Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI II

“ANALISIS EFEK TOKSISITAS AKUT OBAT PADA HEWAN UJI”

Disusun Oleh:

Anjani Awijayanti

1948201008

4B Farmasi

Dosen Pengampu;

Apt. Denia Pratiwi, M. Farm.

&

Apt. Dini Mardhiyani, M. Farm.

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ABDURRAB

2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Toksisitas adalah kemampuan suatu bahan atau senyawa kimia untuk
menimbulkan kerusakan pada saat mengenai bagian dalam atau permukaan tubuh
yang peka. Untuk dapat mengetahui informasi efek toksis dari suatu obat atau
bahan tertentu, maka dapat diperoleh dari percobaan menggunakan hewan uji
sebagai model yang dirancang pada serangkaian uji toksisitas yang meliputi uji
toksisitas akut oral, toksisitas subkronis oral, toksisitas kronis oral , tratogenisitas
akut dermal, dan toksisitas subkronis dermal. Pemilihan uji tersebut , tergantung
dari tujuan penggunaan suatu zat dan kemungkinan terjadinya resiko akibat
pemaparan pada manusia.
Uji toksisitas akut merupakan salah satu uji pra-klinik.Uji ini dilakukan
untuk mengukur derajat efek toksik suatu senyawa yang terjadi dalam waktu
singkat, yaitu 24 jam, setelah pemberiannya dalam dosis tunggal.Dosis letal
tengah (LD50) adalah tolak ukur kuantitatif yang paling sering digunakan untuk
menyatakan kisaran dosis letal atau toksik. Terdapat 3 metode yang paling sering
digunakan untuk menghitung harga LD50 yaitu metode grafik Lithfield &
Wilcoxon, metode kertas grafik probit logaritma Miller dan Tainter, dan metode
rata – rata bergerak Thompson-Weil yang pada didasarkan pada kekerabatan
antara peringkat dosis dan % hewan yang menunjukan respon1 .
Banyak faktor dapat mempengaruhi validitas hasil uji toksisitas
diantaranya faktor dari sediaan uji, penyiapan sediaan uji, hewan uji, dosis, teknik
dan prosedur pengujian, serta kemampua SDM sehingga sangat di perlukan
pemahaman terhadap bermacam macam faktor tersebut.
1.2 Tujuan dan Prinsip Praktikum
1.2.1 Tujuan Praktikum
Untuk menganalisis efek toksisitas akut luminal yang
diberikan secara oral kepada mencit jantan (mus musculus).
1.2.2 Prinsip Praktikum
Efek toksik suatu obat ditentukan dengan mengamati gejala-gejala
toksisitas yang muncul dan dengan menentukan LD 50 dri luminal.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Toksisitas adalah suatu keadaan yang menandakan adanya
efektoksik/racun yang terdapat pada bahan sebagai sediaan single dose atau
campuran.Toksisitas akut ini diteliti pada hewan percobaan yang menunjuk
kanevaluasi keamanan dari kandungan kimia untuk penggunaan produk rumah
tangga, bahan tambahan makanan, kosmetik, obat-obatan, dan sediaan biologi.Uji
toksisitas akut adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui nilai LD50 dan
dosis maksimal yang masih dapat ditoleransi hewan uji (menggunakan 2 spesies
hewan uji). pemberian obat dalam dosis tunggal dan diberikan melalui 2 rute
pemerian (misalnya oral danintravena).Hasil uji LD50 dan dosisnya akan
ditransformasi (dikonversi) pada manusia. (LD50adalah pemberian dosis obat
yang menyebabkan 50 ekor daritotal 100 ekor hewan uji mati oleh pemerian dosis
tersebut) Uji toksisitas dilakukan untuk mendapatkan informasi atau data tentang
toksisitas suatu bahan (kimia) pada hewan uji. Secara umum uji toksisitas dapat
dikelompokkan menjadi uji toksisitas jangka pendek/akut, dan uji toksikologi
jangka panjang.
Uji toksisitas akut dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tentang
gejala keracunan, penyebab kematian, urutan proses kematian dan rentang dosis
yang mematikan hewan uji (Lethal dose atau disingkat LD50 ) suatu bahan. Uji
toksisitas akut merupakan efek yang merugikan yang timbul segera sesudah
pemberian suatu bahan sebagai dosis tunggal, atau berulang yang diberikan dalam
24 jam.
Uji toksisitas akut dirancang untuk menentukan atau menunjukkan secara
kasar median lethal dose (LD50) dari toksikan. LD50 ditetapkan sebagai tanda
statistik pada pemberian suatu bahan sebagai dosis tunggal yang dapat
menyebabkan kematian 50% hewan uji. Jumlah kematian hewan uji dipakai
sebagai ukuran untuk efek toksik suatu bahan (kimia) pada sekelompok hewan uji.
Jika dalam hal ini hewan uji dipandang sebagai subjek, respon berupa kematian
tersebut merupakan suatu respon diskretik. Ini berarti hanya ada dua macam
respon yaitu ada atau tidak ada kematian.

