Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

PERCOBAAN V

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Demam adalah suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuh


melawan infeksi. Kebanyakan bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi pada
manusia hidup subur pada suhu 37 derajat C. Meningkatnya suhu tubuh beberapa
derajat dapat membantu tubuh melawan infeksi. Demam akan mengaktifkan
sistem kekebalan tubuh untuk membuat lebih banyak sel darah putih, membuat
lebih banyak antibodi dan membuat lebih banyak zat-zat lain untum melawan
infelsi (Ganang, 1997). Demam selalu menjadi salah satu gejala pertama penyakit
infeksi. Demam merupakan respons alami terhadap infeksi (Lee dan Simmons,
2018).

Pengaturan suhu tubuh memerlukan keseimbangan yang akurat antara


pembentukan dan hilangnya panas, hipotalamus mengatur set point sehingga suhu
tubuh dipertahankan. Saat demam set point ini meningkat NSAID mendorongnya
kembali ke keadaan normal. Obat ini tidak mempengaruhi suhu tubuh jika suhu
tubuh naik oleh faktor seperti olahraga atau meningkatnya suhu lingkungan
(Goodman, 2007). Hipotalamus adalah area kecil otak yang terletak di bagian otak
dengan yang disebut diencephalon. Hipotalamus juga sangat penting dalam
mengontrol perilaku internal tubuh tetap konstan. Hipotalamus juga sangat penting
dalam mengontrol perilaku dan memungkinkan Respon yang tepat terhadap
berbagai stimulus yang datang. Hipotalamus secara terus-menerus menerima
informasi dari sistem saraf pusat dan perifer (Corwin,2007).

Paracetamol juga disebut sebagai acetaminophen (nama IUPAC N-(4-


hydroxyphenyl), antipiretik dan pereda nyeri yang paling umum digunakan dan
sejak tahun 1955 telah tersedia sebagai formulasi tunggal atau dalam kombinasi
dengan zat lain (Lee dan Simmons, 2018). Parasetamol digunakan di seluruh dunia
untuk tindakan analgesik dan antipiretiknya. Ini memiliki spektrum aksi yang mirip
dengan obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) dan khususnya menyerupai

1
penghambat selektif tipe siklooksigenase 2 (COX-2). Parasetamol rata-rata
merupakan analgesik yang lebih lemah daripada NSAID atau COX-2 inhibitor
selektif, tetapi sering lebih disukai karena toleransi lambung yang lebih baik.
Meskipun memiliki kemiripan dengan NSAID, cara kerja parasetamol belum
sepenuhnya diklarifikasi, tetapi sekarang secara umum diterima bahwa obat ini
menghambat siklooksigenase tipe 1 (COX-1) dan COX-2 melalui metabolisme oleh
fungsi peroksidase dari isoenzim ini. Ini menghasilkan penghambatan
pembentukan radikal fenoksil dari residu tirosin kritis, penting untuk aktivitas
sintesis COX-1 dan COX-2 dan prostaglandin (PG) (Tittareli dkk.,2017).

B. Tujuan

Dapat menganalisis efek antiterapetik dari parasetamol pada hewan uji mencit.

BAB II : METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan adalah :
a. Sonde oral 1 mL 1 buah
b. Gelas beaker 1 buah
c. Timbangan 1 buah
d. Stopwatch 4 buah
e. Keranjang 1 buah
f. Thermometer 1 buah
g. Spuit injeksi 1 buah
2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah:
a. Kunyit 1,013 mL
b. Paracetamol 0,421 mL
c. CMC-Na 0,5 mL
d. Ragi 2 mL

2
B. Cara Kerja

4 ekor mencit

Ditimbang, diukur suhu, beri ragi 0,5 mL

Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4

diberi diberi diberi diberi

Kunyit 0,271 mL Kunyit 0,742 mL PCT 0,421 mL CMC Na 0,5 mL

Diukur suhu, dicatat

Suhu menit ke-


30, 60, 90

BAB III : HASIL PERCOBAAN

A. Hasil Percobaan

MENCIT PERLAKUAN T SETELAH 30 60 90


AWAL 6 JAM
I Kunyit 35,2℃ 36,9℃ 34,9℃ 34℃ 34,9℃
28mg/20gBB 35,5℃ 36,6℃ 35,1℃ 34,3℃ 34,8℃

