FARMASI KLINIK
Disusun Oleh;
Kelompok 1
(Absen 1-22)
Dosen Pengampu;
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2022
1
Nama Kelompok;
Dina Ultari1948201035
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Pemantauan Terapi
Obat" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Farmasi Klinik. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang bagaimana pemantauan terapi
obat bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Apt. Wahyu Margi Sidoretno, M.
Farm. selaku dosen Mata Kuliah Farmasi Klinik. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
3
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR.................................................................................... 3
DAFTAR ISI................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 5
3.1 Kesimpulan........................................................................................... 15
3.2 Saran..................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 16
LAMPIRAN.................................................................................................... 17
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
Pemantauan terapi obat merupakan proses yang menjamin bahwa penderita
mendapatkan pengobatan yang terjangkau, dengan terapi yang paling efektif, yang
dapat memaksimalkan manfaat dan meminimalkan efek samping. Pemantauan
terapi obat atau monitoring dapat mengidentifikasi polifarmasi, reaksi obat yang
merugikan, kesalahan obat, dan ketidak patuhan penderita. Tujuan pemantauan
terapi obat atau monitoring adalah untuk menyesuaikan terapi obat penderita yang
didasarkan pada karakteristik individu, memaksimalkan manfaat dan
meminimalkan resikonya. Disamping itu pemantauan terapi obat dapat dilakukan
untuk memantau kepatuhan penderita terhadap regimen obatnya. Lingkup
pemantauan meliputi ketepatan dosis, ketepatan frekuensi, ketepatan pasien,
ketepatan rute dan metode pemberian, efek samping obat, tingkat kepatuhan
penderita ( seperti pementauan ada atau tidaknya sisa obat) dan interaksi obat.
(Siregar, 2004).
Kondisi pasien yang perlu dilakukan pemantauan terapi obat antara lain.
pasien hamil dan menyusui, pasien yang menerima regimen yang kompleks
(polifarmasi) serta pasien geriatri dan pediatri. Selain itu pasien yang menerima
obat-obatan yang sering menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan seperti obat
NSAID dan kortikosteroid juga perlu dilakukan pemantauan terapi obat
(Binfar,2009).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Seleksi Pasien pada pemantauan terapi obat ?
2. Bagaimana Pengumpulam Data Pasien ?
3. Bagaimana Identifikasi Masalah Terkait Obat ?
4. Bagaimana Rekomendasi Terapi ?
5. Bagaimana Rencana Pemantauan ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Seleksi Pasien pada pemantauan terapi obat
2. Mengetahui Pengumpulam Data Pasien
3. Mengetahui Identifikasi Masalah Terkait Obat
4. Mengetahui Rekomendasi Terapi
5. Mengetahui Rencana Pemantauan
6
1.4 Manfaat
1. Memberikan informasiSeleksi Pasien pada pemantauan terapi obat
2. Memberikan informasi Pengumpulam Data Pasien
3. Memberikan informasi Identifikasi Masalah Terkait Obat
4. Memberikan informasi Rekomendasi Terapi
5. Memberikan informasi Rencana Pemantauan
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
b. Kompleksitas regimen
Polifarmasi.
Variasi rute pemberian.
Variasi aturan pakai.
Cara pemberian khusus (contoh: inhalasi).
Data dasar pasien merupakan komponen penting dalam proses PTO. Data
tersebut dapat diperoleh dari:
• Rekam Medik.
Semua data yang sudah diterima, dikumpulkan dan kemudian dikaji. Data
yang berhubungan dengan PTO diringkas dan diorganisasikan ke dalam suatu
format yang sesuai (contoh pada lampiran 1) .
9
Sering kali data yang diperoleh dari rekam medis dan profil pengobatan
pasien belum cukup untuk melakukan PTO, oleh karena itu perlu dilengkapi
dengan data yang diperoleh dari wawancara pasien, anggota keluarga, dan tenaga
kesehatan lain.
10
2.4 Rekomendasi Terapi
11
dalam darah untuk penggunaan furosemide dan digoxin secara
bersamaan)
Ketersediaan (pilih parameter pemeriksaan yang tersedia)
Biaya pemantauan
2.5.2 Menetapkan sasaran terapi (end point)
Penetapan sasaran akhir didasarkan pada nilai/gambaran normal atau
yang disesuaikan dengan pedoman terapi. Apabila menentukan sasaran
terapi yang diinginkan, apoteker harus mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Faktor khusus pasien seperti umur dan penyakit yang bersamaan
diderita pasien (contoh: perbedaan kadar teofilin pada pasien
Penyakit Paru Obstruksi Kronis/PPOK dan asma)
2. Karakteristik obat Bentuk sediaan, rute pemberian, dan cara
pemberian akan mempengaruhi sasaran terapi yang diinginkan
(contoh: perbedaan penurunan kadar gula darah pada pemberian
insulin dan anti diabetes oral).
