1. Mengenal satu cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek antipiretik suatu obat.
Antipiretik adalah zat-zat yang dapat mengurangi suhu tubuh. Obat analgesik,
antipiretik serta obat antiinflamasi non steroid (OAINS) merupakan suatu kelompok obat
yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia. Walaupun demikian
obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping.
Prototipe obat golongan ini adalah aspirin, karena itu banyak golongan dalam obat ini sering
disebut obat mirip aspirin (Aspirin-like drugs).
Klasifikasi kimiawi OAINS sebenarnya tidak banyak manfaat kimianya karena ada
OAINS dari subgolongan yang sama memiliki sifat yang berbeda. Sebaliknya ada OAINS
yang berbeda subgolongan tapi memiliki sifat yang serupa.
Sebagian besar efek terapi dan efek sampingnya berdasarkan atas penghambatan
biosintesi prostaaglandin (PG). Mekanisme kerja dan yang berhubungan dengan sistem
biosintesis prostaglandin ini mulai diperlihatkan secara invitro bahwa dosis rendah Aspirin
dan Indometasin menghambat produksi enzimatik prostaglandin. Prostaglandin akan
dilepaskan bilamana sel akan mengalami kerusakan. (Anonim 1, 2009)
Mekanisme kerja antipiretik yaitu demam terjadi bila titik pengaturan (set-point) pusat
termoregulasi dalam hipotlamus anterior meningkat. Hal ini dapat disebabkan oleh sintesi
PGE2, yang dirangsang ketika suatu agen penghasil demam endogen (pirogen), seperti
sitokin, dilepaskan dari sel darah putih yang diaktifkan oleh infeksi, hipersensitivitas,
keganasan, atau inflamasi. Salicylate menurunkan suhu tubuh pada pasien demam melalui
penggangguan sintesis dan pelepasan PGE2. Aspirin mengatur ulang “termostat” menjadi
normal dan menurunkan secara cepat suhu tubuh pasien demam dengan meningkatkan
penghilang panas sebagai akibat dari vasodilatasi perifer dan berkeringat. Aspirin tidak
memiliki efek terhadap suhu tubuh normal. Diflunisal tidak menurunkan demam karena tidak
melewati sawar darah-otak. (Richard A. Harvey, 2018)
o Alat
1. Jarum suntik oral
2. Termometer rektal
3. Spuit 2 ml
o Bahan
1. Vaksin pepton
2. Suspensi CMC Na
3. Bahan obat : Ibuprofen, Na diklofenak, Asam mefenamat, Metilprednisolon,
dan Deksamethasone
4. Hewan uji : tikus putih jantan
Diberikan obat secara oral dan tikus kontrol diberikan suspensi CMC Na
Keterangan :
Kelompok G = Ibuprofen Kelompok J = Asam mefenamat
Kelompok H = Na diklofenak Kelompok K = Parasetamol
Kelompok I = Metilprednisolon Kelompok L = Deksamethasone
E). DATA PENGAMATAN
F). PERHITUNGAN
1). Ibuprofen
0,5 gram g
-Pembuatan CMC Na 0,5% ¿ =0,005
100 ml ml
g
-Vp ¿ 0,005 × 240 g=1,2 ml
ml
Pembuatan Pepton
345 mg
-C Stok = = 138 mg/ml
½ ×5 ml
2). Na Diklofenak
235 g
¿ ×1,26 mg=1,4805 mg/ gramtikus
200 g
3). Metilprednisolon
0,5 gram
-Pembuatan CMC Na 0,5% ¿ =0,005 g/ml
100 ml
g
-Vp ¿ 0,005 × 230 g=1,15 ml
ml
Pembuatan Pepton
-Dosis pemberian Pepton = 300 mg/kg BB tikus
230 g
-Dosis tikus terbesar = x 300 mg/kgBB tikus = 345 mg/kgBB
200 g
345 mg
-C Stok = = 138 mg/ml
½ ×5 ml
Dosis pepton per hewan uji
Pepton ( 300mg/200g BB Tikus)
5). Paracetamol
240 g