3
Lethal Dose 50 adalah suatu besaran yang diturunkan secara statistik, guna
menyatakan dosis tunggal sesuatu senyawa yang diperkirakan dapat mematikan
atau menimbulkan efek toksik yang berarti pada 50% hewan percobaan setelah
perlakuan. LD50 merupakan tolak ukur kuantitatif yang sering digunakan untuk
menyatakan kisaran dosis letal. Ada beberapa pendapat yang menyatakan tidak
setuju, bahwa LD50 masih dapat digunakan untuk uji toksisitas akut.Namun ada
juga beberapa kalangan yang masih setuju, dengan pertimbangan:
a. Jika lakukan dengan baik, uji toksisitas akut tidak hanya mengukur
LD50, tetapi juga memeberikan informasi tentang waktu kematian,
penyebab kematian, gejala-gejala sebelum kematian, organ yang
terkena efek, dan kemampuan pemulihan dari efek nonlethal.
b. Hasil dari penelitian dapat digunakan untuk pertimbangan pemilihan
design penelitian subakut.
c. Tes LD50 tidak membutuhkan banyak waktu.
d. Hasil tes ini dapat langsung digunakan sebagai perkiraan risiko suatu
senyawa terhadap konsumen atau pasien.
Pada dasarnya, nilai tes LD50 yang harus dilaporkan selain jumlah hewan
yangmati, juga harus disebutkan durasi pengamatan. Bila pengamatan dilakukan
dalam 24 jam setelah perlakuan, maka hasilnya tertulis“LD50 24 jam”.Namun
seiring perkembangan, hal ini sudah tidak diperhatikan lagi, karena pada
umumnya tes LD 50 dilakukan dalam 24 jam pertama sehingga penulisan hasil
tes“LD50” saja sudah cukup untuk mewakili tes LD50 yang diamati dalam 24
jam. Bila dibutuhkan, tes ini dapat dilakukan lebih dari 14 hari. Contohnya,pada
senyawa tricresyl phosphat,akan memberikan pengaruh secara neurogik dan jika
begitu tentu saja penulisan hasil harus deisertai dengan durasi pengamatan.
Adabeberapa hal yang dapat mempengaruhi nilai LD50 antara lain spesies, strain,
jeniskelamin,umur, berat badan, gender, kesehatan nutrisi, dan isi perut
hewanpercobaan.Teknis pemberian juga mempengaruhi hasil, antara lain waktu
pemberian, suhulingkungan, kelembaban, sirkulasi udara.Tidak luput kesalahan
manusia juga dapatmempengaruhi hasil ini.Sehingga sebelum melakukan
penelitian, ada baiknyakitamemeperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil ini. Secara umum semakinkecil nilai LD50, semakin toksik senyawa

4
tersebut. Begitu pulasebaliknya,semakin besar nilaiLD50, semakin rendah
toksisitasnya. Hasil yang diperoleh (dalam mg/kgBB) dapatdigolongkan menurut
potensi ketoksikan akut senyawa ujimenjadi beberapa kelas,seperti yang terlihat
pada tabel berikut (Loomis, 1978) :