3. Efikasi dan toksisitas
2.5.3 Menetapkan frekuensi pemantauan
Frekuensi pemantauan tergantung pada tingkat keparahan penyakit
dan risiko yang berkaitan dengan terapi obat. Sebagai contoh pasien yang
menerima obat kanker harus dipantau lebih sering dan berkala dibanding
pasien yang menerima aspirin. Pasien dengan kondisi relatif stabil tidak
memerlukan pemantauan yang sering. Berbagai faktor yang mempengaruhi
frekuensi pemantauan antara lain:
1. Kebutuhan khusus dari pasien
Contoh: penggunaan obat nefrotoksik pada pasien gangguan fungsi
ginjal.
2. Karakteristik obat pasien.
Contoh: pasien yang menerima warfarin
3. Biaya dan kepraktisan pemantauan
4. Permintaan tenaga kesehatan lain
12
Data pasien yang lengkap mutlak dibutuhkan dalam PTO, tetapi pada
kenyataannya data penting terukur sering tidak ditemukan sehingga PTO
tidak dapat dilakukan dengan baik. Hal tersebut menyebabkan penggunaan
data subyektif sebagai dasar PTO. Jika parameter pemantauan tidak dapat
digantikan dengan data subyektif maka harus diupayakan adanya data
tambahan.
Proses selanjutnya adalah menilai keberhasilan atau kegagalan
mencapai sasaran terapi. Keberhasilan dicapai ketika hasil pengukuran
parameter klinis sesuai dengan sasaran terapi yang telah ditetapkan. Apabila
hal tersebut tidak tercapai, maka dapat dikatakan mengalami kegagalan
mencapai sasaran terapi. Penyebab kegagalan tersebut antara lain: kegagalan
menerima terapi, perubahanfisiologis/kondisi pasien, perubahan terapi
pasien, dan gagal terapi.
Salah satu metode sistematis yang dapat digunakan dalam PTO adalah
Subjective, Objective, Assessment, Planning (SOAP).
S : Subjective
Data subyektif adalah gejala yang dikeluhkan oleh pasien. Contoh :
pusing, mual, nyeri, sesak nafas.
O : Objective
Data obyektif adalah tanda/gejala yang terukur oleh tenaga kesehatan.
Tanda-tanda obyektif mencakup tanda vital (tekanan darah, suhu tubuh,
denyut nadi, kecepatan pernafasan), hasil pemeriksaan laboratorium dan
diagnostik.
A : Assessment
Berdasarkan data subyektif dan obyektif dilakukan analisis untuk
menilai keberhasilan terapi, meminimalkan efek yang tidak dikehendaki dan
kemungkinan adanya masalah baru terkait obat.
P : Plans
Setelah dilakukan SOA maka langkah berikutnya adalah menyusun
rencana yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Rekomendasi
yang dapat diberikan:
• Memberikan alternatif terapi, menghentikan pemberian obat,
13
memodifikasi dosis atau interval pemberian, merubah rute pemberian.
• Mengedukasi pasien.
• Pemeriksaan laboratorium.
• Perubahan pola makan atau penggunaan nutrisi parenteral/enteral.
• Pemeriksaan parameter klinis lebih sering.
2.6 Tindak Lanjut
Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang telah dibuat
oleh apoteker harus dikomunikasikan kepada tenaga kesehatan terkait. Kerjasama
dengan tenaga kesehatan lain diperlukan untuk mengoptimalkan pencapaian
tujuan terapi. Informasi dari dokter tentang kondisi pasien yang menyeluruh
diperlukan untuk menetapkan target terapi yang optimal. Komunikasi yang efektif
dengan tenaga kesehatan lain harus selalu dilakukan untuk mencegah
kemungkinan timbulnya masalah baru.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
Arsyanti,L Identifikasi masalah terkait obat pada pasien geriatri diruang rawat
penyakit dalam RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo,Thesis Program
Magister Ilmu Kefarmasian Universitas Indonesia,Jakarta, 2005).
Strand LM, Morley PC, Cipolle RJ, Pharmaceutical Care Practice,New York, Mc
Graw Hill Company, 1998.
16
LAMPIRAN
Lampiran 1
17
Lampiran 2
18
19
20
Pembahasan;
(140 – usia ) x BB
72 X scr
21