II Kunyit 35,5℃ 37℃ 35,4℃ 36,1℃ 36,3℃


84mg/20gBB 35,4℃ 36,8℃ 35,9℃ 36,2℃ 36,7℃

III Paracetamol 35,3℃ 36,7℃ 35,6℃ 35℃ 33,3℃


91 mg/KgBB 35,4℃ 36,8℃ 35,7℃ 35,2℃ 33,1℃

IV CMC-Na 35,2℃ 36,3℃ 35,6℃ 34,7℃ 35℃


0,5mL 35,2 ℃ 36,4℃ 35,9℃ 34,9℃ 35,3℃

3
B. Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan uji antipiretik dengan tujuan untuk menganalisis
efek antipiretik dari paracetamol dan ibuprofen pada hewan uji mencit. Digunakan
parasetamol dan ibuprofen karena telah diketahui kemampuan antipiretiknya.

Demam mungkin adalah tanda utama penyakit yang paling umum diketahui.
Demam terjadi tidak hanya pada mamalia saja tetapi pada unggas, reptile, amfibi
dan ikan. Peningkatan suhu pada hewan yang disuntik suatu pirogen sebagian besar
disebabkan oleh peningkatan pembentukan panas apabila berada dalam lingkungan
yang hangat. Toksin dan bakteri misalnya endotoksin bekerja pada monosit,
makrofag dan sel-sel kopffer untuk menghasilkan berbagai macam sitokin yang
bekerja sebagai pirogen endogen (Soegijanto dkk., 2016).

Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih oleh pirogen
eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi atau reaksi imun. Pirogen eksogen
dan endogen akan merangsang endotelim hipotalamus untuk membentuk
prostaglandin. Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan
thermostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap
suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga memicu
mekanisme vounter seperti memakai selimut. Hal ini menyebabkan peningkatan
produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan
menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut.

Parasetamol dan ibuprofen adalah obat antipiretik yang sering digunakan.


Secara farmakologis pemberian parasetamol dan ibuprofen secara bersamaan dapat
ditoleransi dengan baik karena jalur metabolisme kedua obat tersebut berbeda.
Selain itu kisaran dosis kedua antipiretik tersebut cukup lebar, sehingga dianggap
aman untuk digunakan (Nagrani dan Prayitno, 2015).

Kunyit memiliki bahan aktif alami yang berfungsi sebagai analgetik, antipiretik
dan antiinflamasi, sedangkan asam jawa memiliki zat aktif sebagai antipiretik dan
penenang atau menurunkan tekanan psikis. Zat aktif dalam kunyit yang berfungsi

4
sebagai antiinflamasi dan antipiretik adalah kurkumin, sedangkan sebagai analgetik
adalah curcumenol (Purwaningsih, 2017).

Pada praktikum ini, uji aktivitas antipiretik digunakan ragi sebagai penginduksi
demam. Ragi bersifat pirogen sehingga mampu meningkatkan suhu tubuh hewan
uji. Pengujian dengan ragi menggunakan hewan uji dan perlu penjagaan suhu
ruangan tempat penelitian pada suhu konstan. Hewan uji di ukur suhunya pada
dubur sebelum diinjeksikan dengan ragi secara subkutan. Mencit didiamkan selama
6 jam agar ragi dapat bekerja sebagai pirogen yang menyebabkan kenaikan suhu
pada mencit.