No Kelas LD 50 (mg/kg BB)


1 Luar biasa toksik 1 atau kurang
2 Sangat toksik 1-50
3 Cukup toksik 50-500
4 Sedikit toksik 500-5000
5 Praktis tidak toksik 5000-15000
6 Relative kurang Lebih dari 15000
bebahaya

Menurut Farmakope Indonesia persyaratan yang harus dipenuhi agar dapat


menggunakan Farmakope Indonesia ini adalah :

1. Menggunakan seri dosis dengan pengenceran berkelipatan tetap


2. Jumlah hewan percobaan / jumlah biakan jaringan tiap kelompok
harus sama.
3. Dosis diatur sedemikian rupa sehingga memberikan efek 0-100%
dan perhitungandibatasi pada kelompok percobaan yang
memberikan efek dari 0-100%.
Rumus :

Log m= log D + d (f+1)

Keterangan :
m = LD50
D = Dosis terkecil yang diberikan
d= log kelipatan dosis
f = Faktor dari tabel weil yang nilaimya disesuaikan dengan
urutan kematian hewan coba.
Dalam uji toksisitas akut, penentuan LD50 dilakukan dengan cara
menghitung jumlah kematian hewan uji yang terjadi dalam 24 jam pertama

5
sesudah pemberian dosis tunggal bahan yang diteliti menurut cara yang
ditunjukkan oleh para ahli.Gejala keracunan yang muncul sesudah 24 jam
menunjukkan bahwa bahan obat atau bahan itu mempunyai titik tangkap kerja
pada tingkat yang lebih bawah sehingga gejala keracunan dan kematian seolah-
olah tertunda(delayed toxicity). Sediaan yang akan diuji dipersiapkan menurut
cara yang sesuai dengan karakteristik bahan kimia tersebut, dan tidak
diperbolehkan adanya perubahan selama waktu pemberian. Untuk pemberian per
oral ditentukan standar volume yang sesuai dengan hewan uji.Dosis efektif 50%
adalah dosis suatu obat yang dapat berpengaruh terhadap 50% dari jumlah hewan
yang diuji, sedangkan, dosis lethal 50% adalah, dosis suatu obat atau bahan kimia
yang dapat menyebabkan kematian sampai 50% dari jumlah hewan yang
diuji.Tujuan dilakukannya uji toksisitas akut adalah untuk menentukan potensi
ketoksikan akut dari suatusenyawa dan untuk menentukan gejala yang timbul
pada hewan percobaan.Data yangdikumpulkan pada uji toksisitas akut ini adalah
datakuantitatif yang berupa kisaran dosis letalatau toksik, dan data kualitatif yang
berupa gejala klinis.Bahan racun adalah semua bahan kimiayang dapat
menyebabkankerusakan/kesakitan pada makhluk hidup. Sebagai akibat
darikerusakan tersebutialah adanya gangguan pada struktur anatomi dan fisiologik
dari jaringanyangmenderita, bahkan dapat menimbulkan kematian. Semua bahan
kimia mungkinakanberacun bila diberikan berlebihan atau rute pemberian yang
tidak lazim.
2.2 Hewan Coba
Pada dasarnya tidak ada satu hewan pun yang sempurna untuk uji
toksisitas akut yangnantinya akan digunakan oleh manusia. Walaupun tidak ada
aturan tetap yang mengaturpemilihan spesies hewan coba, yang lazim digunakan
pada uji toksisitas akut adalah tikus, mencit,marmut, kelinci,babi,anjing, monyet.
Pada awalnya, pertimbangan dalam memilih hewancobahanya berdasarkan
avaibilitas, harga, dan kemudahan dalam perawatan.Namun seiringperkembangan
zaman tipe metabolisme, farmakokinetik, dan perbandingan catatan atau sejarah
avaibilitas juga ikut dipertimbangkan. Hewan yang paling sering dipakai adalah
mencit dengan mempertimbangkan faktor ukuran, kemudahan perawatan, harga,
dan hasil yang cukup konsisten dan relevan.