¿ ×12,6 mg=15,12 mg/240 gram tikus
200 g
Na Asam
Ibuprofe Metilpredn Paraceta Dexametha
T(oC) Kontrol Diklofen Mefenam
n ison mol sone
ak at
0 39,75 39,4033 39,3933 39,4867 40,5433 40,7533 40,0567
20 39,7433 39,36 39,3833 39,47 40.5333 40,7133 40,0333
40 39,7433 39,3267 39,37 39,34 39,3567 39,3233 39,3467
60 39,7433 38,5567 38,9 38,99 39,01 39,3767 39,3133
90 39,7433 38,1733 38,21 38,2867 38,98 38,8733 38,2667
120 39,7433 38,1567 38,1733 38,22 38,2667 38,1767 38,2433
150 39,7433 38,1367 38,15 38,21 382567 37,1467 38,23
180 39,7433 38,0533 38,0533 38,1633 38,1933 38,25 38,15
N 8 8 8 8 8 8 8
-
39,5776 38,6453 38,7042 38,7708 39,1425 38,9675 38,955
X
ΣX 316,6202 309,167 309,6332 310,1667 313,14 311,74 311,64
12531,04 11950,6 11986,76 12028,017 12263,52 12144,8 12144,784
ΣX2
392 342 438 44 151 41 1
ΣXT = 2181,6901
ΣX2T = 85034,03
N total = 56
K =7
F Hitung
RJK ak
F Hitung =
RJK wg
0,8221136865
=
0,67702527818
= 1,2143
F Tabel
dk pembilang = k-1 =7-1 =6
dk penyebut = N-k = 56-7 = 49
2,2904
3,1948
Kesimpulan F hitung (1,2143) < F tabel (2,2904, maka tidak ada perbedaan
signifikan rerata antar kelompok
G). PERTANYAAN
H). PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengenal, mempraktekkan, dan membandingkan daya
antipiretika dari berbagai macam obat. Obat yang digunakan diantaranya Ibuprofen, Na-
Diklofenak, Metilprednisolon, Asam Mefenamat, Parasetamol, dan Dexamethason. Pada uji
antipiretika kali ini, digunakan hewan uji tikus. Pemilihan hewan uji tikus ini dimaksudkan
untuk mempermudah cara perlakuan pada saat pengukuran suhu rektal. Hal ini dikarenakan
lubang rektal pada tikus yang lebih besar dibandingkan dengan mencit. Selain itu, tikus
memiliki anatomi dan fisiologi yang hampir sama dengan tubuh manusia sehingga pengujian
pada tikus dapat menggambarkan profil farmakokinetika obat pada tubuh manusia yang
secara lengkap menggambarkan absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi dari obat.
Tikus harus mengalami praperlakuan yaitu dipuasakan yang bertujuan agar setiap tikus
memiliki aktivitas enzim yang sama dan mencegah terjadinya interaksi obat dengan
makanan atau minuman yang dikonsumsi.
Pada masing masing kelompok terdapat 4 hewan uji dengan 1 hewan uji sebagai control
yang akan diberikan perlakuan CMC-Na saja. Hewan uji diukur suhu rektal terlebih dahulu
sebelum di induksi pepton, dicatat sebagai suhu normal. Setelah itu di induksi pepton dengan
dosis 300mg/kgBB secara sub kutan. Setelah diinduksi dengan pepton, hewan uji diukur suhu
tubuh tiap 30 menit. Masing-masing hewan uji mengalami kenakan suhu tubuh. Setelah
tercapai puncak demam, hewan uji diberi perlakuan antipiretik sesuai dengan kelompoknya
secara oral. Hewan uji control diberikan CMC-Na secara oral. Pemberian antipiretik
disesuaikan dengan berat badan hewan uji dan telah diperhitungkan volume pemberian
dengan benar. Suhu tubuh hewan uji diukur pada menit ke 20, 40, 60, 90, 120, 150.
Pada dasarnya induksi demam berasal dari infeksi zat atau benda asing dalam tubuh
yang menyebabkan respon sistem imun pada sel-sel fagosit untuk mengeliminasi zat tersebut.