Antipiretik yang digunakan yaitu parasetamol sebagai kontrol positif. Kontrol


positif digunakan untuk menggambarkan penurunan suhu yang terjadi akibat
pemberian obat antipiretik. Harapannya mencit yang diberi kontrol positif
memperlihatkan penurunan suhu setelah pemberian obat antipiretik. Kunyit sebagai
kontrol perlakuan, dimana kunyit memiliki aktivitas antipiretik. Pemberian ekstrak
kunyit dilakukan setelah mencit diinduksi ragi 6 jam sebelumnya. Perlakuan ini
diberikan untuk mengetahui apakah ekstrak kunyit memiliki kandungan antipiretik
serta mengetahui dosis optimal ekstrak kunyit yang memiliki pengaruh paling baik
dalam penurunan suhu tubuh akibat demam. CMC-Na sebagai kontrol negative.
Kontrol negative digunakan untuk melihat suhu tikus yang naik dan tidak diberikan
senyawa penurun suhu badan. Harapannya mencit kontrol negative
memperlihatkan kenaikan suhu dari awal pemberian induksi demam dan
memperlihatkan penurunan suhu tubuh yang lama.

Berdasarkan percobaan didapatkan hasil pada mencit 1 yang diberi kontrol


perlakuan menggunakan ekstrak kunyit 28mg/20gBB mengalami penurunan pada
menit 30 sebesar 1,75℃; menit ke 60 terjadi penurunan sebesar 2,6℃ dan pada
menit ke 90 terjadi penurunan juga sebesar 1,9℃.

Pada mencit ke 2 yang diberi kontrol perlakuan menggunakan ekstrak kunyit


84mg/20gBB mengalami penurunan pada menit ke 30 sebesar 1,25℃; pada menit
ke 60 mengalami penurunan sebesar 0,75℃; dan pada menit ke 90 mengalami
penurunan sebesar 0,4℃. Pada mencit ke 2 yang diberi perlakuan kontrol
menggunakan ekstrak kunyit 84mg/20gBB, mencit dari kelompok kami mati

5
dimungkinkan karena larutan yang diberikan secara peroral masuk ke saluran nafas.
Sehingga, data yang kami gunakan adalah data dari kelompok 6.

Pada mencit ke 3 yang diberi kontrol perlakuan menggunakan Paracetamol 91


mg/KgBB mengalami penurunan pada menit ke 30 sebesar 1,1℃; pada menit ke
60 mengalami penurunan sebesar 0,6℃; dan pada menit ke 90 mengalami
penurunan sebesar 1,7℃.

Pada mencit ke 4 yang diberi kontrol perlakuan menggunakan CMC-Na 0,5mL


mengalami penurunan pada menit ke 30 sebesar 0,7℃; pada menit ke 60
mengalami penurunan sebesar 0,9℃; dan pada menit ke 90 mengalami kenaikan
yang tidak signifikan yaitu sebesar 0,3℃ yang dapat dianggap juga tidak
mengalami demam.

Dari semua perlakuan yang dilakukan, ekstrak kunyit terbukti memiliki khasiat
efek antipiretik yang ditunjukkan dengan mampu menurunkan suhu tubuh mencit
yang sedang mengalami demam. Paracetamol sebagai control positif juga terbukti
memiliki khasiat antipiretik dengan menurunkan demam pada mencit. Pada control
negative CMC-Na, mencit juga mengalami penurunan suhu tubuh. Control negative
seharusnya tidak memberikan efek apapun terhadap mencit, kemungkinan
penurunan suhu tubuh dapat terjadi akibat dari kerja system kekebalan tubuh dari
mencit.

BAB IV : KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan demam (kenaikan suhu tubuh
dari suhu normal) dengan mekanisme menghambat prostaglandin. Contoh obat
antipiretik yang dipakai pada percobaan ini adalah paracetamol dan ada juga
esktrak kunyit yang sama-sama memberikan efek antipiretik dengan menurunkan
demam yang diindiksi dengan larutan ragi.

6
B. Daftar Pustaka

Corwin, E. J. 2007. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Ganang, W. F. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.

Goodman. 2007. Dasar Farmakologi Terapi Volume 1 Edisi 10. Jakarta : EGC.

Lee, J. J., & Simmons, D. L. (2018). Antipyretic therapy: clinical pharmacology.


In Handbook of clinical neurology (Vol. 157, pp. 869-881).