6
2.3 Perlakuan Hewan Coba
Perlakuan terhadap hewan coba Hewan coba harus dikarantina terlebih
dahulu selama 7–14 hari. Karantina ini bertujuan untuk mengkondisikan hewan
dengan suasana lab, dan untuk menghilangkan stres akibat
transportasi.Temperatur dan kelembaban juga harus diperhatikan.Temperatur
pertahankan suhu kamar, kelembapan antara 40 – 60%. Pemberian senyawa
padahewan coba memiliki dosis maksimum (yaitu 5000mg/KgBB)15 dan batas
maksimum volumecairan yang boleh diberikan pada hewan uji.6 Dosis yang
diberikan minimal ada 4 peringkatdosis, yang diperkirakan menyebabkan 10–
90% kematian hewan coba pada masa uji akhir. Halini dapat diperhitungkan
dengan beberapa cara, yaitu:
1. Berdasarkan ED50 senyawa uji dari hasil uji farmakologi dengan
hewan uji dengan jalurpemberian yang sama.
2. Berdasarkan harga LD50 senyawa uji pada hewan uji yang sama
(5 –10% LD50 intra vena).
3. Berdasarkan kelipatan dosis yang disarankan untuk digunakan
pada manusia.
4. Mengikuti tabel konversi perhitungan dosis antar-jenis hewan,
berdasarkan nisbah (ratio luas permukaan badan mereka).
2.4 Cara Pemberian
Cara pemberian senyawa pada hewan coba yang lazim adalah per oral,
namun yang paling tepat adalah dengan mempertimbangkan kemungkinan cara
pemberian senyawa tersebut pada manusia. Kebanyakan orang lebih memilih
memakai obat dari kulit atau melalui inhalasi karena kemudahannya. Tetapi uji
toksisitas melalui kedua cara tersebut sulit dilakukan. Ada beberapa alasan antara
lain:
1. Uji toksisitas akut melalui kulit membutuhkan biaya yang lebih\ besar
dari pada pemberian per oral15.
2. Uji toksisitas akut melalui inhalasi membutuhkan alat khusus, agar
perhitungan induksi obat sesuai standar, sehingga butuh biaya lebih
banyak dan dengan metode yang lebihrumit15.

7
3. Tidak banyak hewan yang memiliki struktur kulit yang sama dengan
manusia, karenamanusia mempunyai epidermis (stratum corneum) yang
lebih tebal dari hewan cobapada umumnya. Hewan yang mempunyai
tingkat kesamaan paling tinggi dalam strukturkulit adalah babi.
2.5 Pengamatan
Pengamatan dilakukan 24 jam pertama sejak diberikan perlakuan, dan 7–
14 hari pada kasus tertentu. Ada baiknya untuk mengamati hewan coba sebelum
diberi perlakuan.Hal ini bertujuan untuk mengetahui perubahan gejala yang terjadi
setelah diberi perlakuan dengan membandingkan gejala atau perilaku sebelum
perlakuan. Kriteria Pengamatan meliputi :
1. Pengamatan terhadap gejala– gejala klinis.
2. Perubahan berat badan.
3. Jumlah hewan yang mati pada masing –masing kelompok uji.
4. Histopatologi organ.
2.6 Analisa Dan Evaluasi Hasil
Gejala– gejala klinis yang didapat dari fungsi vital, dapat dipakai sebagai
pengevaluasimekanisme penyebab kematian secara kualitatif. Data hasil
pemeriksaan histopatologi digunakanuntuk mengevaluasi spektrum efek toksik.
Data jumlah hewan yang mati dapat digunakan untuk menentukan nilai LD50.
Jika pada batas dosis maksimum tercapai, namun belum diketahui LD50-nya,
maka hasil yang didapat tertulis “LD50 lebih dari 5000mg/KgBB”.15 Dan jika
sampai pada batas volume maksimum yang boleh diberikan pada hewan uji,
namun belum menimbulkan kematian, maka dosis tertinggi tersebut dinyatakan
sebagai LD50 semu (LD0).

