggugurkan Bulu
1. Siapkan tikus yang terlebih dahulu dikorbankan.
2. Ambil kulitnya lalu dibuat tiga potongan; masing masing
berukuran 2,5 x2,5 cm.
3. Letakan potongan kulit tersebut diatas gelas arloji yang
telah diberi alas kertas saring.
4. Catat bau asli / awa dari obat yang digunakan.
5. Oleskan / teteskan larutan obat pada bagian atas potongan
kulit tikus tersebut.
6. Amati selama 30 menitt efek menggugurkan bulu setelah
pemberian obat dengan bantuan batang pengaduk.
7. Catat dan tabelkan pengamatan..
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Percobaan Bahan Obat Efek


Bau Awal Waktu

Menggugur Kulit Veet Harum 30 menit


kan Bulu mencit cream menyengat (bulu
gugur)

4.2 Pembahasan
Pada percobaan efek lokal obat dilakukan dengan satu percobaan yaitu
menggugurkan bulu dengan menggunakan veet cream untuk mengetahui efek dan
keefektifan waktu untuk menggugurkan bulu dengan veet cream.
Tikus yang digunakan dalam praktikum dilakukan pengorbanan terlebih
dahulu. pengorbanan dapat dilakukan dengan cara anastesi lokal maupun dengan
cara dislokasi lokal. Anastesi lokal dilakukan dengan cara memasukkan tikus
kedalam toples yang telah dijenuhkan dengan larutan eter dan tertutup, tunggu
hingga tikus dalam keadaan mati. Selain anastesi lokal, juga dapat digunakan
dengan cara memisahkan/menghambat pengaliran darah ke otak dengan
merenggangkan bagian-bagian tulang belakang ke tikus.
Tikus yang sudah dikorbankan kemudian dikuliti (ambil kulitnya) sesuai
dengan keperluan, baik dari segi jumlah maupun ukurannya. Kulit yang sudah ada
tadi di letakkan diatas kertas saring dan mulailah dengan pengujian yang sudah
ditentukan.
Pada pengujian efek menggugurkan bulu,semua kelompok menghasilkan hasi
lyang sama yakni hasil uji menunjukkan adanya kerontokan bulu setelah diberikan
veet cream. Efek gugur bulu yang tercepat adalah dengan pemberian veet cream
pada menit ke 30 kulit menjadi lembek dan warna kulit menjadi pucat.

4.3 Gambar

Memberi tanda pada kulit mencit yang akan diolesi veet cream.

Pengolesan veet cream kebagian yang sudah ditandai.


Membersihkan bagian yang sudah diolesi veet selama 30 menit.

Bulu gugur setelah 30 menit pemberian veet cream.


BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

- Obat anestetika lokal menghambat penghantaran impuls saraf ketika


digunakan secara lokal pada jaringan saraf dengan konsentrasi tepat.
- Obat yang berefek non-sistemik (lokal) merupakan obat yang
mempunyai pengaruh pada tubuh bersifat lokal atau pada daerah yang
diberikan obat. Contoh obat ini adalah obat-obat yang bersifat anestesi
lokal ataupun transdermal.
- Beberapa efek dari obat lokal yang dapat ditemui adalah
menggugurkan bulu.
- Tingkat pengguguran bulu tergantung kepada kadar, banyak dan waktu
pemberian.
- Semakin tinggi kadar suatu zat yang bersifat menggugurkan bulu,
maka akan semakin mendekati tingkat korosif.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004, Farmakologi jilid II, Anestetika Lokal. Departemen Kesehatan RI


(hal :120-121)

Rochmawati,Anis.2009. Makalah Tugas Farmakologi Sari,Irma P.S.2009.


Anestetika Lokal.

Unaryo.Kokain dan Anestetika lokal sintetik. Dalam : ed. Ganiswarna


SG.Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru, 1995: 234-47

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : DEOKES RI


Guyton, A. C & Hall, J.E. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC

Mutschler E., Dinamika obat, Buku ajar Farmakologi dan Toksikologi, ITB :
Bandung

Katzung.G.Bertram, Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika, Jakarta.


2002.

Mardhiyani, Dini dan Denia Pratiwi .2021. Modul Praktikum Farmakologi.


Pekanbaru : Universitas Abdurrab

Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat edisi V. Bandung: ITB

Anonim. 2004, Farmakologi Jilid II, Anestetika Lokal.

Anda mungkin juga menyukai