Nagrani, D.G dan Prayitno, A. 2016. Efektivitas Kombinasi Paracetamol dan


Ibuprofen sebagai Antipiretik pada Anak. Sari Pediatri, 17(2): 150-4.

Purwaningsih, E., 2017. Potensi Kurkumin sebagai Bahan Anti Fertilitas. YARSI
Medical Journal, 24(3): 203-211.

Soegijanto, S., Rantam, F.A., Soetjipto, S., Sudiana, K. dan Priyatna, Y. 2016. Uji
Coba Vaksin Dengue Rekombinan pada Hewan Coba Mencit, Tikus, Kelinci,
dan Monyet. Sari Pediatri, 5(2): 64-71.

Tittarelli, R., Pellegrini, M., Scarpellini, M. G., Marinelli, E., Bruti, V., Di Luca, N.
M., ... & Zaami, S. (2017). Hepatotoxicity of paracetamol and related
fatalities. Eur Rev Med Pharmacol Sci, 21(1 Suppl), 95-101.

C. Lampiran
1. Abstrak Jurnal
2. Laporan Sementara
3. Dokumentasi
4. Lembar SPSS
5. Jawaban Pertanyaan pada modul
6. Grafik

7
Surakarta, 7 Mei 2019

Mengetahui,

Asisten Praktikum Praktikan

(Aulia Yulfa) (Kelompok 1)

Lampiran pertanyaan

1. Jelaskan fungsi ragi


Jawaban : lagi berfungsi sebagai penginduksi demam. Ragi bersifat
pirogen sehingga mampu meningkatkan suhu tubuh hewan uji mencit.
2. Bagaimana mekanisme kerja antipiretik
Jawaban : antipiretik bekerja dengan menghambat pembentukan PGE2,
yang mengurangi umpan balik antara neuron yang mengatur demam dan
hipotalamus, dengan demikian mampu menurunkan demam

Lampiran SPSS

DESCRIPTIVE

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CMC 3 10815.00 105825.00 73855.0000 54596.09601


PCT 3 1086.00 106125.00 39152.0000 58180.82903
KUNYIT 1 3 1035.00 107625.00 70795.0000 60445.39437
KUNYIT 2 3 1083.00 106905.00 71321.0000 60829.66964
Valid N (listwise) 3

8
T-TEST

ONE SAMPEL STATISTIC

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

CMC 3 73855.0000 54596.09601 31521.07073


PCT 3 39152.0000 58180.82903 33590.71730
KUNYIT 1 3 70795.0000 60445.39437 34898.16471
KUNYIT 2 3 71321.0000 60829.66964 35120.02614

ONE SAMPLE TEST

One-Sample Test

Test Value = 0

t Df Sig. (2-tailed) Mean 95% Confidence Interval of the


Difference Difference

Lower Upper

CMC 2.343 2 .144 73855.00000 -61769.2210 209479.2210


PCT 1.166 2 .364 39152.00000 -105377.1915 183681.1915
KUNYIT 1 2.029 2 .180 70795.00000 -79359.6836 220949.6836
KUNYIT 2 2.031 2 .179 71321.00000 -79788.2763 222430.2763

9
NPar TEST

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

CMC PCT KUNYIT 1 KUNYIT 2

N 3 3 3 3
Mean 73855.0000 39152.0000 70795.0000 71321.0000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 54596.09601 58180.82903 60445.39437 60829.66964
Absolute .382 .357 .374 .382
Most Extreme Differences Positive .279 .357 .271 .279
Negative -.382 -.256 -.374 -.382
Kolmogorov-Smirnov Z .662 .618 .647 .662
Asymp. Sig. (2-tailed) .774 .839 .796 .773

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Lampiran Grafik

38

37

36

kunyit 0,3 mL
35
kunyit 0,8 mL
34 PCT
CMC Na
33

32

31
menit 0 menit 30 menit 60 menit 90

10
Lampiran Dokumentasi

Mencit diukur suhunya melalui dubur Mencit diberikan kontrol secara per oral

11

Anda mungkin juga menyukai