BAB III

METODE KERJA

8
3.1 Waktu dan Tempat
Tempat : Laboratorium Farmakologi Universitas Abdurrab Pekanbaru
Tanggal : Senin, 14 Juni 2021
Waktu : 13.00 – 16.00 WIB
3.2 Alat
- Batang pengaduk
- Beaker
- Gelas ukur
- Hot plate
- Mixer
- Spoit 1 ml
- Spoit oral
- Stop watch
- Timbangan berat badan
3.3 Bahan
- Alkohol 70%
- Aqua destilat
- Natrium CMC
- Luminal
3.3 Hewan Yang Digunakan
Hewan yang digunakan adalah mencit jantan, galur lokal dengan
beratbadan 20 -30 g berumur antara 6-8 minggu.
3.4 Pembuatan Bahan Penelitian
1. Pembuatan Natrium CMC 1%
- Panaskan kurang lebih 200ml air hingga mendidih
- Timbang Na CMC sebanyak 1 g
- Masukkan Na CMC kedalam beaker glass 300ml lalu
tambahkan 50ml air panas
- Aduk campuran tersebut hingga homogeny,ditandai dengan
tidak nampaknya lagi serbuk berwarna putih dan campuran
berupa seperti gel

9
- Tambahkan air panas sedikit demi sedikit sambil diaduk
hingga volume larutan tersebut menjadi 100ml, dinginkan.
2. Pembuatan suspensi Luminal
- Ambil 2 tablet luminal hingga halus, lalu timbang sebanyak
yang dibutuhkan sesuai perhitungan
- Masukkan serbuk luminal yang sudah ditimbang lumping,
tambahkan sekitar 50 ml larutan Na CMC , aduk hingga
homogeny
- Pindahkan ke suspensi luminal tersebut ke dalam Erlenmeyer
lalu cukupkan volumenya hingga 100 ml dengan larutan Na
CMC 1%
3.5 Prosedur Kerja
1. Mencit dikelompokkan secara acak kedalam 5 kelompok, masing-
masing terdiri dari 4 ekor.
2. Kemudian tiap kelompok diberi perlakuan dimana
a. Kelompok I sebagai kelompok kontrol diberikan suspensi
luminal sebanyak 0,1 ml / 30 g BB mencit’
b. Kelompok II diberi suspensi luminal sebanyak 0,2 ml / 30 g BB
mencit,
c. Kelompok III diberi suspensi luminal sebanyak 0,4 ml /30 g BB
mencit.
d. Kelompok IV diberi suspensi luminal sebanyak 0,8 ml / 30 g
BB mencit.
e. Dan kelompok V yaitu kelompok kontrol yang hanya diberikan
Na.CMC 1% sebanyak 0,2 ml/ 30 g BB mencit.
3. Semua perlakukan secara oral
4. Mencit kemudian ditempatkan dan diamati efek toksisitas yang dapat
terjadi pada kulit,bulu,mata,membran mukosa dan juga sistem
pernafasan, sistem syaraf otonom, sistem syaraf pusat, aktivitas
somatomotor serta tingkah laku.Selainitu,kondisi:
gemetar,kejang,salivasi,diare,lemas,tidur dan koma.

10
5. Pengamatan dilakukan selama 2 jam untuk tanda-tanda toksisitas dan
diamati selama 24 untuk jumlah mencit yang mati.
6. Hasil pengamatan kemudian dicatat dan dihutang LD 50 untuk
luminal.

BAB IV

11
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Kelo Jumlah Dosis Log Kematia


mpok hewan obat yang dosis n
tiap diberikan
kelompo (mg/kg)
k

1 6 20 1 0
2 6 40 1,30 2
3 6 60 1,60 4
4 6 80 1,90 5

4.2 Perhitungan
Perhitungan LD 50 :
Rumus : Log m = Lod D = d (f+1)
Dik :
- D (dosis terkecil yang diberikan) = 20 mg/kg
- d ( log kelipatan dosis) = dosis diberikan dengan kelipatan 2x, jadi
log 2 = 0,301
- r (urutan kematian per kelompok) = 0,2,4,5
- f (faktor kematian dari tabel weil) = 0,2,4,5 faktor f =1
Jawab :
Log m = Log D + d (f+1)
Log m = Log D + 0,301 (1+1)
Log m = 1 + (0,301 x 2)
Log m = 1 + 0,602
Log m = 1,602
M = anti Log
1,602 = 39,994 mg/kg
Jadi, LD50 obat tersebut = 39,994 mg/kg