Di dalam prosesnya benda asing yang masuk ke dalam tubuh sebagian besar menjadi protein.
Sebagian besar protein dan hasil pemecahan protein menyebabkan peningkatan sel point pada
termostat hipotalamus sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Zat yang menimbulkan efek
seperti ini disebut pirogen. Penginduksi demam yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pepton. Pepton merupakan protein yang terhidrolisa, poten sebagai pemicu demam dan tidak
mempunyai sifat toksik.
Mekanisme kerja antipiretik adalah dengan mengatur suhu tubuh di pusat hipotalamus
yang merupakan thermostat sebagai pengatur suhu tubuh. Hal ini dapat dilihat dengan
terjadinya pengeluaran panas yang berlebihan melalui vasodilatasi pembuluh darah, dimana
pembuluh darah yang melebar akan memberikan kesempatan bagi panas untuk keluar dari
tubuh, atau dengan meningkatkan produksi kelenjar keringat sehingga panas dikeluarkan
dalam bentuk air (keringat).
Dari hasil pengamatan obat yang mempunyai efek antipiretik yang terkuat hingga
terlemah adalah Parasetamol, Asam Mefenamat, Deksametason, Metil Prednisolon,
Ibuprofen, dan Na Diklofenak (grafik). Menurut teori, Asam Mefenamat adalah suatu obat
NSAID yang memiliki efek antiinflamasi dan analgetik. Hal ini tidak sesuai dengan
pengamatan yang dilakukan. Salah satu penyebabnya adalah pengukuran suhu pada rektal
menggunakan thermometer digital kurang tepat.
I). KESIMPULAN
Demam adalah gejala suatu penyakit,dapat disebabkan oleh pirogen, degenerasi
jaringan,infeksi,dan dehidrasi.
Mekanisme terjadinya demam adalah adanya peningkatan aktivitas metabolisme di
dalam tubuh akibat kehadiran suatu zat asing (pirogen eksogen) yang dapat
merangsang keluarnya pirogen endogen dalam tubuh yang mengakibatkan pelepasan
prostaglandin berlebihan pada pusat pengaturan suhu di hipotalamus sehingga
menimbulkan demam.
Mekanisme demam terjadi ketika pembuluh darah di sekitar hipotalamus terkena
pirogen sebagai penyebab demam yang menyebabkan metabolit asam arakhidonat
dilepaskan dari endotel sel jaringan pembuluh darah. Metabolit seperti prostaglandin
E2, akan melintasi barrier darah-otak dan menyebar ke dalam pusat pengaturan suhu
di hipotalamus, yang kemudian memberikan respon dengan meningkatkan suhu.
Mekanisme kerja antipiretik adalah dengan mengatur suhu tubuh di pusat hipotalamus
yang merupakan termostat sebagai pengatur suhu tubuh. Dilihat dengan terjadinya
pengeluaran panas yang berlebihan melalui vasodilatasi pembuluh darah,dan
meningkatkan produksi kelenjar keringat.
Dari hasil pengamatan obat yang mempunyai efek antipiretik yang terkuat hingga
terlemah adalah Parasetamol, Asam Mefenamat, Deksametason, Metil Prednisolon,
Ibuprofen, dan Na Diklofenak.
J). DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim 1.2009.Analgesik, Antipiretik,dan SAIDS.http://www.wiropharmacy.blogspot.com
2. Anonim 2.2009.Jeli memilih obat.http://www.Aceh Community.com
3. Jusuf Zubaidi, 1980. Analgesik, Antipiretik, Antireumatik, dan Obat Pirai. Dalam:
Farmakologi dan terapi (Sulistia Gan, Bambang Suharto, Udin Sjamsudin, Rianto Setiabudy,
Arini Setiawati, Vincent H.S. Gan eds). Edisi 2. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. hal.166-68.
4. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan
Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam, 262, 269-271,PT. Elex Media Komputindo, Jakarta
5. Tjay, Tan H, Kirana R. 2002. Obat-Obat Penting. Jakarta : PT.Elex Media Komputindo.
7. Tjay, Tan Hoan, 2008. Obat-obat Penting edisi ke-2. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.