4.3 Pembahasan

12
Ketoksikan akut adalah derajat efek toksik suatu senyawa yangterjadi
secara singkat (24 jam) setelah pemberian dalam dosis tunggal.Jadi yang
dimaksud dengan uji toksisitas akut adalah uji yang dilakukanuntuk
mengukur derajat efek suatu senyawa yang diberikan pada hewancoba
tertentu, dan pengamatannya dilakukan pada 24 jam pertama
setelahperlakuan dan dilakukan dalam satu kesempatan saja Data kuantitatif uji
toksisitas akut dapat diperoleh melalui 2 cara,yaitu dosis letal tengah
(LD50) dan dosis toksik tengah (TD50). Namunyang paling sering digunakan
adalah dengan metode LD50. Lethal Dose 50 adalah suatu besaran yang
diturunkan secara statistik, gunamenyatakan dosis tunggal sesuatu senyawa
yang diperkirakan dapat mematikanatau menimbulkan efek toksik yang
berarti pada 50% hewan coba setelah perlakuan. LD50 merupakan tolak ukur
kuantitatif yang sering digunakan untukmenyatakan kisaran dosis letal. Ada
beberapa hal yang dapat mempengaruhi nilai LD50 antara lain spesies,strain,
jenis kelamin, umur, berat badan, gender, kesehatan nutrisi, dan isi
peruthewan coba. Teknis pemberian juga mempengaruhi hasil, antara lain
waktupemberian, suhu lingkungan, kelembaban, sirkulasi udara. Kesalahan
manusiajuga dapat mempengaruhi hasil ini, sehingga sebelum melakukan
penelitian ada baiknya kita memperhatikan faktor – faktor yang mempengaruhi
hasil ini.Secara umum, semakin kecil nilai LD50, semakin toksik senyawa
tersebut. Begitu pula sebaliknya, semakin besar nilai LD50, semakin rendah
toksisitasnya.
Pada pemberian dosis 20mg/kg jumlah kematian mencit tidak ada, untuk
dosis 40mg/kg kematiannya ada 2 mencit, kemudian 60mg/kg kematiannya ada 4
mencit, untuk 60mg/kg ada 4 kematian dan terahir 80mg/kg ada 5 kematian ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis yang di berikan semakin banyak jumlah
kematiannya.

13
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

- Toksisitas adalah suatu keadaan yang menandakan adanya


efektoksik/racun yang terdapat pada bahan sebagai sediaan single dose
atau campuran.
- Lethal Dose 50 adalah suatu besaran yang diturunkan secara statistik, guna
menyatakan dosis tunggal sesuatu senyawa yang diperkirakan dapat
mematikan atau menimbulkan efek toksik yang berarti pada 50% hewan
percobaan setelah perlakuan.
- Pada percobaan toksisitas kali ini didapatkan LD50 sebesar 39,994 mg/kg

14
DAFTAR PUSTAKA

Katzung,B,G. 1986. Farmakologi dasar dan klinik . Jakarta : Salemba medika2.

Anonym.1999.Farnakologi dan terapi edisi IV. Jakarta : depkes RI3.

Syarif,amir,dkk,2011. Farmakologi dan terapi. Jakarta : FKUI4.

Loomis TA. Essential of toxicology.3rd ed. Phisadelphia : Leae Febiger

Donatus IA. 2001.Toksikologi Dasar. Yogyakarta: Laboratorium


Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada;

Atmojo, D.D. 2009. Uji ToksisitasAkut Penentuan LD50 Ekstrak


Valerian Valeriana officinalis) terhadap Mencit BAL B/C

15

Anda mungkin juga menyukai